Hutan Kuno dan 'Cahaya Surga' di Gua Jomblang

Asnida Riani diperbarui 15 Jul 2016, 20:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Seakan mengukuhkan slogan 'berhati nyaman', Yogyakarta kerap jadi rumah kedua bagi banyak pelancong. Tak perlu topografi yang ragamnya bersaing dengan labirin jalan nun jauh di Tallinn sana, kota di selatan Jawa ini sudah menambat hati lantaran kesederhanaan.

All in package, romantisme Yogyakarta tak hanya bisa 'disesap' di atas permukaan tanah. Adalah Jomblang, gua di kawasan Gunungkidul yang sanggup memberi definisi elok lain akan Kota Budaya. Bagaimana tidak, gua vertikal ini merupakan rumah bagi hutan kuno dan fenomena 'cahaya surga'.

 

Jalur untuk menyusuri gua yang juga sering disebut Luweng Jomblang ini terbilang beragam. Karenanya, jangan lupa diskusikan dulu dengan pemandu dan rekan perjalanan sebelum akhirnya 'tenggelam' ke bawah tanah Yogyakarta. Tenang saja, meski memilih jalur yang paling ringkas pun, kamu tetap bisa dibuat terkagum dan kehilangan kata-kata dalam beberapa detik oleh sajian panorama sekitar.

Keberadaan tanaman dan pohon yang parasnya tentu saja berbeda dengan di atas permukaan tanah kian menambah magnet pesona Gua Jomblang. Berada di 'rangkulan' batu karst, hutan kuno ini merupakan proses alami yang telah berlangsung sejak ribuan tahun silam.

Penjelajahan belum usai. Selepas menyusuri celah sempit sepanjang 300 meter menuju Luweng Grubug, kamu akan bersua dengan 'cahaya surga', fenomena yang paling populer dan dinanti oleh banyak pelancong. Dilengkapi dengan keberadaan stalaktit, stalagmit, dan ornamen cantik, petualangan di Gua Jomblang merupakan satu dari banyak agenda yang harus dijajal di Yogyakarta.