Fimela.com, Jakarta Pengalaman baru dirasakan oleh Acha Septriasa ketika menjalani syuting film Bangkit. Bukan karena karakter yang susah dan berbeda, namun dalam proses film, pemeran Rectoverso itu harus mengumbar imajinasi yang kuat. Pasalnya, film garapan Rako Prijanto ini sebagian besar menggunakan teknologi manipulasi gambar atau akrab disebut Computer Generated Imagery (CGI).
Di Hollywood, penggunaan CGI dalam skala besar sudah sering dilakukan. Namun di Indonesia tehnik ini masih digunakan secara terbatas. Biasanya CGI sering digunakan oleh film-film bertema fiksi. Film Bangkit membutuhkan CGI karena menggambarkan kondisi Jakarta yang porak poranda karena bencana.
Saat syuting, Acha tak melihat kondisi bencana. "Perlu daya imajinasi kuat juga dan perlu janjian sama pemain lain supaya bisa menghadirkan emosi dengan ritme yang sama," kata Acha Septriasa di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Senin (18/7).
Lewat film ini Acha juga merasakan pengalaman baru karena benar-benar berbeda dengan film terdahulu. Ketika biasanya ada banyak dialog yang harus dihafal, namun dalam film Bangkit Acha hanya dituntut untuk berekspresi lebih.
"Saya juga baru pertama kali dikasih skrip dengan petunjuk aksi yang panjang dan dialog sedikit, tapi dari situ pengalaman baru buat saya," tukas Acha.
Film Bangkit bagi Acha merupakan pendobrak industri perfilman tanah air. Selama ini belum ada cerita tentang bencana yang diangkat oleh sineas Indonesia dengan sebagian besar menggunakan teknologi CGI.
"Ini merupakan disaster movie pertama di Indonesia yang pakai full CGI, hampir 1357 shot pakai teknik CGI. Tapi bukan cuma CGI aja andalannya. Cerita juga tentang edukasi, seperti tentang badan-badan negara yang membantu saat terjadi bencana kayak SAR, TNI, BMKG," tandas Acha Septriasa.