Eksklusif Albert Halim, Selektif dan Keberuntungan Jadi Kaskuser

Regina Novanda diperbarui 12 Jul 2016, 08:02 WIB

Fimela.com, Jakarta Sebuah kebanggan tersendiri bagi Albert Halim terlibat di film Sundul Gan: The Story of Kaskus. Beperan sebagai Andrew Darwis, salah satu pendiri Kaskus, Albert melakukan serangkaian proses observasi yang cukup mendalam. Tak hanya dari segi fisik, tapi juga cara berpikir dari Andrew coba dimengerti hingga 'diikuti' Albert untuk film ini.

***

Bermain di film bertamakan biografi sudah menjadi impian Albert sejak pertama kali menapaki karier di dunia akting. Pria kelahiran Jakarta, 17 September 1986 ini memulai debut dengan membintangi film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010). Perannya sebagai Acin di film garapan Robby Ertanto itu langsung mencuri perhatian publik hingga membawanya menjadi salah satu nominasi ajang penghargaan IMA 2011.

Film keduanya, Catatan (Harian) Si Boy, semakin melejitkan nama Albert sebagai aktor pendatang baru. Tawaran akting yang kian membanjiri ternyata tak serta merta membuat Albert keasyikan. Ia justru semakin selektif dalam memilih peran yang akan dilakoninya di film.

Terbukti, selama tiga tahun, sejak membintangi film Kawin Kontrak 3 (2013), Albert tidak terlibat di satu judul film pun hingga akhirnya bermain di film Sundul Gan: The Story of Kaskus tahun ini. Albert memang mematok syarat untuk setiap film yang dibintanginya. Ia tak mau bermain film yang dibuat hanya untuk sekedar kepentingan bisnis semata.

Albert selalu melihat secara detil cerita dan siapa sutradara yang terlibat di dalamnya. Meski sang sutradara baru pertama kali memulai debut layar lebar, Albert tak pernah mempermasalahkan seperti Naya yang menggarap film Sundul Gan: The Story of Kaskus. Karena menurutnya, ketika produser sudah menunjuk seseorang untuk menjadi sutradara maka orang tersebut sudah memiliki talenta yang cukup baik untuk menggarap sebuah film.

Seperti apa perjuangan Albert untuk memerankan Andrew Darwis di film Sundul Gan: The Story of Kaskus? Lantas, apa yang menjadi alasannya untuk sangat selektif dalam memilih peran? Simak hasil perbincangan dan wawancara Albert Halim dengan Regina Novanda dan fotografer Nurwahyunan di kantor Bintang.com, Gondangdia, Jakarta Pusat, pada Senin, 6 Juni 2016 lalu.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mati-matian Perankan Pendiri Kaskus

Albert Halim berjuang mati-matian untuk memerankan salah satu pendiri Kaskus, Andrew Darwin. (Foto: Nurwahyunan, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Albert Halim berjuang mati-matian untuk memerankan salah satu pendiri Kaskus, Andrew Darwis. Salah satu cara yang dilakukannya agar dapat terlihat mirip adalah dengan mengikuti bentuk dagu dari Andrew. 

Peran di film Kaskus?

Saya berperan sebagai Andrew Darwis, salah satu founder dari Kaskus. Cerita bermula ketika Andrew mendapat tugas kuliah dari dosennya di Amerika untuk membuat website. Tiba-tiba dia kepikiran buat bikin forum yang diberi nama Kaskus atau Kasak Kusuk. Tujuan dibuatnya Kaskus itu untuk mahasiswa Indonesia yang kuliah di Amerika agar dapat saling bertukar informasi dan hingga akhirnya berkembang sampai sekarang.

Melakukan observasi untuk peran ini?

Ya, saya langsung observasi ke Andrew. Pertama kali saya minta untuk dipertemukan dengan dia untuk interview. Sebelumnya, of course, saya sudah mencari-cari tahu tentang dia, termasuk membaca buku Kaskus. Saat pertama kali ketemu, saya mempertanyakan banyak hal hingga ke yang detil. Saat sedang interview, tentu saya juga merekam dengan handphone agar saya bisa lihat gesture dari dia kalau lagi nggak jaim (jaga image). Kemudian, saya diskusi dengan sutradara agar bisa mengikuti bentuk dagu dari Andrew, saya sampai ke dokter lho hahaha. Kenapa saya lakuin itu semua? Karena ini adalah film biopik pertama. Saya ingin total banget pokoknya.

Sempet jalan bareng sama Andrew?

Kebetulan rumah kami deketan, Sempat jalan bareng juga dua kali sama Andrew, Ken dan Dion. Saya perhatiin dia kalau bertemu orang baru reaksinya gimana, kalau sama Ken dia rileks banget ternyata, tapi kenapa dengan orang baru selalu kikuk.

Awal bangun chemistry dengan Dion?

Sebelumnya sudah kenal Dion tapi belum pernah project bareng. Chemistry terbagun dengan sendirinya karena intensitas pertemuan yang sering. Kita tahu ini film tentang persahabatan, jadi ya let it flow aja.

Setelah memerankan sosok Andrew, semakin mengidolakan?

Iya, dia ternyata orangnya sangat humble sekali. Begitu juga dengan Ken. Mereka tak menganggap saya hanya klien saja, tapi sudah kayak temennya sendiri. Saya bersyukur sekali ada di project ini.

Ketagihan buat main film biopik?

Ketagihan banget. Saya penasaran bukan sama peran dari tokoh itu, tapi dari bagaimana cara si karakter itu berpikir. Karena saya tipe aktor yang lebih memusatkan pada jalan pikiran dari karakter yang dimainkan, sebab dari situ gesture akan mengikuti.

Kenapa sangat tertarik di film?

Karena film dikerjakan dengan perencanaan yang matang. Tapi kalau ada sinetron yang dikerjakan dengan perencanaan yang
matang sih, well bagus. Sejauh ini, setahu saya sinetron- sinetron yang ada belum dikerjakan dengan perencanaan yang
matang. Saya suka proses di film. Saya belajar banyak tentang kehidupan.

Seberapa penting penghargaan untuk seorang aktor?

Nggak tahu ya, kalau menurut saya, itu bukan fokus utama. Saya lebih fokus untuk berkarya saja dahulu. Penghargaan itu hanya bonus. Reward itu mengikuti pekerjaan yang bagus.

Sempat tiga tahun vakum dari film layar lebar, kenapa?

Saya lebih ke TV saat itu dengan terlibat di sitkom. Bukan karena lebih tertarik dengan layar kaca, tapi saat itu yang ngajakkin main film kebetulan belum ada yang cocok. Ya, belum sesuai dengan cerita dan sutradaranya. Untuk film, saya memang pilih-pilih. Saya hanya ingin main di film-film bagus, yang dibuat sepenuh hati bukan hanya karena bisnis.

 

3 dari 3 halaman

Selektif Pilih Tawaran Akting

Albert Halim memiliki alasannya tersendiri mengapa cukup selektif dalam memilih tawaran akting. (Foto: Nurwahyunan, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Albert Halim memiliki alasannya tersendiri mengapa cukup selektif dalam memilih tawaran akting. Ia pun memiliki cita-cita untuk dapat beradu akting dengan sejumlah nama besar di industri perfilman Indonesia. 

Apa yang pertama kali menjadi pertimbangan saat menerima tawaran akting?

Pertama cerita, lalu sutradaranya. Walaupun sutradaranya belum bikin apa-apa tapi ceritanya bagus, ya saya percaya. Karena menurut saya setiap orang punya talenta. Saat produser mempercayakan seseorang untuk jadi sutradara berarti bagus.

Ingin kerjasama dengan siapa?

Buat sutradara saya ingin kerja bareng dengan Joko Anwar, Upi, Nia Dinata, Mira Lesmana. Kalau untuk aktor saya ingin kerjasama dengan Reza Rahadian. Alasannya, dia keren dan bagus banget! Selain itu, tentu saya ingin terlibat project bersama ibu Christine Hakim dan Tio Pakusadewo.

Peran impian?

Saya ingin coba peran di film sejarah, lalu jadi pembunuh, anak bandel. Ya, pokoknya saya mau cobain peran semuanya,
gitu pun dengan genre, asal dibuat dengan benar.

Kondisi perfilman Indonesia di mata Albert sekarang ini seperti apa?

Sedang berkembang banget. Saya sebagai pekerja film sangat senang sekali. In the right place, in the right moment. Lagi banyak film bagus, lagi banyak orang yang niat bikin film bagus, sudah nggak kayak dulu. Sekarang nggak cuma mikirin penonton, tapi mereka sudah bikin banyak genre.

Aktor yang baik di mata Albert?

Saya selalu pegang kata-kata ini, "Bakat bisa membawa kita ke tempat yang paling tinggi, tapi hanya karakter yang bisa mempertahankan kita". Jadi menurut saya, aktor yang baik adalah aktor yang punya karakter.

Apakah setiap orang bisa jadi aktor?

Bisa banget, asalkan passion-nya dia memang di akting. Bukan hanya karena ingin terkenal. Saya sangat senang dengan orang-orang yang mengejar passion.

Akting untuk hidup Albert seperti apa?

Acting is my life. Sejak kapan saya jatuh cinta pada akting yaitu saat semester akhir masa kuliah, saya mulai ikut casting buat iklan. Setelah lulus kuliah, saya bilang sama keluarga kalau saya ingin sekolah akting, mereka kaget. Karena saya sungguh-sungguh, lalu saya sekolah akting dan makin jatuh cinta.

Sebelumnya kuliah di bidang apa?

Komputer akuntansi. Tapi nggak sia-sia, buktinya sekarang saya bisa meranin Andrew. Saya selalu percaya rencana Tuhan itu yang terbaik.

Harapan untuk karier ke depan?

Bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bukan hanya di akting saja, tapi juga sebagai person. Sampai sejauh mana Tuhan membawa saya pergi, saya tetap ingin punya karakter yang bagus.

Ingin terlibat di balik layar?

Belum kepikiran, sih. Sejauh ini lebih ingin menjadi aktor saja, terutama di film.

Akting seakan sudah mendarah daging dalam diri Albert Halim. Tak banyak harapan disematkan Albert untuk kariernya sebagai pelaku seni peran. Ia hanya ingin menjadi aktor yang berkarakter, bukan hanya sekedar mengikuti tren saja. Sukses selalu, Albert Halim.