Fimela.com, Jakarta Nama Tanta Jorekenta Ginting atau lebih dikenal dengan Tanta Ginting sudah dikenal luas sebagai salah satu aktor film dan televisi di Indonesia. Padahal Tanta baru mengawali debutnya di tahun 2013 dengan bermain di film Soekarno: Indonesia Merdeka besutan Hanung Bramantyo.
Di film produksi MVP Pictures tersebut, Tanta berperan sebagai Sutan Sjahrir. Meski baru pertama kali bermain film, akting pria kelahiran Medan, 16 Oktober 1981 ini ternyata cukup gemilang dan menarik perhatian banyak orang. Bisa dibilang Tanta menjadi ‘scene stealer’ dan tampil paling menonjol diantara pemain lainnya.
***
Yang menarik lagi, sebelum terjun ke dunia akting Tanta ternyata adalah seorang pekerja kantoran di bidang tehnik elektro. Cita-citanya pun bukan menjadi seorang aktor seperti sekarang ini.
“Dulu saya pengin banget jadi musisi, karena saya memang suka musik. Tapi saya justru kuliah bidang tehnik elektro waktu masih tinggal di Amerika Serikat (AS). Setelah lulus kuliah, saya kerja kantoran sesuai sama bidang kuliah saya. Tapi sekarang malah jadi aktor, hahaha,” ucap Tanta Ginting.
Baca Juga
Sejak kecil Tanta memang sudah akrab dengan dunia seni. Ia sudah suka menari dan bernyanyi serta menguasai beberapa alat musik. Di tahun 1994, Tanta ikut keluarganya pindah ke AS. Di sana ia meneruskan sekolah dan kemudian kuliah di jurusan tehnik elektro. Saat kuliah, Tanta menyalurkan hasrat bermusiknya dengan bergabung di sebuah grup musik.
Meski begitu, Tanta tetap menyelesaikan kuliahnya. Ia bahkan bekerja di kantor sesuai dengan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Punya pekerjaan mapan di kantor terkemuka yang sempat bekerjasama dengan NASA, tidak membuat Tanta merasa puas. Jiwa seni yang kental membuatnya memutuskan untuk mengejar karir di dunia hiburan.
Tanta meninggalkan pekerjaannya di AS dan kembali ke Indonesia. Tanta Ginting mulai bermain teater musikal bertajuk Gita Cinta The Musical. Dari situ jalan untuk terjun ke dunia hiburan mulai terbuka. Tanta kemudian tampil di pementasan Ali Topan The Musical dan Tetaer Musikal Laskar Pelangi garapan Mira Lesmana dan Riri Riza.
Berkat permainannya yang memikat di teater musikal, Tanta akhirnya mendapatkan peran sebagai Sjahrir di film Soekarno. Setelah itu, tawaran bermain film mulai berdatangan. Aktor yang baru saja meraih penghargaan di ajang IMAA 2016 sebagai Pemeran Pendukung Pria Terfavorit ini juga bermain dalam serial televisi The East di Net.
Berbagai peran baik di genre drama maupun komedi, mampu dijalankannya dengan baik. Walaupun begitu, aktor yang sudah meraih sejumlah penghargaan ini tak mau berpuas diri. Itu sebabnya ada satu ciri khas dari Tanta Ginting dalam bermain film. Apa yang menjadi ciri khas Tanta?
Peran apa lagi yang ingin dibawakannya dan peran apa yang paling berkesan buatnya? Lalu seperti apa perannya di film I Love You from 38.000 Ft yang akan dirilis pada Lebaran nanti? Simak hasil perbincangan dan wawancara Tanta Ginting dengan Henry dan fotografer Nurwahyunan saat bertandang ke redaksi Bintang.com, beberapa waktu lalu.
What's On Fimela
powered by
1
Sosok Tanta Ginting saat diwawancarai adalah pria yang ramah, apa adanya dan selalu punya bahan pembicaraan yang menarik. Sesekali ada cerita lucu dan menarik terutama menyangkut kiprahnya di dunia akting. Salah satunya mengenai penampilannya di film terbarunya, I Love You from 38.000 Ft, yang diproduksi oleh Screenplay Films
Apa peran dan karakter Tanta di film I Love You from 38.000 Ft (ILY)?
Saya di sini berperan sebagai Jonah. Di rekan kerjanya Arga (Rizky Nazar). Orangnya fokus banget sama kerjaan dan dia mau semuanya serba perfect. Pokoknya semua harus berjalan sesuai dengan rencana.
Siapa saja yang bermain di ILY? Apa garis besar ceritanya?
Selain saya dan Rizky Nazar, ada Michelle Ziudith, Derby Romero, Ricky Cuaca, Amanda Rawles dan banyak lagi. Film ini tentang drama percintaan dengan bumbu petualangan. Jadi ceritanya saya sama Arga tergabung dalam tim Geographic Channel yang sering berpergian ke banyak tempat dan daerah. Dari situ muncul beragam konflik, cerita dan masalah yang menarik dan membuat cerita semakin berkembang.
Ada pengalaman menarik selama syuting?
Wah, banyak banget. Yang pasti syutingnya asik banget karena kita lokasinya di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Batam, Baluran (Jawa Timur) dan Bali. Tempatnya bagus-bagus dan indah banget. Menariknya lagi, kita semua terutama saya belum pernah ke tempat kita syuting. Pokoknya pengalaman yang menarik banget selama syuting ILY ini.
Ada kesulitan selama syuting?
Kalau kesulitan rasanya nggak ada. Paling tantangannya karena kita harus beberapa kali berpindah tempat dan faktor cuaca juga. Di beberapa tempat kita juga harus berjalan dan cukup menguras fisik. Cuacanya ada yang dingin banget dan ada yang panas banget. Terus tba-tiba turun hujan pas kita lagi take. Paling itu saja. Kita sih menikmati aja, cukup enjoy sama proses syutingnya, ya karena itu tadi tempatnya bagus-bagus semua.
Ada persiapan khusus sebelum syuting karena lokasinya di banyak daerah?
Nah itu dia. Teman-teman yang lain sempat bingung karena saya cuma bawa beberapa baju. Bawaan saya paling satu koper aja, padahal yang lain bawaannya pada heboh dan banyak, hahaha. Soalnya di tempat syuting kan udah disediain baju juga. Kalau baju kotor kan bisa di laundry, apalagi kita sempat ada waktu pulang ke Jakarta sebelum berangkat syuting lagi ke daerah lain. Tapi ternyata di satu daerah saya banyak butuh baju, jadi ya belanja baju aja di sana, hahaha.
Apa yang menarik dari film ILY?
Yang pasti seperti saya bilang tadi, film ini banyak memperlihatkan tempat-tempat wisata menarik dan indah di Indonesia. Mungkin banyak dari kita yang belum tahu, baru kita lihat di film ILY dan ternyata di negeri kita banyak tempat-tempat yang begitu indah dan menarik untuk dikunjungi. Cerita juga ringan dan menghibur. Ada cerita tentang cinta, persahabatan, tentang dunia kerja dan masih banyak lagi. Cocok banget ditonton buat remaja dan semua umur di hari Lebaran nanti.
Di hari Lebaran nanti, ada empat film Indonesia lainnya yang dirilis, bagaimana peluang ILY?
Iya ada empat film Indonesia lain yang semuanya bagus dan punya kelebihan masing-masing. Saya sendiri optimis ILY bisa sukses. Tiap film punya segmen penonton sendiri. Kalau ILY mungkin akan banyak disukai remaja, tapi nggak menutup kemungkinan disukai juga sama orang dewasa, orang kantoran atau mungkin juga anak-anak.
Bagaimana awal mula terjun ke dunia akting?
Tadinya saya pengen jadi musisi, jadi anak band. Dari kecil memang sudah suka bidang seni. Tapi waktu masih 13 tahunan gitu, keluarga saya pindah ke AS karena orangtua saya harus kerja di sana. Karena tinggal di sana, saya lebih mengutamakan pendidikan. Saya ambil kuliah jurusan tehnik elektro sampai tamat dan kerja juga di bidang yang sesuai sama kuliah saya.
Selama sekolah atau kuliah pernah berkiprah di bidang seni?
Pernah. Saya pernah gabung di band dan ikut nyanyi juga di beberapa acara. Tapi itu nggak bisa jadi pegangan hidup, makanya saya kerja kantoran. Setelah lama kerja, saya merasa ini bukan bidang saya, bukan dunia saya.
Lalu bagaimana bisa terlibat di dunia akting?
Saya akhirnya pulang ke Indonesia di tahun 2008. Lalu mulai mencari jalan untuk bisa terjun di dunia seni. Setahun kemudian, saya diajak sama Daniel Mananta buat ikutan kasting pementasan tetaer musikal Gita Cinta dari SMA. Saya akhirnya dapat peran di situ dan mulai dari situ lah saya mulai mendapat jalan untuk berkiprah di bidang seni. Setelah tampil di beberapa kali teater musikal, saya mulai jatuh cinta sama dunia akting. Saya mulai berpikir untuk mencoba dunia akting.
2
Film Soekarno menjadi jalan pembuka bagi Tanta Ginting untuk berkiprah di dunia hiburan. Sebelum tampil di film tersebut, nyaris tak ada yang mengetahui kiprah Tanta di bidang akting. Namun ternyata, ia membawakan perannya sebagai Sutan Sjahrir dengan begitu memikat. Tanta mampu menampilkan yang terbaik di awal kiprahnya di dunia film dan membuatnya menjadi seperti sekarang ini.
Setelah itu mulai mendapat peran di dunia film?
Saya diajak kasting untuk film Soekarno. Katanya ada yang melihat akting saya di teater musikal. Lalu mereka tanya sama mas Ari Tulang tentang saya dan kemudian saya mendapat panggilan kasting. Saya akhirnya mendapat peran sebagai Sutan Sjahrir di film Soekarno.
Bagaimana bisa memerankan Sutan Sjahrir dengan begitu baik dan memikat?
Selain membaca dan menghayati skenario dengan baik, saya banyak bertanya dan berkonsultasi juga sama keluarga mendiang Sjahrir. Banyak cerita yang saya dapat dari mereka. Selain itu arahan dari sutradara mas Hanung juga banyak membantu saya. Tapi sebenarnya, karakter Sjahrir nggak sering marah-marah seperti di film Soekarno. Ya buat lebih dramatisasi jadi dibuat kayak suka marah-marah gitu. Yang jelas saya senang, peran saya dibilang bagus dan menonjol, apalagi bisa dapat piala dan nominasi di beberapa ajang penghargaan.
Setelah bermain di film Soekarno, apa peran lain yang paling berkesan?
Tiap peran pasti ada kesan khusus. Tapi sejauh ini yang paling berkesan di film 3: Alif Lam Mim. Di situ peran saya memang cuma tampil sebentar. Tapi dalam waktu yang singkat saya harus bisa membawakan karakter Tamtama yang berkesan mendalam bagi penonton, harus menjadi orang yang benar-benar ngeselin. Ini tantangan yang sangat berat dan untungnya saya bisa membawakannya sesuai dengan yang diharapkan. Lewat film ini juga saya dapat nominasi, bahkan dapat piala di IMAA 2016 kemarin ini.
Bagaimana perasaannya bisa meraih penghargaan?
Pastinya senang banget. Apalagi pas menang di IMAA kemarin. Itu kan ajang penghargaan buat aktor. Saya merasa bersyukur banget sudah diakui sebagai seorang aktor, hahaha. Apalagi background saya kan bukan dari dunia hiburan. Saya kan tukang insinyur yang selama delapan tahun menekuni dunia elektronik. Setelah jadi musisi nggak kesampaian, ternyata puji Tuhan aku bisa menjadi seorang aktor.
Peran apalagi yang ingin didapat?
Saya siap mengeksplor segala macam peran yang ditawarkan pada saya. Yang jelas, sekarang ini saya mau bermain film karena sutradaranya.
Berarti Anda hanya ingin ditangani sutradara tertentu saja?
Bukan begitu. Saya justru ingin ditangani sutradara yang beda di tiap film saya. Seperti di film ILY ini. Pas saya tahu sutradaranya Asep Kusnidar belum pernah kerjasama dengan saya, langsung saya tertarik bermain.
Kenapa ingin ditangani sutradara yang berbeda?
Alasan utamanya karena saya belum pernah sekolah atau belajar akting. Jadi belajar aktingnya saat bermain film, semakin sering bermain film saya jadi semakin banyak belajar. Dengan ditangani sutradara berbeda, saya jadi dapat pengalaman yang berbeda dan tentunya dapat banyak pelajaran. Tiap sutradara kan punya cara dan pandangan yang beda. Dari situ saya bisa belajar jadi aktor yang lebih bagus dan lebih dewasa lagi. Tapi bukan berart saya nggak mau main sama sutradara yang sama. Kalau memang cocok dan perannya bagus, saya oke-oke saja.
Selain film, Anda juga bermain di serial televisi, apa perbedaan yang paling terasa?
Sebenarnya nggak beda jauh. Kalau di serial bedanya karakter yang kita mainkan selalu kita bawakan hampir tiap hari. Bedanya lagi mungkin dari suasana syuting. Apalagi serial The East ini kita benar-benar syuting di kantornya Net. Kadang kalau tempatnya harus digunakan mereka, syutingnya harus ditunda karena sebagian besar kan memang indoor di kantor mereka.
Bagaimana menghayati peran sebagai Fajar di serial The East?
Iya karaker Fajar itu kan kayaknya ngeselin banget, mau enaknya dia aja, hahaha. Selain berdasarkan skenario, saya juga melihat karakter di kantor mereka sebenarnya. Beberapa karakter seperti Fajar memang beneran ada. Dari situ saya pelajari karakternya lalu saya tambahin dengan gaya saya sendiri dan sesuai sama tuntutan cerita.
Siapa aktor favorit dan siapa yang paling menginspirasi dalam berakting?
Saya paling suka sama Reza Rahadian, Lukman Sardi, Christine Hakim dan Robin Wiliiams. Semuanya bisa menginspirasi. Robin Williams misalnya, dari seorang komedian dan bermain serial komedi, dia bisa menjadi aktor yang bagus dan dapat banyak penghargaan seperti Piala Oscar. Perannya di setiap film juga beragam dan bisa dibawakan dengan bagus. Apalagi waktu dia main di Mrs Doubtfire yang nyamar jadi cewek tua, wah itu kan keren banget. Dia juga bisa main drama yang kuat banget kayak di One Hour Photo. Tapi yang paling menginspirasi saya adalah Lukman Sardi.
Kenapa Lukman Sardi?
Selain aktingnya yang bagus, yang utama karena tinggi badannya, hahaha. Soalnya dulu saya pernah mikir, apa bisa jadi aktor terkenal karena kayak Chicco Jerikho atau Ario Bayu, mereka kan tinggi-tinggi. Tapi pas ketemu mas Lukman Sardi di film Soekarno, ternyata tinggi dia nggak jauh beda sama dia. Di situ saya yakin dan terbakar tekad saya untuk jadi aktor.
Apa harapan ke depannya sebagai seorang aktor?
Saya mau belajar akting lebih dalam dan lebih dalam lagi.