Fimela.com, Jakarta Juru Bicara World Tour adalah tema perjalanan panjang di 24 kota di lima benua yang digagas komika stand up, Pandji Pragiwaksono. Sejak memulai perjalanannya pada April lalu, banyak hal menarik yang ia alami selama berkunjung di kota-kota yang ia singgahi. Nantinya, perjalanan tur dunianya akan berakhir pada 10 Desember mendatang, tepatnya di Jakarta.
Sementara ini, pria kelahiran Singapura, 18 Juni 1979 silam ini sudah menyelesaikan tur di 7 kota. Sebut saja Shanghai, Beijing, Hannover, Leipzig, Berlin dan Frankfurt. "Total 14 hari, baru dari Jerman baru-baru ini. Gak cuma gua yang dapet hal baru, tapi mereka orang Indonesia yang ada di sana juga dapat wawasan baru yang ada di Indonesia dari tur gua. Banyak isu yang gua bawa di Jubir ini, HAM salah satunya dan masih banyak lainnya," ucap Pandji Pragiwaksono kepada Bintang.com saat berkunjung ke SCTV Tower, Senayan, Jakarta, baru-baru ini.
Baca Juga
Kerap mendapat cibiran serta pergunjingan saat membawakan tema-tema yang dianggap tidak lazim untuk dibawakan dalam berkomedi stand up, Pandji tak mempermasalahkan hal tersebut. "Tema tidak lazim bagi gua perlu diangkat. Kalau isu-isu cuma didengarkan, dibicarakan dari belakang tanpa solusi gak akan ketemu penyelesaiannya," paparnya.
Lebih lanjut, Pandji Pragiwaksono mengaku memang sadar betul dari tema yang tidak lazim selalu akan ada komentar. Selalu ada pro dan kontra, begitu kata Pandji. "Gua sadar akan ada pergunjingan dari tema-tema atau isu yang gua angkat, tapi itu hal positif dengan adanya pergunjingan, setidaknya kita tahu akan ada solusi dari ketidaksepakatan tersebut. Selalu ada pro dan kontra," jelasnya.
Seperti dalam pemberitaan sebelumnya, Pandji dalam Juru Bicara World Tour 2016 memang mengangkat isu-isu nasional. Sebut saja ketika ia membawakan kasus HAM tahun 1965 di mana 500 ribu orang tewas dibunuh lantaran dituduh sebagai komunis. Kemudian bicara legalitas ganja, legalisasi prostitusi, agama Islam, lingkungan, pendidikan dan lainnya.
Melalui isu-isu tersebut, diakui Pandji memang ada pro dan kontra. Namun, dalam pengamatannya telah tampil di 7 kota yang telah dijalaninya, hampir semua pendengar menikmati dengan isu-isu nasional yang dikemas secara modern dan humor.
"Siapa yang mau dengerin politisi ngomong masalah HAM? Nggak kan. Dengan stand up comedy kan isu-isu nasional jadi membuat mereka tertarik dan terbuka wawasannya. Saya lihat, mereka sangat menyimak dan menikmati serta memperhatikan soal isu seperti ini," tukas Pandji Pragiwaksono.