Fimela.com, Jakarta Banyak momentum yang membuat seseorang berubah. Ayudia Bing Slamet mengalami perubahan besar setelah melahirkan anak. Ayudia dan suaminya musisi Muhammad Pradana Budiarto benar-benar menyongsong kelahiran anak pertama mereka dengan antusias. Mereka memilih tempat terbaik untuk kelahiran si buah hati. Ayudia dan Ditto memilih melahirkan dengan metode Gentle Birth di Pulau Bali.
Setelah melahirkan anak yang diberi nama Dia Sekala Bumi pada 24 Mei 2016 lalu, perubahan besar terjadi pada diri Ayudia Bing Slamet. Berikut beberapa fakta unik seputar proses pra dan pasca melahirkan dari Ayudia.
1. Bebas Biaya
Awalnya Ayudia dan Ditto ingin anak pertamanya lahir di Jakarta saja. Namun setelah berkunjung ke Bali, niat itu pun berubah. Ayudia merasa nyaman dan selanjutnya mantab memilih proses melahirkan di Bali, karena sang bidang sudah cocok sekali.
Dan yang membuat pasangan ini kaget melahirkan di bayi tak dipungut biaya. Kalau pun ada biaya yang dikeluarkan itu bersifat donasi pada lembaga di mana ia menjalani proses kelahiran. "Enggak ada pungutan (biaya) sama sekali. Siapapun, mau orang kaya, orang miskin, kita di sana bener-bener dirawat. Obat-obatan semua gratis. Jadi aku donasi," ujar Ayudia dan Ditto yang menyematkan nama Dia Sekala Bumi, untuk bayi yang lahir dengan panjang 50 cm dan berat 3 kg itu.
2.Mendakak Dewasa
Setelah menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang muda, Ayudia Bing Slamet mengaku menjadi lebih dewasa. "Lebih dewasa sih. Karena aku kenal dia dari SMP, terus pas lahiran kok jadi kamu kok kelihatan lebih tua ya. Padahal kan sebenarnya dia cerewet, sekarang jadi lebih wise. Dari pertama lahiran terus malamnya udah keliatan berubah," ungkap Ditto.
Dirinya mengatakan lebih harus menjaga cara komunikasinya yang ceplas-ceplos karena khawatir ditiru oleh sang anak suatu hari nanti."Setelah lahiran juga komunikasi gaya anak muda aku sama dia (Ditto) juga diubah, takut dicontoh anak kita nanti," aku Ayudia.
Disamping perubahan sikap yang lebih dewasa, Ditto juga memuji totalitas sang istri sebagai seorang ibu yang sangat telaten mengurus anak."Ayu sangat bisa bagi waktunya sih, dia jadi kayak enggak ada waktu istirahatnya karena urus anak," puji Ditto.
3. Komunikasi dengan Bayi
Memiliki bayi yang belum genap berusia satu bulan, Ayudia Bing Slamet mengaku sudah membiasakan sang putra untuk berkomunikasi. Bahkan, komunikasinya dengan sang anak selalu dia jalin saat Ayudia membawa serta sang bayi ke lokasi syutingnya. "Aku bilang ke dia 'nak nanti kamu anteng ya'. Apapun itu aku kominikasiin ke bayi," ujar Ayudia.
Baca Juga
Serupa dengan sang istri, Ditto pun mengaku antusias untuk terus mengajak komunikasi putra pertamanya. Bahkan, menurut Ditto hal tersebut sudah dilakukan sejak awal sang buah hati lahir ke bumi. "Si bayi emang dilibatin komunikasi dari pas Ayu lahiran kita sudah ngobrol," timpal Ditto.
Ditambahkan Ditto, sebagai suami, musisi perkusi bernama lengkap Muhammad Pradana Budiarto itu pun enggan membatasi aktifitas sang istri pasca melahirkan.
Yang terpenting baginya, sang istri bahagia dengan apa yang dilakukannya sehingga bisa berdampak baik juga untuk tumbuh kembang Dia Sekala Bumi. "Enggak (batasin) sih, kalau dia bahagia kan ASI-nya lancar. Mau ngapain aja kalau dia bahagia tenang aja sih. Kita juga sering bepergian bertiga (sama anak)," papar Ditto.
4. Tanpa Babby Sitter
Ramadan tahun ini menjadi sesuatu yang menggembirakan bagi pasangan Ayudia Bing Slamet dan suaminya, Muhammad Pradana Budiarto. Setelah resmi menikah pada 2015 lalu, ramadan ini keduanya sudah dikaruniai seorang putra bernama Dia Sekala Bumi.
Menghadapi suasana ramadan sambil mengurus anak, Ditto dan Ayudia mengaku sepakat berbagi tugas untuk saling mengisi. Tak jarang, saat dirinya sedang sibuk mengurus sang anak, Ditto menyiapkan menu sahurnya sendiri tanpa harus mengandalkan sang istri. "Sebenarnya kita lebih kayak konsepnya kerja sama, enggak ada aturan istri nyiapin makanan suami. Jadi bagi tugas, apa yang bisa kita kerjain sendiri ya dikerjain," ungkap Ayudia Bing Slamet.
Ditambahkan Ditto, secara kebetulan, sang buah hati memang kerap terbangun dan menangis saat tengah malam menjelang sahur. Hal tersebut yang membuat Ditto selalu bangun sahur selama ramadan ini dan memiliki waktu untuk menyiapkan menu sahurnya. "Tapi dia (anak) waktunya pas, bangunnya itu seringnya pas sahur. Jadi udah ada alarm alami gitu," tutur Ditto.
Meski demikian, baik Ayu maupun Ditto hingga saat ini belum berencana menyewa jasa baby sitter untuk mengasuh sang anak. Alasannya, keduanya masih riskan jika anak pertamanya itu dipegang oleh orang lain. "So far sih enggak. Mungkin kru ada ya, kita bawa koper kecil warna hitam jadi kru dia (Ditto) bisa bawain. Karena sejauh ini belum mau dipegang siapa-siapa," tutur Ayu.
5. Revisi Target Momongan
Sebagai pasangan muda, Ayudia Bing Slamet dan Muhammad Pradana Budiarto atau Ditto sangat antusias ketika mendapatkan seorang putra dalam usia pernikahannya yang baru menginjak satu tahun. Namun sepertinya, pasca kelahiran Dia Sekala Bumi, rencana Ayu dan Ditto terkait momongan sedikit berubah.
Ayudia mengatakan, sebelum merasakan proses persalinan, dirinya dan sang suami berencana memiliki banyak anak. Namun setelah kelahiran putra pertamanya, Ayu mengaku ragu untuk kembali menambah momongan. "Tadinya kita pengen punya empat anak, tapi kayaknya sih cukup satu saja ya, soalnya lahirannya susah," ungkap Ayudia.
Meski menyatakan demikian, namun tidak berselang lama Ayudia kemudian meralat pernyataannya soal target momongan. Yang pasti, dirinya masih enggan jika harus kembali melahirkan dalam waktu dekat. "Nanti sih enggak tahu ke depannya gimana," sambungnya.
Sementara itu sang suami menanggapi santai pernyataan Ayudia yang terkesan enggan menambah momongan dalam waktu dekat. Pasalnya Ditto pun menyaksikan sendiri bagaimana perjuangan istrinya tersebut selama menjalani proses persalinan. "Pengorbanan dia benar-benar dari awal aku liatin dari jam 5 pagi kontraksinya, sampai jam 5 sore dia ngeden aku ada di belakang dia. Jadi nanti dulu deh kalo mau nambah (anak) juga," ucap Ditto.
6. Mamud Siap Tampung Nasihat Ortu
Sebagai orang tua yang baru pertama kali merasakan punya anak, Ayudia Bing Slamet dan Ditto mengaku masih kerap kebingungan soal cara merawat anaknya. Solusinya, Ayudia mengaku masih harus berbagi pengalaman dengan orang tuanya soal menjaga sang anak. "Kita kan masih orang tua baru, jadi kita juga mesti belajar terus cara ngerawatnya, ngejaganya," ucap Ayudia.
Meski demikian, diakui wanita 25 tahun tersebut, dirinya dan suami enggan menelan mentah-mentah segala masukan yang datang tentang cara merawat anak. Pasalnya, sebagai orang tua modern, Ayu dan Ditto juga memiliki beberapa prinsip terkait cara mengurus anak. "Cuma kita emang orangnya mau pakai cara kita sendiri. Karena kan banyak orang yang kasih masukan segala macem cuma harus disesuaikan juga," tambah Ayu.
Menjelang ramadan di mana selalu ada tradisi kumpul keluarga besar, Ayu pun mengaku siap menerima berbagai masukan soal merawat anak. Sementara sang anak, dinilai Ayu pasti menjadi pusat perhatian keluarga besarnya saat momen berkumpul. "Iya keluarga besar nanti pasti pada seneng, jadi lebaran ada mainan baru ada yang menggemaskan," tandasnya.
7. Berbagi Tugas
Sebagai pasangan suami istri Ayudia Bing Slamet dan Ditto mengaku sudah memiliki kesepakatan soal pembagian tugas mengurus sang buah hati. Bahkan menurut Ayu, perjanjian tersebut sudah disepakati keduanya sejak beberapa hari pasca kelahiran Dia Sekala Bumi. "Kita berdua kerjasama sih, Pokoknya yang bisa kita kerjain ya kita kerjain, namanya kerjasama. Jadi enggak kayak lo istri berarti lo yang siapin makanan, enggak gitu. Jadi kita benar-benar bagi tugas," ucap Ayudia.
Sebagai seorang ibu, Ayudia Bing Slamet mengatakan tugas utama dirinya adalah memastikan asupan gizi ke tubuh sang anak terjaga dari sisi gizi melalui ASI. Sementara Muhammad Dito Pradana, mendapat tugas membersihkan sisa-sisa makanan sang anak hingga urusan buang air besar. "Aku tuh tugasnya perhatiin gizi Dia, kan ngasih ASI. Kalau dia tugasnya apa yang keluar, jadi muntah sama pupnya itu dia yang urus," sambungnya.