Fimela.com, Jakarta Di penghujung bulan Ramadan, sebuah kehebohan menampar keras pipi umat Islam. Berbagai ledakan bom terjadi di mana-mana menjelang Idul Fitri. Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah ledakan bom Madinah, yang terjadi di sekitar wilayah masjid Nabawi pada Senin (4/7/2016) waktu Arab Saudi.
Seorang pelaku bom bunuh diri dan empat petugas keamanan dilaporkan meninggal dunia akibat insiden ini. Menurut laporan media setempat, pelaku diketahui adalah seorang ekspatriat berusia 30 tahun, dan bukan merupakan warga Arab Saudi. Laporan terakhir menyebutkan bahwa belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas tragedi ini.
Baca Juga
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saudi, Mayor Jendral Mansour Al-Turki mengungkapkan bahwa tujuan utama pelaku adalah masjid Nabawi. Namun karena gerak-geriknya terlihat mencurigakan, akhirnya petugas yang ada di sekitar wilayah mencegatnya. Karena panik, pelaku pun langsung nekat menarik pemicu bom, dan terjadilah ledakan.
Empat petugas yang mendekatinya pun menjemput ajal, sementara lima lainnya mengalami luka-luka. Tubuh pelaku bom bunuh diri pun hancur berkeping-keping meninggalkan kengerian di sekitarnya. Asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, dan membuat panik orang di sekitarnya.
Terlebih lagi, ledakan terjadi menjelang berbuka puasa, sehingga banyak orang sedang berkumpul di sekitar masjid Nabawi. Selain petugas keamanan, memang tidak ada laporan korban tewas lainnya. Namun dalam waktu singkat, kejadian ini langsung menyita perhatian banyak orang. Lagi-lagi dunia harus berhadapan dengan teroris, yang kali ini entah siapa dalangnya.
Namun kengerian bom Madinah sejatinya bukan satu-satunya yang menghantui umat Islam menjelang Idul Fitri ini. Sebagaimana kita tahu, kejadian ini akhirnya menginspirasi pihak lain untuk melakukan hal yang sama. Alhasil, tak lama setelah tragedi itu, terjadilah ledakan di kota Solo, Indonesia.
What's On Fimela
powered by
Rentetan Petaka
Selain bom Madinah, bom bunuh diri juga terjadi di Markas Polresta Surakarta sehari sebelum Idul Fitri. Selasa (5/7/2016) pukul 07.30 WIB, awalnya pelaku masuk ke halaman Mapolresta. Namun karena perilakunya yang mencurigakan, polisi mencegatnya dan menanyakan apa keperluan pelaku. Namun, sebelum sempat menjawab, pelaku melarikan diri dan meledakkan diri di dekat kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) di Mapolresta Surakarta.
Laporan ledakan bom di atas tentunya sudah cukup membuat kita bergidik ngeri. Pasalnya, sebelum kejadian tersebut, konflik, perang, dan tragedi telah banyak menimpa umat Islam. Selain Arab Saudi yang dihantam bom di Madinah, Jeddah, dan Qatif di hari yang sama, kejadian yang lebih tragis juga menimpa Irak.
Sehari sebelum bom Madinah, bom bunuh diri juga meledak di Baghdad, ibukota Irak. Kurang lebih 200 orang dilaporkan meninggal dunia karena kejadian ini. Bahkan, Menteri Dalam Negeri Irak Mohammed Ghabban angkat tangan dengan kejadian ini dan mengumumkan pengunduran diri. ISIS mengaku bertanggung jawab dalam kejadian ini.
Kejadian besar pun juga menimpa sejumlah negara. Di Bangladesh, setidaknya 20 sandera meninggal dunia akibat serangan kelompok bersenjata di kota Dhaka. Bandar udara internasional Ataturk di Istanbul, Turki pun sempat diserang sehingga menewaskan 28 orang.
Semakin kita berjalan mundur, maka kejadian yang tak kalah mengerikan akan semakin banyak terungkap. Tak hanya bom, tragedi Mina pada September 2015 lalu juga menjadi salah satu tamparan yang mengingatkan kita pada beratnya perjuangan umat Islam. Diduga karena provokasi pihak tertentu, kepanikan pun terjadi saat jamaah sedang menjalani ibadah haji, sehingga menimbulkan cukup banyak korban tewas.
Namun apapun kejadian yang menimpa, tanpa memandang sasaran dan pelaku, aksi terorisme memang patut kita kecam. Apapun motifnya, aksi yang menyebabkan nyawa manusia melayang jelas sudah menyalahi norma dan hukum. Yang bikin miris, insiden ini terjadi menjelang Idul Fitri, yang merupakan momen umat Islam seharusnya merayakan kemenangan. Semoga setelah bom Madinah dan bom Solo, tidak ada teror lain yang melanda umat manusia.