Peran Media Sosial bagi Industri Film Indonesia

Syaiful Bahri diperbarui 26 Jul 2016, 17:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Promosi adalah salah satu pendukung keberhasilan film. Selain media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan elektronik kini penggunaan media sosial menjadi alternatif utama untuk promosi film. Salah satu aktor ternama Lukman Sardi mengatakan bahwa kini media sosial tidak bisa dipisahkan dengan dunia yang ia geluti, yakni film.

“Kebutuhan adanya media massa, khususnya di dunia saya yakni dunia perfilman menjadi sangat penting. Film adalah produk budaya sekaligus hiburan. Budaya cakupannya ada visi dan misi yang disampaikan, hiburan bagaimana menghibur. Sisi media massa sangat penting, harus ada kerjasama dengan bidang apapun dengan adanya media massa. Saling support pastinya,” ucap Lukman Sardi kepada Bintang.com saat dijumpai di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2016).

Seiring perkembangan media massa tersebut, fungsi umum lain dari media massa menjadi meluas. Penyebutan bahwa media massa memberikan dampak kepada informasi, pendidikan, bahkan dapat mempengaruhi pengembangan mental menjadi sangat penting. Hal ini seperti dikutip dari buku Karlina, DKK 2002) bahwa media massa memiliki fungsi meyakinkan, menganugerahkan status, membius bahkan bisa menciptakan atau merusak persatuan sosial.

 

“Saya lebih menyukai adanya media massa yang hadir dengan bisa memberikan pengaruh yang penting bagi masyarakat. Contohnya, saya di dunia film, peran media yang arahnya lebih mengkritisi jauh lebih baik dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi. Dengan adanya kritik tersebut, apalagi jika disampaikan dari media massa akan bisa jadi bahan pertimbangan bagi saya, bagi dunia film, bagi aktor dan pegiat film,” kata Lukman Sardi.

Demikian halnya aktris peran Olga Lydia, ia mengatakan bahwa peran media massa sangat berpengaruh dalam bidang apapun dalam memberikan informasi secara luas. “Kenapa tidak?,” kata Olga Lydia.

“Adanya media massa menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat, tentunya adanya perkembangan media massa saat ini kan merambah dunia elektronik. Media-media online menghadirkan informasi secara cepat, akurat dan kita sebagai masyarakat dapat mengetahui informasi secara langsung dan cepat,” jelas Olga Lydia dalam bincang santai bersama Bintang.com.

Selain media massa, era teknologi yang semakin canggih turut melahirkan macam rupa jenis informasi yang disampaikan. Siapa yang tidak mengenal media sosial seperti twitter, instagram, facebook, youtube di zaman era globalisasi penuh teknologi?

Hadirnya media sosial tentu tidak bisa dilepaskan juga dengan perkembangan media massa. “Tidak bisa dipungkiri, Media Sosial menjadi salah satu terobosan bersejarah banget. Mungkin, 70 sampai 85 persen penduduk dunia sudah mengenal apa itu media sosial, sudah mengetahui penggunaan media sosial yang bahkan sudah sangat mudah digunakan melalui smartphone,” terang Lukman.

Sejarah lahirnya media sosial memang bukan di era milenium. Sejak tahun 1978, penemuan adanya Sistem Papan Buletin menjadi cikal bakal lahirnya Surat Elektronik yang bisa diunggah atau diunduh perangkat lunak. Saat itu, penggunaan saluran telepon untuk mengakses Surat Elektronik adalah yang pertama kali digunakan.

Pesatnya peningkatan teknologi, tahun 1995 lahir kali pertama situs GeoCities dengan memberikan layanan Web Hosting sebagai penyimpanan data-data website agar bisa diakses dari mana saja. GeoCities menjadi cikal bakal lahirnya website-website yang kini semakin menjamur di dunia maya.

Sejak saat itu, satu persatu media sosial lahir seperti Blog, Friendster, Linkedln, Facebook, Twitter hingga kemudian situs Google pun mengudara dan menjadi salah satu search engine paling sering digunakan di dunia.

Menarik benang merah dari perkembangan teknologi media sosial ke ranah dunia hiburan, Lukman Sardi mengatakan penggunaan media sosial yang bisa digunakan dengan sangat mudah banyak melahirkan orang-orang baru yang kreatif di dunia maya dan memiliki banyak penggemar. Lukman mengatakan hal tersebut adalah sebuah kewajaran dengan lahirnya media sosial. Kini, media sosial seperti Instagram, Path, Facebook, Twitter menjadi yang paling dominan digunakan masyarakat memperlihatkan karya-karya di dunia maya.

2 dari 2 halaman

Seleb dari Media Sosial

Untuk di dunia film sendiri, Lukman Sardi tidak memungkiri munculnya masyarakat pengguna media sosial yang kemudian meledak dengan satu karyanya dari media sosial. Sebagai orang film, ia tidak terlalu setuju jika adanya salah satu orang yang memiliki banyak penggemar tiba-tiba diterjunkan langsung ke dunia film tanpa adanya basic yang mumpuni.

“Karena gua orang film, gua gak ngerti sih ada PH (Rumah Produksi) di Indonesia milih pemain yang followersnya banyak. Tapi meski gak bisa disalahkan juga, ada positifnya, jadi filmnya jadi banyak ditonton, dan menarik massa untuk mau datang ke bioskop dulu. Media sosial buat promo juga sangat efektif, bisa ningkatin hype masyarakat akan karya kita bisa ditonton,” papar Lukman Sardi.

“Sebenarnya bukan saya yang berhak bicara itu. Mungkin dia (Selebgram) punya kelebihan menarik massa, dia banyak penggemar. Yang utama adalah dia mau berproses, gak pun juga gak apa-apa,. Tapi gua sendiri gak setuju aja sih, bicara aktor atau akting kan ada basicnya. Kalau cuma berdasarkan karena followersnya banyak ya gua gak setuju,” tegas Lukman Sardi.

Senada dengan Lukman Sardi, Olga Lydia mengatakan bahwa Selebgram atau siapapun yang memiliki banyak penggemar di media sosial sudah pasti ada hal yang istimewa dan spesial dari orang tersebut. Terlepas apakah nantinya orang yang banyak penggemarnya di media sosial tersebut merambah dunia lainnya seperti contohnya terjun ke dunia film tentu bisa disebut sebagai aktris atau aktor.

“Artis dan aktor itu adalah mereka yang berkarya. Kalau Selebgram yakni mereka berkarya dengan kebisaannya seperti mereka buat konten menarik yang kemudian banyak disukai penggemar lalu terjun main film tentu bisa disebut sebagai aktris dan aktor. Siapapun itu, di Instagram, twitter tergantung mereka, mau meningkatkan kualitasnya setelah banyak penggemar atau mereka nyaman sampai segitu aja. Kesempatan sangat terbuka,” terang Olga Lydia.

Mengenai hal itu pula, wanita kelahiran Jakarta, 4 Desember 1976 yang mengawali profesinya sebagai model, host, dan kemudian terjun ke dunia film Indonesia ini mengatakan bahwa sudah menjadi hal lumrah bagi mereka (Selebgram) mampu menarik massa atau penggemar dengan sekejap.

Kata Olga, setiap masa memiliki tantangannya masing-masing. Di eranya, perjuangan untuk terjun ke dunia film bukan hal mudah. Namun memang saat ini dengan segala pekembangan media sosial yang sangat pesat menjadi suatu hal yang sah-sah saja ketika selebgram berkarya dan mampu mendapatkan penggemarnya secara instan seperti Raditya Dika. Dan Dika berhasil mengembangkan diri.

“Setiap masa ada tantangannya, itu point dari saya. Dulu perjuangannya memang sulit, sekarang perkembangan tekhnologi sangat pesat, dan momennya pun bisa dimanfaatkan. Semua tergantung ke orangnya, lebih tepat setiap masa ada tantangannya. Dengan adanya sosial media, apakah mereka lebih mudah perjuangannya dibanding dulu. Dulu saingannya gak gampang juga, sekarang juga, selalu tantangan itu berubah setiap masa,” papar Olga Lydia.

Bagi bintang film 3 Nafas Likas ini, kehadiran masyarakat pengguna media sosial menjadi salah satu alternatif mencari generasi baru dalam bidang apapun. Kemudahan yang bisa didapatkan hanya melalui media sosial. Namun kata Olga, hal tersebut kembali lagi kepada pengguna media sosial itu sendiri, apakah hanya dengan memiliki penggemar banyak mereka cukup nyaman sampai di situ saja atau mau merambah ke hal yang lebih luas.

“Ya itu tergantung mereka. Buat saya mereka sudah populer aja sudah istimewa, saya sebut itu sudah berkarya, meski porsinya belum terlalu luas. Itu kita hargai, mereka lebih menonjol dibanding pengguna sosial media lainnya. Dia mau meningkatkan talentanya, kemudian pindah ke media lainnya adalah pilihannya dia, yang jelas aku support,” jelasnya.

“Saya sendiri sih macam-macam ngikutinnya, untuk sosial media saya cukup intens tapi gak rutin. Kalau ada yang saya mau baca saya pasti ke media. Saya cari koran, majalah, online untuk kebutuhan informasi untuk wawasan saya dengan apa yang terjadi di luar pengetahuan saya. Jadi sangat butuh bantuan media massa dan sangat penting adanya perkembangan sosial media saat ini,” tutup Olga Lydia.