Eksklusif Rimma Bawazier, Model yang Sukses Jadi Desainer

Gadis Abdul diperbarui 01 Jul 2016, 09:08 WIB

Fimela.com, Jakarta Rimma Bawazier, wanita cantik kelahiran Bogor 10 April 1986 ini awalnya memang dikenal sebagai seorang model muslimah. Tepatnya pada tahun 2003, di usianya yang masih 17 tahun, Rimma sudah menjadi salah satu model muslimah yang cukup bersinar, tidak hanya di dalam negeri, tapi ia juga sempat mendapatkan kontrak sebagai model di luar negeri.

Tak hanya sebatas menjadi seorang model, di tahun 2012 ia pun melahirkan sebuah brand fashion muslimah yang diberi nama Kaimma Malabis. Namun kariernya memang sempat berhenti ketika sang suami, Sham Sony yang ia nikahi pada tahun 2013 meninggal karena kecelakaan pada 7 Januari 2014 silam. Dan yang lebih menyakitkan lagi saat itu Rimma tengah mengandung 26 minggu.

“Menangis, nggak bisa ngapa-ngapain, tapi pada akhirnya waktu itu aku ingat sama perut saya. Aku takut ada apa-apa dengan bayi aku hingga aku akhirnya memutuskan untuk minta makan ke pembantuku,” cerita Rimma kepada Bintang.com. Begitu berat cobaan yang harus dilalui oleh Rimma, tapi putri kecilnya, Shakila Sham Sony selalu menguatkannya.

“Dengar tangisan Shakila hidup aku jadi lebih berarti lagi,” ungkap Rimma. Ya, keberadaan Shakila telah membuat Rimma terus bertahan dan bangkit dari keterpurukan. Ia sadar bahwa hidupnya belumlah berakhir, apalagi kini ada Shakila yang harus ia jaga dan besarkan. “Allah tidak mungkin memberikan ujian kalau bukan untuk naik kelas. Aku memang harus melanjutkan hidupku,” tegas Rimma.

Rimma memang memiliki ketegaran yang luar biasa. Apapun yang terjadi Rimma tak pernah lupa untuk tersenyum, belum lagi ia memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya. Rimma memang memiliki sejuta cerita dalam hidupnya, tapi tentu tidak hanya cerita sedih, Rimma juga memiliki sebuah kisah bahagia yang tentu saja dapat menginspirasi semua orang.

Dan rasanya tak salah jika kali ini Bintang.com mengangkat Rimma Bawazier sebagai salah satu tokoh sukses yang akan banyak menginspirasi anak muda di luar sana. Inilah cerita jatuh bangun Rimma Bawazier ketika membangun Kaimma Malabis dan tetap bertahan menjadi model muslimah hingga saat ini.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Cerita Singkat Soal Karier di Dunia Fashion

Jalan yang dipilih oleh Rimma Bawazier sepertinya tak salah, setelah dikenal sebagai seorang model kini Rimma juga sukses jadi desainer. (Foto by Nurwahyunan/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Lahir dari keluarga broken home membuat Rimma Bawazier belajar banyak hal tentang kehidupan ini. Sang ibu tentunya adalah orang yang memberikan pengaruh sangat besar untuk Rimma sehingga ia bisa seperti sekarang ini. Ia sadar sebagai seorang wanita ia harus kuat, tak hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk anak dan keluarga tercinta.

Sejak kapan tertarik dengan dunia fashion?

Waktu SMA kelas 2 aku sering ikut ibu ke Tanah Abang, karena ibu jualan baju siap pakai. Sampai pada akhirnya karena aku sering desain dan teman-teman ibuku banyak yang pesan desain ke aku. Makanya pada saat lulus SMA ibuku bilang terusin aja fashion desainnya. Akhirnya aku kuliah fashion desain, nyoba dulu yang satu tahun di InterStudi. Setelah itu, justru aku sudah tertarik dan buka konveksi kecil-kecilan. Dimulai dari baju made by order, seperti baju pesta.

Katanya sempat berhenti jadi desainer?

Karena umur masih 20-an dan masih labil, jadi ceritanya aku ditawarin kerja kantoran, lalu fashion desain aku tinggalin, kerja office hour. Sampai akhirnya aku menikah dan memutuskan untuk berhenti kerja. Tapi setelah menikah aku memilih fokus lagi di dunia fashion desain. Saat itu fokusnya membuat busana ready to wear. Fokus lagi pokoknya di umur 27.

Cerita singkat tentang asal usul brand Anda, Kaimma Malabis?

Di tahun 2012 awalnya namanya Rimma Collection, tapi pas mau mematenkan nama ternyata sudah ada yang pakai nama itu. Jadi, kebetulan memang sejak kecil aku panggilannya Kaimma, jadi yaudah keluarga bilang pakai nama Kaimma aja. Lalu pakailah nama Kaimma Malabis. Malabis itu sendiri adalah bahasa Arab yang artinya pakaian. Jadi, pakaian Kaimma.

Bagaimana cara pemasaran atau memperkenalkan Kaimma Malabis untuk pertama kali?

Awalnya cuma door to door, dari teman ke teman, terus masuk ke dunia online. Dulu kan ada group BBM sampai akhirnya ketemu teman-teman hijabers yang memang punya visi misi yang sama. Kita berteman sampai akhirnya jadi desainer-desainer muda yang punya komunitas sendiri, bergabunglah kita di Districk 12. Berbagai event kita juga ngadain bareng-bareng, seperti pameran dan lain-lain sampai akhirnya kita punya store sendiri.

Dari awal memang Anda mendesain baju muslim?

Iya, dari awal memang hijab. Tapi awalnya baju muslim yang khusus buat pesta dan pengantin. Jadi, lebih ke detail, seperti bordir dan payet. Kalau sekarang kan memang ready to wear, yang memang dipakai untuk sehari-hari.

Kenapa memilih menjadi desainer baju muslim?

Karena aku sendiri menggunakan hijab. Aku menggunakan hijab dari 2 SMP, dan waktu itu merasa kesulitan menemukan busana hijab yang bagus untuk anak muda. Dulu anak yang pakai hijab kalau nggak pakai baju ibunya ya neneknya, dan modelnya begitu-gitu aja.

Ciri khas baju Kaimma Malabis?

Kaimma Malabis itu lebih simple, cutting-annya simple, terus desainnya tuh tengah-tengah, bisa kasual, dan bisa formil juga. Kalau misalkan kita mau pakai daily ya kita pakai seperti biasa mix and match, atas bawah. Tapi kalau kita mau formal sebenarnya cutting-nya sudah bisa formal tinggal penambahan aksesorisnya saja, seperti kalung dan lain-lain.

Boleh cerita pengalaman atau masa sulit membangun bisnis fashion?

Dulu waktu mulai cuma punya satu tukang jahit dan ternyata tukang jahit aku sempat memproduksi baju-baju aku dan dijual murah. Dibohongin sama penjahit, hingga akhirnya tukang jahitnya mengkhianati. Terus yang tiba-tiba baju kita belum ada di butik tapi sudah ada di tempat lain dan ternyata penjahit itu dengan penjahit brand lain sama, jadi diambil sample-nya. Tapi alhamdulillah seiring berjalannya waktu semua masalah itu bisa teratasi. Hingga saat ini pegawai aku sudah ada 20 orang.

3 dari 3 halaman

Hijabers Community dan Perkembangan Fashion Hijab

Jalan yang dipilih oleh Rimma Bawazier sepertinya tak salah, setelah dikenal sebagai seorang model kini Rimma juga sukses jadi desainer. (Foto by Nurwahyunan/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Jika boleh dibilang Rimma Bawazier adalah salah satu orang yang paling tahu soal perkembangan dunia fashion hijab di Indonesia. Pasalnya, bersama teman-temannya ia membangun sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi para anak-anak muda yang telah memutuskan untuk berhijab. Dari situ pulalah ia mulai menseriusi dunia fashion muslimah dengan menjadi desainer.

Bagaimana ceritanya bisa membangun Hijabers Community?

Dibangun 27 November 2010 aku bersama founder itu ada 30 orang, awalnya cuma kumpul-kumpul ngadain hijab class, kreasi hijab, pengajian dan lain-lain sampai akhirnya kita membangun komunitas yang lumayan besar, sampai saat ini masih eksis. Cuma kita memang sudah serah terima jabatan, karena kita semua sudah pada menikah, sudah pada punya anak, jadinya komunitas itu sendiri sekarang ada pengurusnya yang lain. Tapi kita tetap ngadain event tahunan yang dikenal dengan ‘Hijab Day’.

Tujuannya membangun Hijabers Community?

Tujuannya justru ingin menarik kita-kita, hijabers muda biar ada komunitasnya. Karena kan kita nggak pede merasa seperti ibu-ibu, tapi kalau ada komunitasnya dan diisi oleh anak-anak muda dari situ jadi pada pengen berhijab. Mungkin awalnya cuma mau tahu kreasi hijabnya doank sampai akhirnya kita tahu bahwa kita memang wajib berhijab. Karena juga diselingi dengan pengajian-pengajian rutin setiap bulannya.

Menurut Anda bagaimana perkembangan dunia fashion hijab saat ini?

Fashion hijab sendiri sebenarnya muncul di tahun 2010 itu semenjak ada komunitas hijab, langsung booming. Dari situ terlihat ternyata anak muda pakai hjab itu oke, tetap trendi sampai akhirnya sekarang muncul desainer-desainer muda yang mungkin nggak punya basic ilmu fashion, tapi dia senang dan bikin sendiri. Hingga sekarang perkembangan industri fashion muslimah sungguh luar biasa, makin banyak perancang-perancang baru dan tentunya makin banyak anak-anak muda yang tertarik menggunakan hijab.

Banyaknya desainer fashion hijab saat ini apakah Anda merasa tersaingi?

Aku nggak pernah merasa tersaingi, kita sama-sama menghidupkan fashion hijab karena kan 2020 Indonesia targetnya jadi pusat fashion muslim dunia. Jadi dengan banyaknya desainer baru yang bermunculan, walaupun tanpa ilmu yang serius ditekuni, tapi mereka punya passion disitu, insyaAllah jalan. Makanya di Districk 12 ada 13 brand kita nggak merasa tersaingi. Toh rezeki nggak akan ketuker, kita memang punya visi misi bersama untuk mengembangkan fashion hijab di Indonesia.

Jadi single parent dan sukses jadi desianer fashion hijab, apa motivasi terbesar yang mendorong Anda sehingga bisa sukses berbisnis?

Motivasinya sebenarnya karena merasa jujur anak paling besar dari tiga bersaudara, adikku dua laki-laki. Aku besar dari keluarga yang divorce orangtuanya, jadi pada saat itu aku merasa dituntut kalau nggak aku yang sukses adik-adikku mau lihat siapa nih. Dan waktu itu ibu nggak kerja, jadi hanya aku yang kerja sendiri, jadi dari situlah dipacunya, makanya ngerasa kalau nggak kerja nggak bisa. Apapun dikerjain, selain produksi baju sendiri, sekarang aku mengisi talkshow juga, terus ada beberapa photo shoot.

Menurut Anda modal apa yang terlebih dahulu dimiliki seseorang yang ingin memulai usaha?

Modal nekat, karena kalau nggak pede dan nekat ya susah juga, nggak bakalan maju-maju. Jangan sampai kita punya ilmu, tapi kita nggak berani memulai jadinya ya nggak bakalan bisa apa-apa. Kita harus berani mencoba. Modal duit itu pasti, tapi aku mulai bisnis Kaimma itu hanya modal empat juta rupiah lho. Yang cuma bisa beli bahan empat meter, jadinya hanya dua baju, lumayan buat foto, kalau ada yang pesan baru deh aku beli lagi. Sekarang penghasilan perbulan Alhamdulillah bisa 100 juta rupiah perbulan.

Bisa dibilang saat ini bukan hanya sukses jadi model atau desainer, Anda juga dikenal sebagai selebgram dan memiliki 100 ribu lebih follower di Instagram, apa pendapat Anda tentang hal itu?

Aku juga nggak tahu sih mengapa mereka pada follow aku padahal isinya hanya 'nyampah' doank tadinya. Tapi, sekarang karena apa yang dipake kadang diikutin, jadi kalau mau posting mikir-mikir dulu. Jadi pengaruh buruk nggak nantinya, aku juga ngebatasin kayak untuk orang mau promo, supaya followers aku nggak bosan kalau melihat promosi yang ada di Instagram aku. Aku ng-update foto juga paling semaunya aja si.

Meskipun belum mau dianggap sebagai desainer fashion muslimah yang sukses, namun Rimma Bawazier bersyukur atas pencapaiannya saat ini. Tapi, satu hal yang masih ingin ia harapkan kelak, ia berharap agar nantinya bisa mempekerjakan makin banyak pegawai. Rimma sadar bahwa jika usaha yang ia bangun semakin besar, itu artinya bukan hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi pegawainya. "Tips sukses menurut saya, pertama kalau dapat hasil jangan lupa keluarin zakatnya, sedekahnya, dan jangan lupa ngasih orangtua. Itu aja, karena rezeki pastinya akan datang dengan cara yang indah," pungkas Rimma Bawazier.