Fimela.com, Jakarta Berdiri tegak di distrik bisnis, Masjid Lautze jadi satu-satunya merah 'di lautan' gedung putih yang catnya telah mengelupas dan memudar. Jika dilihat sekilas, mungkin tak akan ada orang yang mengidentifikasi bangunan tiga lantai itu sebagai tempat peribadatan kaum muslim.
Dengan lampu serupa lampion yang menggantung di muka, masjid ini bisa saja disangkakan sebagai vihara. Terlebih, kawasan Pasar Baru di mana Masjid Lautze 'berbaring' memang dikenal sebagai tempat tinggal etnis Tionghoa di Ibu Kota. Tak berhenti di situ, bentuk pintu yang mungkin sering kamu lihat di film laga bernuansa khas Negeri Tirai Bambu pun nampak.
Baca Juga
Adzan yang berkumandang merdu dari dalam masjid seakan jadi 'tamparan'. Mengingatkan kalau ini adalah tempat para muslim memuji dan berpasrah pada Sang Sutradara Hidup. Namun, bukan tanpa alasan Masjid Lautze berupa demikian.
Meski pemeluk Islam jadi mayoritas di bumi khatulistiwa, namun muslim yang merupakan warga Indonesia keturunan Tionghoa nyatanya adalah minoritas. Entah karena arahan persepsi di masa silam, namun mereka sempat sulit membaur dengan muslim 'dalam negeri'.
Adanya masjid yang namanya diambil dari nama jalan ini dimaksudkan sebagai sarana komunikasi dua arah bagi para muslim keturunan Tionghoa di Indonesia. Dengan ornamen kaligrafi yang diselingi akrasa Mandarin, Masjid Lautze merupakan tempat peribadatan muslim bernuansa Tiongok di sudut padat Jakarta.