Editor Says: Cukup Anas dan Habiburokhman Saja

Dadan Eka Permana diperbarui 20 Jun 2016, 12:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Teman Ahok mendeklarasikan pencapaian 1 juta KTP untuk mendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) sebagai petahana melalui jalur independen dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 mendatang pada Minggu (19/6/2016). Setelah deklarasi tersebut, media sosial twitter kembali ramai.

Netizen seakan kompak mengingatkan kembali atas janji politisi dari partai Gerindra Habiburokhman yang pernah bernazar akan terjun dari puncak Monas jika Teman Ahok mampu mengumpulkan 1 juta data KTP sebagai syarat maju di jalur indipenden. Kicauan netizen yang meminta Habiburokhman segera menepati janjinya, pun sempat menjadi trending topic dengan menggunakan tagar #AyoLoncat.

"Dear @habiburokhman, antraksi sirkusan di monasnya jadi nggak? @temanAhok," tulis salah satu pengguna twitter dengan akun @luthfi_nug. Permintaan netizen wajar saja. Sebab seperti diketahui pada Februari lalu, Habiburokhman dengan penuh keyakinan, bernazar akan terjun dari puncak Monas jika Teman Ahok mampu kumpulkan 1 juta data KTP.

"12) Saya berani terjun bebas dari Puncak Monas kalau KTP dukung Ahok beneran cukup untuk nyalon. #KTPdukungAhokcumaomdo???" tulis Habiburokhman melalui akun Twitter-nya @habiburokhman, Jumat (16/2/2016). Lalu bagimana tanggapan Habiburokhman menyoal permintaan netizen yang menagih janjinya?

Melalui akun Twitter miliknya, @Habiburokhman, Kepala Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra itu tidak secara tegas menyatakan untuk memenuhi janjinya atau tidak. Ia justru meragukan atas klaim 1 juta KTP tersebut. "1) Klaim 1 jt KTP tersebut sangat tidak dapat dipercaya karena satu- satunya pihak yang menghitung, memverifikasi dan mengklaim hanyalah Teman Ahok sendiri," tulis Habiburokhman melalui akun Twitter miliknya.

Ia juga menilai jika klaim 1 juta KTP, tidak lebih dari perang urat saraf (psywar) untuk mengangkat popularitas Ahok. Untuk lebih jelasnya, silahkan buka twitter milik Habiburokhman. Ia menulis empat poin pernyataan terkait janjinya. Sebab di sini saya tidak ingin terlalu panjang lebar membahas perseteruan Habiburokhman dengan Ahok.

Saya hanya sekadar mengingatkan jika janji nekat Habiburokhman, bukanlah janji pertama yang diucapkan politikus Indonesia dengan menjadikan Monas sebatas untuk memperkuat pernyataan. Sebelumnya, mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum sesumbar berani digantung jika dirinya terlibat korupsi wisma atlet Hambalang. Pernyataan Anas adalah soal keyakinanya jika tidak bersalah dalam kasus tersebut.

"Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas," kata Anas dengan penuh keyakinan pada 9 Maret 2012 lalu. Tidak disangka, setahun berselang, tepatnya 22 Februari 2013, Anas ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kemudian pada bulan Januari 2014 Anas resmi jadi tahanan KPK. Kasusnya pun masuk pengadilan, bergulir hingga tingkat kasasi dan Anas dijatuhi vonis inkrah 14 tahun penjara.

2 dari 2 halaman

Monas Dibuat Sebagai Lambang Semangat

Sejatinya, kita pastinya sangat kecewa dan marah dengan sesumbar dua politikus ternama tersebut. Mereka seperti tidak tahu sejarah Monas. Monas dibuat bukan sebagai lambang keputusasaan, bung. Monas adalah lambang semangat bangsa.

Pun seandainya mereka benar menepati janji untuk bunuh diri di monas, tentunya bukan decak kagum yang didapat. Justru hinaan. Sebab mereka akan menodai sejarah bangsa. Menodai tempat yang dibangun dengan susah payah untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan nasionalisme bangsa.

Monumen Nasional (Monas) atau Tugu Monas seperti dilansir dari situs Wikipedia, adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Pembangunan monas dimulai pada 17 Austus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno dan dibuka untuk umum pada tahun 1975 . Monas adalah buah karya Frederich Silaban dan RM soedarsono. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas, melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.

Rancangan bangunan Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.

Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.

Pembuatan Monas pernah ditentang keras karena dianggap hanya menjadi politik mercusuar daripada kebijakan pro-rakyat. Emas 38 kilogram dan uang Rp 5,8 miliar pada masanya dianggap lebih baik digunakan untuk menata ekonomi rakyat yang sedang kritis daripada membangun monumen narsis atas nama jati diri bangsa. 

 

Dadan Eka Permana

 

Editor Feed Bintang.com