Film garapan Rako Prijanto itu, dalam film terbarunya menggunakan teknologi manipulasi gambar yang biasa disebutnya dengan Computer Generated Imagery (CGI). (Nurwahyunan/Bintang.com)
Teknologi CGI sering digunakan dalam film-film fiksi. Acha mengakui bahwa akting kali ini sangat berbeda dengan film-filmnya terdahulu. Film ini banyak menggunakan imajinasi. (Nurwahyunan/Bintang.com)
"Perlu daya imajinasi kuat juga dan perlu janjian sama pemain lain supaya bisa menghadirkan emosi dengan ritme yang sama," kata Acha Septriasa di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Senin (18/7). (Nurwahyunan/Bintang.com)
Yang jadi pembeda dengan film sebelumnya, dalam segi skip. Ia biasanya menghafal skrip, sedangkan dalam film Bangkit, ia dituntut banyak melakukan ekspresi. (Nurwahyunan/Bintang.com)
"Saya juga baru pertama kali dikasih skrip dengan petunjuk aksi yang panjang dan dialog sedikit, tapi dari situ pengalaman baru buat saya," tukas Acha. (Nurwahyunan/Bintang.com)
Bagi Acha, film Bangkit merupakan pendobrak industri musik Tanah Air. Ia melihat belum ada cerita tentang bencana yang sebagian besar menggunakan teknologi CGI. (Nurwahyunan/Bintang.com)
"Ini merupakan disaster movie pertama di Indonesia yang pakai full CGI, hampir 1357 shot pakai teknik CGI. Tapi bukan cuma CGI aja andalannya. Cerita juga tentang edukasi," ujar Acha Septriasa. (Nurwahyunan/Bintang.com)