Fimela.com, Jakarta Kematian satwa akibat bencana, merupakan hal yang wajar dan bagian dari seleksi alam. Tapi bukan berarti kita harus berpangku tangan. Sebab hewan juga merupakan makhluk hidup yang patut dilindungi dan diperhatikan. Oleh karena itu, jika ada orang-orang yang bertaruh nyawa demi menyelamatkan satwa yang terjebak dalam bencana alam, patutlah mendapat apresiasi besar.
Baca Juga
Misal aksi penyelamatan satwa di daerah bencana alam Gunung Sinabung yang terletak di dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pada tanggal 2 Februari 2014 lalu, tercatat relawan yang tergabung dalam Animal Rescue, sebuah kegiatan yang diprakarsai oleh lembaga Centre for Orangutan Protection bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah I-Sumut di Kota Kabanjahe, menerjang bahaya dari awan panas untuk memberi makan hewan yang terlantar ditinggalkan pemiliknya, mengidentifikasi satwa liar, dan melakukan evakuasi ketika menemukan satwa liar.
Dalam aktivitas yang dikomandoi Ratno Sagito selama lebih dari 10 hari tersebut, beberapa hewan liar telah diselamatkan. Beberapa di antaranya adalah hewan endemik kawasan Sinabung, kambing liar Hutan Sumatera. Kali ini, beberapa organisasi penyayang binatang seperti Garda Satwa Indonesia, Animal Defender Indonesia, Dog Lovers Medan, Pekan Baru Dog Lover, bergabung untuk mengevakuasi satwa yang terjebak dalam bencana setelah Sinabung kembali meletus 21 Mei 2016 lalu.
Gunung yang masih bergejolak tak menyurutkan niat yang sudah membulat. Tanpa rasa takut, mereka yang berjumlah 25 orang bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyusuri desa yang dinyatakan dalam zona merah, yakni desa Gamber dan Tonggel untuk menyelamatkan satwa liar dan terlantar yang telah ditinggalkan pemiliknya.
Selama enam hari, sejak tanggal 23 mei 2016, mereka menyisir desa Gamber dan Tonggel yang sudah dalam keadaan kosong tanpa penduduk. Rumah–rumah tertutup debu vulkanik. Hewan-hewan mati mengenaskan karena kelaparan, terhimpit ruruntuhan, dan mati terbakar terkena awan panas. Berdasar penelusuran, mereka menemukan banyak anjing, kucing, dan unggas terlantar. Saat diberi makan, hewan-hewan yang masih selamat melahap dengan rakus seperti sudah berhari-hari menahan lapar.
“Untuk hewan yang meninggal langsung dikubur ditempat mengingat adanya dampak bahaya dari bangkai binatang yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit menular yang berbahaya seperti kolera, leptospirosis, dan penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri dan virus lainnya yang dapat menjangkit warga sekitar,” kata Jonathan, perwakilan Garda Satwa Indonesia yang berada di tempat bencana kepada Bintang.com.
Sedangkan yang hidup langsung dievakuasi dengan membawa yang terluka ke klinik. Sementara yang lain di karantina di Posko Kabanjahe dan dikembalikan kepada pemiliknya. Sebagian yang sudah tidak bertuan, diadopsi.
Niat Baik, Malah Mendapat Hinaan
Aksi heroik yang dilakukan tim gabungan penyelamat satwa Sinabung, penuh tantangan. Selama menjalankan tugas menyelamatkan satwa, tim gabungan harus pandai-pandai membaca tanda-tanda alam agar terhindar dari risiko terkena awan panas gunung Sinabung.
“Saat hari kedua, ketiga, dan keempat itu masih terjadi erupsi. Jadi kami terus waspada. Apalagi di siang hari karena awan panas tidak terlihat, saru dengan debu. Makanya jika terjadi perubahan cuaca, kami semua cepat berlari menyelamatkan diri ke posko sambil bawa satwa,” kata Jonathan.
Anehnya, tugas mulia yang penuh risiko dan seharusnya mendapat apresiasi besar, malah mendapat cibiran segelintir orang. Di media sosial, beberapa orang justru menuding apa yang dilakukan tim gabungan penyelamat satwa Sinabung hanya untuk mencari popularitas dan donasi semata.
Jonathan mengatakan, hal itu biasa. Orang yang memberi tudingan yang kejam menjurus ke fitnah itu hanya sebagian orang-orang yang tidak memiliki nurani. “Yang penting kami sudah melakukan tindakan nyata menyelamatkan satwa Sinabung, membuat klinik, membuat shelter, dan posko, dan sebelumnya sudah koordinasi dengan otoritas setempat. Apa yang mereka tuduhkan tidak ada buktinya. Semua terbantahkan,” tutur Jonathan.
Dadan Eka Permana,
Editor Kanal Feed Bintang.com