Fimela.com, Jakarta Seakan melakukan generalisasi atas anekdot Gus Dur, Brigadir Kepala (Bripka) Seladi muncul sebagai 'simbol' kejujuran selain patung polisi, polisi tidur, dan polisi Hoegeng. Atas perilakunya, sebagaimana diwartakan Liputan.com, Bripka Seladi mendapat undangan dari Ketua DPR Ade Komarudin.
Berdasarkan laporan Liputan6.com, pertemuan antara Seladi dan Ade Komarudin yang bertempat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, tersebut didampingi Kapolres Malang Kota Ajun Komisaris DeckyHerdarsono, Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo, dan Sekjen DPR Winantuningtyastiti.
Baca Juga
Dalam kesempatan tersebut, Seladi bercerita tentang bagaimana ia memutuskan untuk jadi pemulung usai menjalankan tugas di kepolisian. "Awal mulanya saya memulung 2004. Waktu itu saya terjepit masalah biaya anak istri saya. Karena kebutuhan lain ada, saya memilih memulung," ungkap Seladi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/5), seperti dimuat Liputan6.com.
Kala itu, usai piket malam di kepolisian, Seladi mulai memilah dan memungut sampah di Mapolresta Malang. "Setelah saya piket malam di Polresta ada sampah, saya lirik ke sana, saya ambil, saya anggap bersih-bersih. Kemudian besoknya lepas dinas pagi, jam tujuh malam saya gerak, saya ambili (sampah)," tuturnya, sebagaimana diwartakan Liputan6.com.
Meski sempat dimarahi sang istri, namun niat Seladi tak lantas memudar. "Saya sudah 16 tahun belum pernah menerima suap, makanan atau apa pun. Saya kasih contoh ke anak saya. Saya belum pernah menerima suap apa pun, anak istri saya sudah terlatih," ujar Seladi kepada Liputan6.com.
Mendengar kisah Bripka Seladi, Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menyerahkan gajinya mulai Mei sampai Desember untuk membantu sang polisi teladan. Berdasarkan laporan Liputan6.com, hal itu dikatakannya saat Seladi bertemu Ketua DPR Ade Komarudin, Senin (23/5).