Fimela.com, Jakarta Berpembawaan kalem nan hangat, Mike Mohede terlihat tenang saat menjalani sesi wawancara bersama kami. Aura dan tutur katanya seperti sosok yang telah menemukan kebahagiaan hakiki dalam bermusik. Jatuh bangun merintis karier ia rasakan sebagai proses untuk menempa diri menjadi entertainer sejati.
***
Lahir dan besar di Jakarta, pemilik nama lengkap Michael Prabawa Mohede telah melewati serangkaian momen penting dalam karier bermusiknya. Pernah berkolaborasi dengan nama-nama sebesar Indra Lesmana, Ahmad Dhani, Pongki Barata hingga Dave Koz, Mike merasakan anugerah luar biasa dari Sang Pencipta.
Nama Mike Mohede mulai dikenal sejak mengikuti Indonesian Idol 2005. Dalam ajang tersebut Mike berhasil menjadi jawara setelah mengalahkan Firman, Monita dan lawan terakhirnya, Judika di babak final. Sejak itu namanya mulai diperhitungkan sebagai the next big thing.
Namun tentu jalan tak selalu mulus. Akan tetapi Mike Mohede tetap berpegang pada niat tulus. Ia memandang musik sebagai sarana untuk berbagi perasaan yang ia alami kepada orang lain. Menyanyi bukan lagi tentang laku atau tidak laku, tapi tentang orang yang terhibur dan terinspirasi.
"Kita diberi bakat dan bisa disalurkan, kurang apalagi. Bagi saya musik itu adalah ibadah yang afdol. Dan waktu orang lihat saya tampil mereka bisa setidaknya terhibur, itu bisa menjadi vibe yang positif buat saya. Karena konsepnya menghibur, dan menghibur adalah ibadah kan. Kita bisa kasih suka cita buat orang lain. Bisa jadi sosok yang menginspirasi banyak orang, itu juga menjadi tujuan hidup yang luar biasa banget buat siapapun," tukas Mike Mohede di sesi interview bersama Bintang.com (12/7).
Seperti halnya manusia yang tak pernah puas, Mike juga masih memiliki banyak hal yang ingin ia capai. Menjadi sosok yang cepat puas dan merasa jumawa bukanlah hal yang sejalan dengan prinsip pengoleksi dua album studio ini. Mimpi terus ada untuk ia kejar, dengan tetap mempertahankan personalitas dalam berkarya.
Begitu banyak hal menarik yang disampaikan pelantun tembang Kusayang Kamu ini tentang album Kedua, perspektif serta prinsip utamanya dalam bermusik dan juga berkarya. Durasi wawancara 30 menit terasa singkat saat Mike Mohede menjawab serangkaian pertanyaan dari reporter Nizar Zulmi, videografer Hasan Mukti Iskandar dan fotografer Galih W Satria dalam sesi wawancara eksklusif yang bisa kamu simak selengkapnya di halaman kedua dan ketiga.
What's On Fimela
powered by
Album Kedua, Ungkapan Rasa Mike Mohede
Butuh rentang waktu lebih dari 10 tahun bagi Mike Mohede sebelum akhirnya merilis koleksi lagu dalam album keduanya yang bertajuk Kedua. Album ini seakan merefleksikan pendewasaan diri Mike dari sisi musik, sekaligus menjadi wadah baginya mencurahkan berbagai macam ekspresi maupun perasaan.
Seberapa berat pembuatan album bertajuk Kedua ini bagi Mike Mohede?
Setelah penantian dari 2005 sampai 2015, sepuluh sampai sebelas tahun akhirnya saya dapat kesempatan lagi untuk berkarya dan kali ini di bawah label Pro-M, label saya sekarang. Akhirnya saya bisa nerusin nafas lagi, nafas karya saya di album kedua.
Sebesar apa makna yang terdapat di album Kedua? Tema albumnya seperti apa?
Kalau isi lagu di album kedua yang bertajuk Kedua isi lagu-lagunya sebagian besar lagu patah hati, patah hati sepatah-patahnya. Memang seperti itu suasana hati yang sedang seorang Mike Mohede alami pada masa itu. Nggak 10 tahun sih galau terus tapi memang kebanyakan seperti itu.
Bertema 'galau', apakah di album ini Mike Mohede juga menciptakan lagu sendiri?
Nggak semuanya lagu galau sih, seperti lagu Kusayang Kamu yang kebetulan ciptaan saya sendiri. Trus lagu Jatuh Hati ciptaannya Andre Dinuth, gitaris handal parah. Ada lagu recycle juga kaya Zigaz, Sahabat Jadi Cinta, dan ada juga kolaborasi dengan Sammy Simorangkir di lagu Cukup Siti Nurbaya, lagu yang rame di era 90an. Sebenernya w aarna lbumnya sendiri nggak galau sih, berwarna. Tapi dari so far 6 single yang keluar, kebanyakan temanya galau.
Sahabat Jadi Cinta versi Mike populer di radio dan media sosial, apa rahasia sukses membawakan lagu recycle?
Kalau saya sih balik lagi ke selera. Kadang ada juga lagu yang kita mau recycle tapi harus nggak diapa-apain, ada juga lagu yang sifatnya nih lagu kalau diaransemen lagi bukan lebih enak sih, tapi lebih ngeluarin karakter si penyanyi yang merecycle lagu tersebut. Kalau Sahabat Jadi Cinta saya kolaborasi sama salah satu musisi handal yang dimiliki Indonesia, saya panggilnya Opung Irwan Simanjuntak. Di sini Opung nanya ke saya 'nih lagu mau diapain? yang kebayang di lo apa?' ada unsur piano sama alat geseknya, string. Pada saat ngedenger hasil musiknya justru di luar ekspektasi, karena Opung juga naruh unsur cellonya, kalau Zigaz dulu kan lebih ke pop rock yang segmennya anak muda, kalau versi Mike ini buat segmen yang usianya mature, lebih dewasa.
Lagu mana di album Kedua yang paling personal bagi Mike?
Dari setiap lagu ada nyentuh bilik personal dari seorang Mike Mohede. Dari sekian banyak lagu mungkin Kusayang Kamu, yang saya ciptain sendiri bisa dibilang paling personal. Karena saya ciptain sendiri ya, bukan karena paling bagus atau apa. Karena pada saat saya menulis dan menciptakan lagu ini saya merasakan seperti judulnya, lagi sayang-sayangnya sama seseorang, mengalami momen penuh warna deh sama seseorang itu. Saya juga lagi mikirin lagu cinta-cinta sih waktu itu, momen terlena lah pokoknya.
Apakah ada ekspektasi jika 6 single diterima masyarakat, terutama Kusayang Kamu?
Waktu saya menulis dan mendalami lagu itu, kata per kata, sampai jadi satu lagu utuh saya nggak pernah kepikiran bahwa 'wah lagu ini bakal laku'. Ini ungkapan jujur yang paling jujur ya, saya cuma pingin bisa menyuarakan apa yang hati saya rasakan waktu itu. Sebenernya lagu itu sifatnya cerita yang dinadakan. Kalau dari segi nadanya sendiri waktu saya pikir ya nada itu yang pas untuk lagu itu. Karena pada saat saya bayangin Kusayang Kamu yang kebayang notasi melodinya itu. Dan nada itu echoing sih, menggema di kepala, kayanya nih nada yang paling pas. Lalu saya ambil alat tulis dan kertas, dan stimulan-nya nada itu.
Musik adalah Ibadah Bagi Mike Mohede
Menjaga konsistensi dalam menjalani karier di dunia entertainment merupakan tantangan yang berat, tak terkecuali bagi Mike Mohede yang telah menekuni dunia musik sejak 2005 hingga sekarang. Malang melintang menghadapi berbagai pengalaman yang mendewasakan, Mike semakin bersyukur dengan apa yang ia raih hingga detik ini. Untuk itu ia terus memacu diri untuk menggapai mimpi-mimpi besar berikutnya.
Apa perbedaan Mike Mohede 2005 dan 2016 dari segi musik?
Kalau dari segi musik saya rasa yang paling berbeda adalah cara seorang Mike Mohede menginterpretasi setiap lagu yang dinyanyikan. Mungkin kalau tahun 2005 waktu itu umur saya masih 22, masih banyak asesoris di setiap penampilan saya. Artinya saya pengen nyanyi begini, begitu, nyanyi bagus. Semakin ke sini saya ngerasanya, bukan mikir, gimana caranya setiap saya tampil atau nyanyi live saya harus bisa ngungkapin rasa di setiap lagu dan nggak perlu banyak mikir teknis. Pengen lebih jadi seorang storyteller aja sih, atau narator yang menceritakan lagu.
Mike yang sekarang memandang musik seperti apa?
Makin ke sini saya lebih apresiasif aja sih soal musik, karena buat saya pribadi musik nih kaya jadi ibadah buat saya ke orang banyak di luar sana. Melalui musik ini saya bisa menghibur banyak orang, bisa mengubah mindset atau suasana hati banyak orang. Makanya yang saya rasa peran vital musik dalam hidup saya seperti itu. Makin ke sini dari 2005, gimana caranya saya memainkan sebuah musik yang memberi impact bagi banyak orang.
Kepuasan hakiki bagi Mike Mohede sebagai seniman musik seperti apa?
Dari segi kepuasan sih. Saya sangat-sangat bersyukur banget atas kesempatan-kesempatan yang saya dapatkan dari tahun 2005 ke sini, terlepas dari kelebihan dan kekurang apapun itu. Pertama saya bisa dikasih kesempatan sama Tuhan untuk menjadi penyanyi, atau musisi, atau pencipta lagu, praktisi musik. Nggak semua orang yang punya kemampuan dan keinginan dapat kesempatan seperti ini. Dan itu momen yang selalu saya cherished banget, bahkan sampai saya mati nanti. Bagi saya musik itu adalah ibadah yang afdol. Dan waktu orang lihat saya tampil mereka bisa setidaknya terhibur, itu bisa menjadi vibe yang positif buat saya. Karena konsepnya menghibur, dan menghibur adalah ibadah kan. Kita bisa kasih suka cita buat orang lain. Bisa jadi sosok yang menginspirasi banyak orang, itu juga menjadi tujuan hidup yang luar biasa banget buat siapapun.
Sudah sukses sebagai penyanyi, ada keinginan lain untuk berkecimpung di musik?
Kalau keinginan yang lebih-lebih itu pasti ada sih, karena saya orangnya nggak cepet puas. Pada saat saya tahu saya bisa melakukan hal di luar zona nyaman saya, dan saya bisa melakukannya dengan tuntas itu jadi satu dorongan untuk saya bisa melakukan hal yang lebih lagi. Kalau untuk musik justru keinginan dan kerinduan hidup saya kalau bisa saya bilang, saya ingin jadi orang yang di belakang layar aja. Saya ingin berada di belakang layar dengan memproduce beberapa penyanyi baru yang memang cocok di hati saya. Dengan begitu saya juga bisa ibadah hidup lagi dengan ngasih kesempatan buat siapapun bakat baru yang punya passion di musik juga. Jadi penulis lagu udah pasti, pengen jadi produser juga.
Sebagai awalan, mungkin bisa dijelaskan sedikit tips untuk menggali dan membentuk karakter vokal seorang penyanyi ala Mike?
Dari yang saya lakukan selama ini sih saya nggak pernah menutup diri akan setiap referensi yang saya dengar, karena referensi itu berharga banget. Kita punya referensi banyak berarti kita juga makin banyak dengar sound yang baru. Sound itu penting sih, dengan begitu kita bisa meluaskan selera musik kita, ilmu yang bisa jadi panutan bermusik juga. Jangan cepet puas juga, karena ketika sudah merasa puas di situ akan tercipta sudut dan ruang yang dinamakan zona nyaman sih. Bergaul dengan banyak musisi kalau memang bener-bener pengen di musik. Dan jangan pernah merasa diri sendiri paling oke, karena di atas langit masih ada langit.