Fimela.com, Jakarta Bom, tembakan peluru, samurai, pisau, atau senjata tajam lainnya mungkin adalah hal yang biasa dihadapi oleh para prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Namun, ternyata bukan hanya senjata api atau senjata tajam saja yang harus mereka lawan, karena saat bencana alam terjadi, prajurit TNI adalah orang-orang yang berada di barisan paling depan yang tentunya sangat dekat dengan bahaya.
Baca Juga
Hal tersebut dapat dilihat saat erupsi Gunung Sinabung terjadi, para anggota TNI terlihat berjaga di zona merah yang terkenal paling bahaya. Kenapa disebut paling bahaya? Erupsi dan awan panas bisa tiba-tiba saja terjadi dan merekalah orang yang paling dekat dengan semua itu. “Dari dulu sulit diprediksi. Dulu diprediksi besar tapi ternyata nggak ada erupsi," kata salah seorang anggota TNI yang berjaga di zona merah, seperti dikutip dari Liputan6.com, Rabu (25/5/2016).
Namun ternyata bukan hanya amukan alam, para prajurit TNI pun harus menghadapi masyarakat sekitar yang membandel. "Saya bingung, daerah itu membahayakan nyawa mereka. Sudah saya larang, tapi mereka nekat. Malam-malam suka menjebol palang pintu. Kalau nanti saya tindak tegas. Nanti dibilang TNI pukul pengungsi. Gimana ini?" anggota TNI sudah berjaga selama lima tahun di zona merah tersebut.
Diakui bahwa menjaga zona merah Gunung Sinabung memang sangat berisiko, setiap hari atau bahkan setiap detik nyawa para anggota TNI terancam karena yang dihadapinya adalah alam yang sulit sekali diprediksi. "Lebih baik saya ke Aceh atau ke Poso. Yang dihadapi lebih jelas, dari pada menghadapi alam. Kita tidak tahu kapan awan panas itu sampai ke sini," ujar dia.