Eksklusif, Dion Wiyoko Melangkah Pasti di Layar Lebar

Puput Puji Lestari diperbarui 24 Mei 2016, 07:56 WIB

Fimela.com, Jakarta Nama Dion Wiyoko bisa diganti dengan dua kata lain, muda bertalenta. Nyaris tanpa gosip, Dion berkarir dengan konsisten dan bertambah kualitasnya. Di setiap jejak karir Dion menandai diri untuk menjadi sosok lebih baik.

************

Dion sepi dari pemberitaan miring. Karena masyarakat lebih suka berita sensasi, maka nama Dion sering seperti samar-samar saja terdengar. Namun, tengoklah karya-karyanya. Dion jelas bukan orang yang layak dipandang sebelah mata.

Dion Wiyoko memulai kariernya sebagai model di beberapa majalah seperti Aneka Yess, Femina, dan masih banyak lagi. Dunia model mengantarkannya pada dunia akting melalui beberapa FTV dan sinetron. Film pertamanya adalah Kuntilanak Beranak yang dirilis tahun 2009. Lalu disusul film berikutnya Serigala Terakhir, di mana ia berperan sebagai Lukman masih pada tahun yang sama.

Serigala Terakhir yang disutradarai Upi adalah karya fenomenal saat itu. Kemudian pada tahun 2011 membintangi film Khalifah dan beradu akting dengan Marsha Timothy, Ben Joshua, dan Indra Herlambang.

Arek Surabaya kelahiran 3 Mei 1985 ini tak mau membatasi diri. Memulai karir film layar lebar sejak 2009, Dion telah mencatatkan 19 judul film dalam filmografinya. Dion bermetamofrsosis dengan cepat dari satu peran ke pesan lain. Rekornya adalah membintangi 6 film dalam satu tahun di tahun 2012.

Meskipun jumlah filmnya banyak, tapi setia peran yang dibawakannya terasa berbeda. Dion bisa menjadi sosok pemalu, pemberani, pemimpi, juga pematik simpati. Tak cuma satu, beberapa karyanya telah tercatat sebagai box office Indonesia.

Tahun ini Dion mencicipi pengalaman akting baru di film komedi Abdullah V Takeshi. Ini adalah film pertamanya di genre komedi. Dion berusaha memberi yang terbaik ketika harus berhadapan dengan komika yang selalu membuatnya tertawa.

Dion Wiyoko mengaku sangat tertantang dengan peran yang ia mainkan di film Abdullah V Takeshi. Dion yang dalam kehidupan nyatanya adalah non Muslim mengatakan adanya tantangan baginya memerankan Abdullah, anak keturunan Arab yang dimainkan Mike Lucock dan Natalie Sarah.

Berbeda bukan alasan untuk tidak mencoba. Akting menuntutnya untuk menjadi bunglon. Tak masalah baginya belajar hal-hal baru untuk memberi yang terbaik.

Simak perbincangan kami bersama Dion Wiyoko saat bertandang ke kantor Bintang.com beberapa waktu lalu. Dion akan mengupas tentang pengalamanny pertama kali bermain film komedi. Juga bagaimana Dion menantang diri jadi lebih baik.

2 dari 3 halaman

Pengalaman Pertama Main Film Komedi

Dion Wiyoko. (Foto: Galih W. Satria Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Dion Wiyoko harus berhadapan dengan komika yang sudah memiliki jam terbang tinggi membuat orang tertawa. Bertemu dengan mereka di film Abdullah V Takhesi, Dion menyerap energi mereka untuk membuat penonton tertawa.

Bagaimana pengalaman main film komedi?

Seru, kalau genre yang bener-benar pure komedi ini pertama kali. sebelumnya drama komedi masih ada selingannya. Kalau fim Abdullah V Takhesi dari awal hingga akhir semuanya komedi. Meskipun ada selingan drama. Jadi komedi selingannya drama. Kebalikan drama komedi, film ini komedi drama. Jadi banyak komedinya.

Pengalaman serunya apa?

Saya menikmati prosesnya, karena membuat orang terhibur itu susah. Jadi beban juga karena kalau nggak lucu jadi gak enak banget. Karena saya kalau lihat film komedi tapi nggak lucu ekspresi jadi bikin nggak bisa ngomong. Saya pengin main film komedi dan orang menikmati.

Tantangannya?

Komedi itu jadi tantangan semua aktor. Main film komedi itu nggak harus punya sense of humor lho. Komedi itu bisa akting. Nggak harus kayak pelawak yang bawaannya melucu terus.

Ada role modelnya?

Saya suka Robert Downey Jr. Dia bisa membuat orang tertawa saat main film komedi. Dan saar jadi Iron Man yang nonton ikut serius tergantung perannya. Karena ide cerita bagus, partner kerja bagus, membuat orang selalu mengikuti alur ceritanya. Itu tantangan berat aktor dan berlaku untuk semua genre.

Ingin main film komedi lagi?

Ketagihan, seru ya. Kalau memang ada produser dan sutradara tertarik saya
mau. Tapi harus dipertimbangkan juga ceritanya.

Tantangan terberat main komedi?

Saat syuting adegan serius, lawan mainnya stand up comedy itu susah.
Mereka banyak improve dan ngocol. Jadi saya susah serius dan bawaannya mau ketawa melulu.

Bagaimana mengatasinya?

Syuting dibawa fun, seru karena tiap hari ngobrolnya seru. Nggak berasa kerja. Kalau syuting gak ada capeknya, break syuting bawaanya ketawa terus juga.

Termasuk saat syuting di Jepang juga?

Di Jepang syuting nggak terlalu lama, berasa jalan-jalan. Malah lebih fun ya syuting disana. Waktu itu lagi musim gugur, pemandangan cakep-cakepnya.


3 dari 3 halaman

Mencintai Film Sepenuh Hati

Dion Wiyoko. (Foto: Galih W. Satria Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kesuksesan film Merry Riana dan London Love Story membuktikan Dion Wiyoko adalah 'aset berharga' untuk perfilman Indonesia. Totalitas aktingnya memberi hasil positif dari segi jumlah penonton. Dion tak mau berpuas diri. Dia terus ingi belajar dari orang-orang yang dikaguminya.

Apa arti film bagi Dion?

Film adalah passion. Saya sangat menyukai film.

Apakah Dion selektif pilih peran?

Pasti milih-milih, semakin mencintai dan menjiwai apa yang kita kerjakan apapun yang saya ambil harus membuat nyaman. Supaya bisa eksplorasi lebih baik. Karena itu saya harus pilih-pilih peran.

Unsur apa yang dipertimbangkan?

Ceritanya apakah akan menantang bagi saya itu yang utama. Saya tak masalah jika harus berbeda background. Main film Hijab, jadi Abdullah menuntut saya belasar Islam. Tidak masalah bagi saya sebagai aktor harus milih project yang nyaman untuk saya.

Penghargaan paling berharga bagi Dion?

Penghargaan itu bonus dan nggak harus jadi keharusan. Apresiasi dari sineas memberikan kebanggaan tersendiri. Hasil dari jumlah penonton juga menjadi kebanggan. Kita nggak ada rumus matematiknya bagaimana bisa film menjadi box office. Kadang ekspektasi tinggi hasil nggak tinggi. Yang nggak diekspektasi malah meledak.
Jadi apresiasi sineas dan box office itu berkesinambungan. Yang pasti bangga, film banyak disukai dan dipuji. Banyak yang terinspirasi itu membuat trenyuh.

Ke depannya ingin project film apa?

Saya pengin main film slashers. Di Indonesia belum banyak diterima fikm seperti ini. Tapi untuk membuatnya butuh usaha lebih.
Kayak Rumah Dara itu kayaknya bikin sesak nafas. Mudah-mudahan ada sineas Indonesia yang bisa membuat film serapi itu dan mengajak saya.

Film Indonesia di mata kamu?

Saya yakin makin kesini makin berkualitas. Dulu banyak film kurang berkualiatas. Sebulan bisa dua atau tiga film horor seksi. Ini membuat orang malas nonton film Indonesia. Tapi sekarang sudah berkurang.

Siapa tokoh idola Dion?

Sampai saat ini selalu sampaikan Lukman Sardi adalah role model saya. Karena
kerjaan dan hasil Lukman Sardi setimpal. Dia aktor yang berkarater. Dia bisa menjiwai peran apa yang diambil. Di belakang layar dia juga tetap menjadi benang merah perfilman Indonesia.

Pengin disutradarai Lukman?

Pengin pasti main sama Lukman Sardi. Pernah sekali kerjasama dan saya ingin seperti Lukman Sardi. Mau jadi pemain atau sutradara Lukmas selalu total. Satu lagi, Tio Pakusadewo.

Mengapa dia?

Akhirnya ketemu lagi sama Tio Pakusodewo, sebelumnya pernah bertemu di FTV. Performance dia di akting nggak diragukan lagi. Prestasinya juga.  Pekerjaan sebagai aktor itu nggak pernah ada habisnya, nggak pernah ada puasnya juga. Setiap projek bertemu orang baru cerita baru dan dituntut belajar terus dan terus. Dia memotivasi saya.
Kalau ketemu Tio lagi harus bisa lebih baik ya. Saya bilang sama diri saya sendiri begitu. Tiap aktor punya cara sendiri-sendiri mendalami karakter. Saya ketemu banyak aktor dan belajar mereaslisasikan diri.

Tak ada energi negatif yang kami temukan ketika berbincang dengan Dion Wiyoko. Dion adalah sosok muda yang menantang diri untuk selalu lebih baik. Karenanya jangan heran jika Dion mampu berubah di setiap karya barunya.