Sambil terus menanggis, Dhea Annisa tiba dipemakaman ayahnya yang telah diurug tanah bertabur bunga warna warni sejak pukul 13.00 WIB. Dhea yang dari Korea mengikuti pendidikan masak. (Andy Masela/Bintang.com)
Dengan membawa bunga melati, ia langsung mendatangi peristirahatan terakhir ayahnya yang meninggal akibat pecah pembuluh darahnya lantaran serangan stroke, di usia 65 tahun. (Andy Masela/Bintang.com)
Tidak banyak yang diucapkan oleh Dea Annisa alias Dea Imut disamping gundukan tanah merah yang masih basah bertabur bunga, di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Dhea tiba sekitar pukul 16:30 WIB. (Andy Masela/Bintang.com)
"Sedih lah, karena aku berharap bisa dapat flight lebih pagi, tapi aku juga nggak mau buat papah nunggu, kasihan jenazahnya. Jadi yaudah nggak apa-apa, yang penting aku masih sempat datang ke sini," ujar Dea di depan pusara. (Andy Masela/Bintang.com)
Tanggis Dea tak henti-henti disamping nisan ayahnya, Indra K Nasution bin H Harun. Dan sesekali menggenggam tanah yang masih basah. (Andy Masela/Bintang.com)
Meski tak bisa melihat ayahnya untuk terakhir kalinya, Dea bisa menerima dengan lapang dada. Apalagi ayahnya sudah meninggal sejak Sabtu dini hari, dan harus segera dimakamkan. (Andy Masela/Bintang.com)
Beruntung sebelum ayahnya meninggal dunia, Dea Annisa sempat melakukan komunikasi dengan video call dengan sang ayah saat kondisinya sedang kritis. Dhea pun memutuskan untuk pulang ke Jakarta. (Andy Masela/Bintang.com)