Nilai Kuliah Jeblok, Mahasiswa UI Nekat Bunuh Diri

Gadis Abdul diperbarui 10 Jun 2016, 09:38 WIB

Fimela.com, Jakarta Seperti belum lama masyarakat dikejutkan dengan penemuan jasad mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang bernama Akseyna Ahad Dori di dasar Danau Kenangan, kini kasus kematian mahasiswa UI kembali terjadi. Vinsensius Billy ditemukan tewas di kamar kosnya di Unica, Kukusan, Beji, Depok pada 1 Juni 2016. Mahasiswa Fakultas Ekonomi kelahiran Jakarta, 12 September 1994 itu dipastikan tewas bunuh diri dengan cara gantung diri.

Banyak spekulasi yang berkembang atas meninggalnya mahasiswa semester delapan yang kini tengah menyusun skripsi. Diduga Billy nekat mengakhiri hidupnya karena depresi dengan nilainya yang anjlok, namun ada pula yang beranggapan bahwa Billy nekat bunuh diri lantaran skripsinya ditolak.

Kasus kematian Billy tentu saja menarik sejumlah netizen untuk berkomentar termasuk pemilik akun Facebook Hengky Njoto Widjaja yang merupakan Wakil Ketua Kompartemen Industri Menengah di Kadin Jawa Barat. “Risau akan kejadian yang menimpa Vincentius Billy, saya menemukan tulisan yang layak direnungkan oleh para orang tua,” tulis Hengky dalam postingannya pada tanggal 8 Juni 2016.

Ya, dalam postingannya Hengky juga menyertakan sebuah tulisan yang sangat layak untuk dibaca dan direnungkan. Tulisan tersebut ditulis oleh Elly Risman yang merupakan Senior Psikolog dan Konsultan UI. Dalam tulisannya secara gamblang Elly menjelaskan bagaimana seharusnya para orangtua bersikap jika anak-anaknya sedang dalam masalah. Dan di bawah ini adalah tulisan lengkap dari Elly Risman.

Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi Allah yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .

Jangan memainkan semua peran,

ya jadi ibu,

ya jadi koki,

ya jadi tukang cuci.

ya jadi ayah,

ya jadi supir,

ya jadi tukang ledeng,

Anda bukan anggota tim SAR!

Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.

Tidak ada sinyal S.O.S!

Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.

#‎Anak‬ mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".

#‎Tutup‬ botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".

#‎Tali‬ sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".

#‎Kecipratan‬ sedikit minyak

"Sudah sini, Mama aja yang masak".

Kapan anaknya bisa?

Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana,

Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?

Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.

Kemampuan menangani stress,

Menyelesaikan masalah,

dan mencari solusi,

merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.

Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,

Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!

Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.

Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,

tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.

Tampaknya sepele sekarang...

Secara apalah salahnya kita bantu anak?

Tapi jika anda segera bergegas mnyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.

Sakit sedikit, mengeluh.

Berantem sedikit, minta cerai.

Masalah sedikit, jadi gila.

Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.

AQ?

Apa itu?

ADVERSITY QUOTIENT

Menurut Paul G. Stoltz,

AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.

Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?

Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.

Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.

So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...

Tidak masalah anak mengalami sedikit luka,

sedikit menangis,

sedikit kecewa,

sedikit telat,

dan sedikit kehujanan.

Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan.

Ajari mereka menangani frustrasi.

Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,

Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?

Bisa2 anak anda ikut mati.

Sulit memang untuk tidak mengintervensi,

Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.

Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,

Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.

Tapi sadarilah,

hidup tidaklah mudah,

masalah akan selalu ada.

Dan mereka harus bisa bertahan.

Melewati hujan, badai, dan kesulitan,

yang kadang tidak bisa dihindari.

Selamat merenung.

What's On Fimela