Hagia Sophia, Tak Memenangkan Islam atau Kristen

Asnida Riani diperbarui 14 Jun 2016, 21:08 WIB

Fimela.com, Jakarta Rezim jaya dan runtuh, 'fenomena' itu telah terjadi selama ribuan tahun. Bukan sekedar menghasilkan memori dan nostalgia, namun juga berdampak secara fungsional. Contoh paling mudah untuk membuktikannya adalah pergantian peran sebuah bangunan sesuai penguasa.

Di antara banyak, Hagia Sophia merupakan satu yang paling terkenal. Dengan latar belakang Selat Bosphorus yang ternama, bangunan berkubah ini begitu sedap di pandangan mata. Sudah 'bongkar pasang' identitas, Hagia Sophia jadi saksi bisu akan pola menaklukkan dan ditaklukkan.

 

 

Dulunya, bangunan yang tak berada jauh dari Topkapi ini merupakan gereja Kristen Ortodoks selama lebih dari 1.000 tahun. Namun pada 1453, era Byzantine berakhir dan digantikan penguasa Ottoman. Pergantian itu membuat Hagia Sophia mengalami pemugaran dengan sentuhan Islam.

Nyatanya, Ottoman pun harus tumbang. Hingga akhirnya pada 1934, pemerintah Turki mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Tanpa memenangkan Islam atau Kristen yang pernah 'meminjam' fisik Hagia Sophia. Kini, tempat ini jadi salah satu sudut paling menarik untuk dijelajah di Istanbul, selain Grand Bazaar dan Blue Mosque.

Copot-pasang identitas tersebut membuat Hagia Sophia sekarang jadi begitu elok. Kamu bisa merasakan megah arsitektur bernapaskan Islam, namun juga menemui satu-dua hiasan dinding yang mengagungkan Yesus. Ruangan besar yang mengambil topografi bak katedral, namun bukan. Hagia Sophia, jejak Islam dengan sentuhan kepercayaan nasrani yang kini tak berpihak.