Editor Says: Kejeniusan Sherlock Holmes dalam Goresan Conan Doyle

Floria Zulvi diperbarui 13 Jul 2016, 12:14 WIB

Fimela.com, Jakarta "I'm not a psychopath, Anderson. I'm a high-functioning sociopath. Do your research!" Begitulah kutipan serial SHERLOCK dalam episode A Study In Pink yang paling membuat lucu, bahkan geli para penggemar Sherlock Holmes. Bagaimana tidak, seorang yang dianggap 'aneh' oleh setiap orang ternyata merupakan seorang jenius (tunggal) yang sanggup memecahkan kasus sulit yang bahkan untuk dibayangkan saja rasanya tidak perlu

***

Lahir di era 90-an dan pula tumbuh di tahun 00-an membuat saya menjadi penikmat film kartun. Mungkin Anda juga sempat melakukan aktivitas ringan namun menyenangkan seperti saya. Setiap minggu berusaha untuk bangun pagi agar tidak ketinggalan kartun Chibi Maruko-chan, Hamtaro, Let's & Go, dan tontonan menyenangkan lain.

Dari sekian banyak kartun yang disuguhkan, entah kenapa saya sudah tertarik dengan Detektif Conan. Ya, kamu pasti tidak heran dengan nama Shinichi Kudo, Conan Edogawa dan Ran Mouri. Mereka sudah menawan hati dan menyita perhatian saya sedari dulu. Membuat saya menunggu kapan munculnya kasus-kasus baru.

Pada pembukaannya, anime Detektif Conan mengisahkan tentang alasan tubuh Shinichi Kudo mengecil dan kemudian menjadi Conan Edogawa. Ya, penamaan karakter Conan dilakukan secara 'kepepet'. Saat itu Ran Mouri menanyakan nama 'Shinichi Kecil' dan tanpa sengaja ia pun menabrak rak buku dan melirik novel Sherlock Holmes dengan nama Sir Arthur Conan Doyle sebagai penulisnya.

Tercetusnya nama 'Conan' yang sederhana dan hadirnya sosok Holmes dalam beberapa episodenya membuat saya bertanya, 'siapakah sang idola dari detektif idola saya?', 'Conan saja sudah sebegitu cerdasnya, siapa pula Sherlock Holmes ini?'. Pertanyaan tersebut pun lama terjawab. Situasi saya yang kala itu masih memakai seragam putih merah, buta internet dan tak pernah ke toko buku besar menjadi halangan yang sangat berarti.

Namun ternyata Dewi Fortuna selalu berada dekat dengan orang yang miliki rasa penasaran yang tinggi. Ketika film The Adventure of Tintin sudah habis ditonton, akhirnya saya miliki kesempatan untuk membaca buku Sherlock Holmes. Meski masih ingusan dengan dasi karet yang menggantung di leher, saya mulai mengagumi kecerdasan Sir Arthur Conan Doyle.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Konflik Batin Antara Sherlock Holmes dan Conan Doyle

Sebagai penikmat film, serial, dan pastinya novel Sherlock Holmes saya miliki dilema tersendiri. Rasanya terlalu nyata untuk membiarkan tokoh Holmes sebagai fiksi. Bagaimana tidak, novel yang sudah 'tak terhitung' berapa kali dicetak, dibuat dalam beragam bahasa, hingga kisah yang menjadikan novel tersebut sebagai inspirasi dalam membuat karya selanjutnya.

Jika membahas mengenai film Sherlock Holmes yang dibintangi Robert Downey Jr rasanya sudah tak bisa lagi diungkapkan betapa jenius dan argannya tokoh Holmes. Namun, bagaimana dengan serial SHERLOCK yang saat ini masih ditunggu season 4nya? Takkan ada habisnya!

Dalam sebuah episode serial SHERLOCK, dijelaskan bahwa Holmes memiliki 'mind palace'. Ya, saya ingat betul, pertama kali ia menunjukkan caranya memasuki istana pikiran adalah ketika menangani kasus 'The Hound of Baskerville'. Holmes mengatakan bahwa otak manusia sama dengan hard drive. Ia merekam setiap memori yang ada dan kemudian menyimpannya. Manusia takkan pernah lupa, mereka hanya perlu tahu kemana dan di mana mencari memori tersebut.

Dengan kecerdasan yang sedemikian rupa, saya sendiri lupa bahwa Holmes takkan lahir tanpa seorang ayah. Ya, Sir Arthur Conan Doyle ialah ayah sekaligus ibu yang sudah membesarkan namanya. Saya pun menjadi dilema, kejeniusan yang dimiliki Holmes jangan-jangan hanya seujung kuku dari kecerdasan Doyle?

Jujur saja, saya sempat patah hati ketika sadar bahwa Holmes merupakan tokoh fiksi yang hadir atas kecerdasan orang lain. Namun uniknya, saya pun miliki cinta tersendiri pada Doyle. Jika kamu belum tahu, sang author ini merupakan seorang ahli bedah kapal, seorang petinju, wakil letnan di Surrey, Inggris, serta seorang pemain kriket yang handal. Jadi, adakah alasan saya untuk tidak menambat hati saya padanya?

Terlepas dari Doyle yang 'memaksa' Holmes untuk memilih tidak mengetahui bahwa bumilah yang mengelilingi matahari bukan sebaliknya (Yup, Holmes nggak tahu bahwa matahari itu pusat tata surya), saya tetap mengagumi karyanya yang saat ini masih sanggup membuat seluruh dunia menanti kapan lagi karya Sherlock Holmes akan dibuat.

Oh iya, jangan salah paham. Holmes bukannya tidak tahu mengenai orbit. Ia hanya tak ingin tahu. Ingat, Holmes menganggap otaknya adalah hard drive. Bukankah sesuatu yang memang nggak peting seharusnya dibuang dan tak lagi diingat?

Floria Zulvi,

 

Editor kanal Style Bintang.com