Diusir Penjual Burger, Masuk Islam, Ini Kisah Hidup Muhammad Ali

Gadis Abdul diperbarui 10 Jun 2016, 22:27 WIB

Fimela.com, Jakarta Tangis serta lantunan doa tak henti-hentinya dipanjatkan oleh keluarga serta ribuan pelayat yang hadir selama prosesi penghormatan terakhir jelang pemakaman legenda tinju dunia, Muhammad Ali di Freedom Hall Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, Kamis, 9 Juni 2016 atau Jumat (10/6/2016) WIB. Meskipun prosesi dilakukan secara Islam, namun pihak keluarga Ali telah merancang prosesi pemakaman dengan kultur barat supaya siapapun dapat hadir dan memberikan penghormatan terakhir kepada Ali.

Sebelum meninggal, tepatnya 10 tahun yang lalu Ali sudah berbincang soal bagaimana prosesi pemakamannya digelar. 10 tahun lalu Ali sempat meminta bahwa nantinya jika ia meninggal, ia ingin pemakamannya dilakukan disebuah tempat yang mudah dijangkau oleh semua orang, ia ingin tak hanya selebritas dan tamu VIP yang datang, ia berharap para fansnya juga bisa melihatnya untuk yang terakhir kali.

"Dia ingin upacara pemakamannya merefleksikan hidupnya dan bagaimana dia menjalani hidup. Dia ingin semua orang bisa datang," ujar juru bicara keluarga Muhammad Ali, Bob Gunnel, seperti dikutip dari Mirror.co.uk, Jumat (10/6/2016). Menghembuskan nafas terakhir di sebuah rumah sakit di daerah Phoenix, Arizona, Amerika Serikat pada 3 Juni 2016, peraih World Heavyweight Champion tiga kali ini memang menjadi sosok yang sangat istimewa bagi para penggemarnya, tak heran jika upacara pemakamannya dihadiri oleh lebih dari 14000 pelayat.

Ya, inilah bukti kebesaran seorang Muhammad Ali, petinju legendaris dunia yang dulu sempat diusir oleh penjual burger lantaran dia berkulit hitam. Terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay, kehidupan Ali kecil memang tak jauh dari diskriminasi. Tak hanya soal kulit, Ali yang memutuskan untuk memeluk agama Islam sejak tahun 1964 itupun juga mengalami diskriminasi agama. "Pemimpin Amerika Serikat wajib menjernihkan pandangan keliru masyarakat atas Islam, yang bisa mengaburkan nilai-nilai sejati agama indah ini," terang Ali.

Kekhawatiran Ali tentang pandangan orang-orang terhadap Islam pun bertambah ketika Donald Trump ingin melarang orang beragama Islam masuk ke Amerika Serikat jika dirinya terpilih menjadi presiden nanti. "Sebab setiap muslim pastinya mengerti bahwa tidak boleh kita memaksakan Islam kepada manusia lain. Sudah jelas bila jihadis itu menerapkan tafsir yang salah atas Islam," tulis Ali. "Ajaran Islam adalah kesetaraan bagi seluruh manusia," jelas Ali menambahkan.