Fimela.com, Jakarta Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali ibu menanyakan kabarmu dan kenapa kamu sudah jarang sekali main ke rumah. Ya, pertanyaan yang sangat sulit aku jawab, sekaligus pertanyaan yang sangat membingungkan. Mengapa ibuku sulit melupakanmu? Mengapa ibuku sepertinya sudah jatuh hati denganmu?
Hubungan kita memang telah usai, jadi rasanya tak heran kalau kini kamu sudah jarang main ke rumah, bahkan untuk bertemu dengan ibu atau ayahku. Hmmm, semuanya sudah aku terima, hanya saja pertanyaan ibu memang selalu membuatku bertanya-tanya.
Andai saja kamu memang orang yang baik seperti yang ibuku lihat. Buat ibu dan ayahku, kamu adalah pria yang baik dan sangat bisa diandalkan. Tak heran jika mereka berpikiran seperti itu karena setiap kali membutuhkan bantuan dari seorang anak laki-laki, mereka pasti selalu menghubungimu. Bagi mereka kamu memang baik, tapi kamu pasti sangat tahu alasan dari berakhirnya hubungan kita.
Bukannya tak ingin bercerita, aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk bicara kepada ibu dan ayah. Pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh ibu sepertinya sangat wajar. Mungkin sekarang ibu masih berpikir kalau kita masih saling sayang, makanya ia selalu menanyakan keberadaanmu. Tapi yasudahlah, aku pikir seiring berjalannya waktu ibu pasti tahu.
Saat ini hubungan kita memang hanya sebatas teman. Setelah memutuskan untuk mengakhiri hubungan, secara pasti kita sudah kehilangan komunikasi. Aku tidak tahu kabarmu, begitupun dengan kamu. Jadi, aku memang tidak bisa menjawab jika ibu bertanya,”Apa kabarnya mas mu, kok sudah lama nggak ke sini?”
Pada akhirnya aku berbicara kepada ibu dan ayah kalau hubungan kita memang sudah berakhir. Kamu tahu apa jawaban ayah dan ibu? Mereka malah meminta aku bersabar dan menerima kekuranganmu. Ya, ibu dan ayah sepertinya sangat mencintaimu, mereka juga merindukan keberadaanmu. Andai saja kamu memang pria yang baik yang ditakdirkan Tuhan untukku, rasanya pasti semuanya akan lebih mudah karena hubungan kita sudah mendapatkan restu dari kedua orangtuaku.
Tapi semua itu hanya khayalanku karena kenyataannya, kamu tidak sebaik yang dikenal oleh ayah dan ibu. Aku masih ingat sebelum putus kita seringkali bertengkar hanya karena masalah sepele yang sebenarnya sangat mudah untuk dibicarakan. Hmmm, aku tidak ingin lagi mengungkit masa lalu, tapi pada kenyataannya bagi ayah dan ibu kamu adalah satu-satunya pria yang layak untukku. Ya, setidaknya aku hanya ingin mengucapkan terima kasih, terima kasih karena kamu juga sangat sayang dengan ibu dan ayahku.