Sana'a, Paras Salah Satu Kota Tertua dalam Peradaban Islam

Asnida Riani diperbarui 04 Jul 2016, 23:38 WIB

Fimela.com, Jakarta Seperti ditarik ke latar negeri seribu satu malam, Sana'a merupakan kota di mana rumah kotak sewarna lempung berjajar, serta scene riuh-rendah pasar 'berbaring'. Jalan-jalan beraromakan daging domba, juga teh pekat yang dituang dari gelas ke gelas adalah pemandangan normal di kota terbesar di Yaman ini.

Jika bayangan negeri 'Aladdin' yang lekat akan Timur Tengah sudah tersemat, maka napas Islam mungkin jadi konten selanjutnya yang memenuhi pikiran. Di antara banyak sudut, Masjid Agung merupakan satu situs paling menarik di kota yang berada di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut tersebut.

 

Disebut sebagai masjid pertama di Yaman, pembangunannya disebut-sebut mendapat pengawasan langsung dari Nabi Muhammad. Berusia ribuan tahun, masjid ini telah mengalami sejumlah pemugaran. Namun masih terdapat beberapa penyusun orisinal, terutama di bagian atap.

Terlepas dari bangunan bernuansa spiritual, Sana'a tetap mengemban 'sentuhan' Islam. Ritme kehidupan yang diciptakan masyarakat lokal kerap disebut sebagai harta karun tersembunyi di 'tanah' Arab. Tak seperti kebanyakan kota di Timur Tengah, Sana'a menolak moderintas dan berpegang pada sendi historikal.

Keunikannya tak berhenti di situ, rumah-rumah di Sana'a sengaja dibangun tinggi dengan mengemban kepercayaan warga lokal, yakni hendak lebih dekat ke surga. Biasanya, bangunan tersebut akan terdiri dari enam atau delapan lantai. Mistis, romantis, dan pesona tiada akhir sekiranya jadi kata yang bisa mendeskripsikan salah satu kota tertua dalam peradaban Islam tersebut.