Fimela.com, Jakarta Pas banget bukan judulnya? Ya nikmatlah menonton film bajakan di rumah hanya dengan modal Rp 6.000 sudah dapat satu film. Tidak perlu repot ke bioskop, tak perlu membayar parkir, pakai dasterpun ok untuk nonton film di rumah. Masih banyak alasan kenikmatan lain yang membuat 'roda setan' pembajakan sulit dihapuskan.
Mengapa saya menyebutnya roda setan? Karena pembajakan adalah pencurian. Karena banyaknya kenikmatan kita sering mengabaikan pembajakan adalah tindakan haram. Kerja keras semua tim pembuat film terabaikan begitu saja begitu Anda menonton film bajakan karya mereka.
Proses pembuatan sebuah film bukanlah proses yang mudah dan butuh waktu lama. Dari ide cerita, menjadi skenario, dibentuklah tim produksi, lalu pemilihan pemain, proses reading untuk pendalaman karakter, perencanaan setting dan lokasi syuting, syuting, editing, promosi, baru kemudian sampai di lyar bioskop untuk dinikmati penonton.
Baca Juga
Tentu butuh banyak orang yang bertalenta untuk membuat satu film. Butuh kerjasama hebat juga agar bisa membuat film bagus. Kerjakeras mereka terbayar dengan penjualan tiket. Disetiap penjualan tiket itulah pembuat film mendapat untung. Untung itu juga baru bisa didapat jika jumlah penontonnya cukup banyak untuk menutup biaya produksi.
Jika kurang, tentu saja rugi. Pembajakan yang dilakukan akan mengurangi potensi pendapatan sineas. Siapa yang dapat untung? Mereka adalah 'tikus-tikus' pembajak. Bermodal satu tiket bioskop, alat rekam, dan alat penggandaan CD mereka membuat DVD bajakan. Menjualnya dengan harga murah karena mereka sama sekali tidak terlibat proses produksi.
Karena itulah mereka sama saja dengan pencuri. Dan Anda yang menikmati film bajakan, adalah penadah barang curian. Nikmat yang mungkin tidak Anda sadari ketika menonton film bajakan, adalah menikmati dosa. Dosa mencuri.
Lupakanlah pemerintah, anggap mereka tak hadir ditengah-tengah pasar film Indonesia. Meminta pertolongan dan pertanggungjawaban pemerintah juga bukan perkara mudah bagi sineas. Hal termudah adalah mengubah diri sendiri.
Ketika pembajakan sudah mengakar sedemikian rupa, di mana pemerintah dan pihak terkait belum bisa membasminya, maka masyarakatlah yang seharusnya menjadi kunci terakhir untuk memberantas penggandaan karya tersebut. Hal ini disampaikan oleh Pongki Barata.
Sebagai seorang musisi, Pongki Barata melihat penghargaan kepada karya dari masyarakat dewasa ini sangat kurang. Tak seperti zaman dahulu di mana orang rela membeli sebuah kaset album, meski belum tahu isinya seperti apa.
"Masalahnya masyarakat mau menghargai karya musisi atau tidak. Karena ketika menghargai para musisi dan mengidolakan, mereka akan tetap membelinya dengan harga berapapun," tutur Pongki Barata di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (29/10).
Pongki mencontohkan dirinya yang menyukai salah satu band papan atas tanah air, Sheila on 7. Dari album pertama sampai terakhir dari band yang digawangi oleh Duta, Eross, Adam, dan Brian tersebut, Pongki selalu membelinya.
Ia tak takut ketika nantinya album dari idolanya tersebut tak seperti yang diinginkan. Namun, dengan membeli, maka secara langsung dirinya memberikan penghargaan kepada mereka dan mendukung untuk terus berkarya.
Saya termasuk orang yang menikmati musik dari pita kaset hingga CD. Pernah mencoba membeli kaset bajakan, tapi telinga saya sudah biasa mendengar yang original. Jadi terasa tak nyaman, karena kualitasnya tentu berbeda.
Pembajakan Film Rudy Habibie
Kasus terbaru di film Rudy Habibie yang dibintangi Reza Rahadian bikin miris. Film yang resmi rilis di bioskop nasional pada 30 Juni 2016 lalu sudah dibajak meskipun belum genap satu minggu hadir di bioskop.
Kejadian tersebut berawal dari mention salah satu akun Twitter ke Hanung Bramantyo yang memberikan sebuah rekaman dari film Rudy Habibie. Yang mengejutkan, dikatakan Hanung Bramantyo selaku sutradara, rekaman tersebut berdurasi sekitar 2 jam, yang artinya sebagian besar jalan cerita film Rudy Habibie yang secara total berdurasi sekitar 150 menit.
Sebagai salah seorang pemain, Reza Rahadian tentu merasa kecewa. "Sebenarnya untuk masyarakat secara umum mungkin saja ada yang belum tahu walaupun 30 detik, even ten second aja secara tidak langsung itu udah bentuk pembajakan," tutur Reza Rahadian dalam diskusi Terkait Maraknya Pembajakan Film Indonesia di gedung MD Tower, Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Sadar dengan aktifitas 'ilegal' yang sering terjadi di dalam bioskop, pemain film My Stupid Boss tersebut juga kerap mengampanyekan agar para pengunjung bioskop tidak mengambil gambar dan menguploadnya di sosial media.
"Akhirnya sekarang tiap promo saya coba menambahkan kepada penonton agar tidak merekam gambar dalam bentuk apapun dan diupload. Foto aja saya mengimbau untuk tidak. Buka hp aja lagi nonton itu udah enggak etis," pungkas Reza.
Hanung juga menambahkan, kemajuan teknologi saat ini juga secara tidak langsung turut membantu terjadinya pembajakan, terutama dalam kejadian yang menimpa film Rudy Habibie. Maka dari itu, suami dari artis Zaskia Adya Mecca tersebut mengimbau masyarakat agar lebih bijak menggunakan perangkat teknologi seperti ponsel.
Saya agak terkejut ketika jalan-jalan ke pusat perbelanjaan bulan lalu. Saya menemukan DVD original beberapa film. Harganya cuma Rp 15.000. aya beli beberapa DVD film yang saya lewatkan pemutarannya di bioskop.
Demi memerangi pembajakan sineas sudah berusaha sedemikian rupa sehingga bisa mengimbangi keinginan masyarakat. membuat copy film denagn harga murah. Kualitasnya? tentu jauh diatas DV bajakan. Lebih bening dan tidak goyang-goyang.
Jadi masih ingin terus menikmati hasil pencurian dengan membeli DVD bajakan? Atau menontonnya di internet? Anda bisa sabar sebentar saja untuk menunggu hadirnya DVD original setelah film ditarik dari bioskop. Mari berhenti mencuri dan belajar lebih menghargai karya orang lain. Dengan begitu sineas akan memperoleh hasil jerih payahnya dan membuat karya lebih baik lagi di masa depan.
Salam,
Puput Puji Lestari, Redaktur Kanal Film Bintang.com