Ernest Prakasa Rela Tolak Bayaran Mahal Demi Kenyamanan

Rivan Yuristiawan diperbarui 27 Mei 2016, 11:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Semenjak awal kariernya sebagai stand up comedian, Ernest Prakasa memang mencuri perhatian masyarakat. Dapat melucu sendirian secara verbal membuat Ernest menjadi salah satu komika yang memiliki banyak pengikut di akun sosial medianya, seperti Twitter dan Instagram.

Tak ayal, kelebihan follower di akun sosmed Ernest Prakasa membuatnya sempat beberapa kali ditawari untuk diendorse oleh beberapa produk dengan tawaran yang cukup menggiurkan. Namun, bukannya memanfaatkan momentum untuk mendapatkan penghasilan lebih dari endorsement, pria 34 tersebut justru menolak demi kenyamanan.

"Gue pernah nolak demi kenyamanan pribadi juga. Gue nerima produk yang relevan aja yang enggak aneh-aneh, lebih pas sama brand gue secara pribadi," ungkap Ernest Prakasa di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2016).

Meski tidak anti endorse, namun pemain sekaligus sutradara film Ngenest tersebut mengaku sangat selektif untuk memilih tawaran endorse produk yang datang pada dirinya. Tidak hanya soal kenyamanan pribadi, namun Ernest juga memikirkan kenyamanan para followernya di twitter atau instagram dengan iklan yang diunggah di sosial medianya.

"Gue pilih-pilih banget. Gue menjaga banget melihat iklan-iklan apa aja yang ditawari. Karena kalau enggak gitu Instagram gue isinya iklan semua. Mau enggak mau harus ada yang gue tolak demi menjaga kenyamanan follower," tandas Ernest.

 

Ernest juga menilai, kemajuan teknologi turut sedikit mengubah pola beriklan produk-produk tertentu. Ernest beranggapan, efektivitas beriklan di sosial media saat ini dilihatnya sebih jelas sasaran ketimbang di media lainnya.

"Sekarang memang fenomena banyak brand atau agensi beriklan di sosial media karena terukur. Misal beriklan di Twitter kan kelihatan berapa yang retweet. Kalau misal beriklan di radio kan nggak tahu berapa orang yang denger. Ukuran itu yang membuat mereka lari ke sosial media," jelas Ernest.

What's On Fimela