Fimela.com, Jakarta Senjata api tipe AR-15 memuntahkan rentetan peluru, mengakibatkan 50 nyawa melayang dan 53 orang mengalami luka-luka pada Minggu (12/6) dini hari. Bertempat di salah satu kelab gay di Orlando, Florida, Amerika Serikat, penembakan massal dengan Omar Mir Seddique Mateen sebagai tersangka terjadi.
Disebut sebagai salah satu sejarah penembakan massal terburuk di Amerika Serikat, begini kronologi tragedi berdarah tersebut berdasarkan laporan New York Times. Sebelum jam 2 diri hari, Mateen, seorang warga Fort Pierce, memarkir van miliknya di luar salah satu klub gay.
Baca Juga
Menurut keterangan polisi Orlando John Mina, pada 2.02 Mateen memasuki kelab dengan membawa senjata api dengan banyak amunisi dan memicu kebakaran. Setelah itu sang penembak keluar, namun tak lama memasuki bangunan kelab kembali. Beberapa pengunjung kedapatan bersembunyi di restroom, menelepon polisi dan meninggalkan pesan kepada teman dan keluarga. Kala itu, polisi menerima keterangan bahwa setidaknya ada 15 orang yang bersembunyi di restroom.
Patio Ray Rivera (42), salah satu Disc Jockey (DJ) di klub sedang memutar musik reggae saat penembakan dimulai. "Aku pikir itu petasan," akunya. Namun setelah beberapa saat, Rivera melihat tubuh terkapar di lantai. Setelah kepanikan menyebar, tim SWAT menelesak masuk ke dalam kelab.
Selanjutnya pada pukul 5 pagi, polisi mulai melakukan operasi untuk menyelamatkan sejumlah orang yang terperangkap di dalam. Korban mengaku sempat memicu dua ledakan untuk mengalihkan perhatian sang penembak. Sebelas polisi memasuki kelab dan 'bertukar' tembakan. Mateen meninggal di TKP dan setidaknya ada 30 orang yang ditemukan hidup di dalam kelab gay di Orlando.