Fimela.com, Jakarta Pernah mendengar yang namanya Keripik Maicih? Ya, keripik pedas dengan level 1-10 ini sangat digandrungi anak-anak muda. Di balik kesuksesan Maicih, ternyata ada sosok Reza Nurhilman yang bekerja keras dan terus berinovasi untuk menjadikan produk ini sangat fenomenal dan booming di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Baca Juga
Reza yang akrban dipanggil AXL ini merupakan salah satu dari anak-anak bangsa yang sukses di usia muda. 'Keripik Setan' dan namanya tak ujug-ujug dikenal orang. AXL harus menghadapi berbagai rintangan dalam hidupnya. Dimulai pada saat dia masih duduk di bangku sekolah, pria kelahiran Bandung 29 lalu ini sudah menjajal berbagai ide bisnis.
Sejak kecil AXL memang sangat ingin mengubah nasib hidupnya. Ketika datang ke kantor Bintang.com di Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (3/5) lalu. Dia menceritakan kisahnya sebelum menemukan keripik pedas yang kini menjadi bagian dari gaya hidup para anak muda.
"Saya sejak dulu sudah suka berjualan. Jualan apa pun. Kaus, makanan, pokoknya apa pun. Serabutanlah!" ceritanya. Meski telah berjiwa bisnis sejak masih duduk di bangku sekolah, AXL tak langsung sukses. Semua usaha sebelum Maicih gagal. Tapi mimpinya, untuk memperbaiki kehidupan tak pernah pudar.
Dengan membawa mimpinya itu, dia terus berusaha mencari peluang. Hingga akhirnya menemukan keripik pedas yang menurutnya sangat enak. Dia berpikir, keripik adalah makanan yang digemari banyak orang. Tapi sayang, kerap dipandang sebelah mata. Padahal, dia sangat yakin kalau keripik pedas itu sanggup bersanding dengan makanan lain, bahkan makanan dari luar negeri.
Bertekad untuk menjadikan produk Maicih besar dan dikenal seluruh masyarakat, dia pun mulai berjualan keripik pedas tersebut dari teman ke teman. Meski ada peluang untuk memulai usaha, ide AXL untuk menjual keripik itu kerap dicibir teman-temannya. Tak ingin terus dicibir, dia bertekad untuk menjadi pengusaha muda yang sukses. Dia menyebutnya 'dendam pembawa berkah.'
AXL lantas melanjutkan kisah dan lika-liku selama membesarkan dan memperkenalkan Maicih ke seluruh masyarakat Indonesia. Lewat media sosial, Maicih akhirnya dikenal tak hanya di Bandung saja. Kepada editor Feed Bintang.com Karla Farhana, AXL menuturkan sejarah keripik pedas dan perjalanannya menjadi Presiden Maicih. Berikut kutipan wawancara selengkapnya.
What's On Fimela
powered by
Awal Kelahiran Kerpik Maicih
Tak ada yang menyangka, keripik kentang yang tadinya hanya camilan biasa kini disulap menjadi makanan yang berkelas dan bergengsi. AXL pada waktu itu masih sangat belia ketika memutuskan untuk menjual keripik Maicih. Keyakinannya bahwa produk tersebut bakal booming akhirnya terbukti.
Bagaimana awalnya hingga menemukan produk Maicih?
Awalnya, ada suatu tempat di Bandung, yang jual keripik pedas. Itu di tahun 2010. Tapi saat itu saya hanya beli saja. Beli lalu jual. Sebenarnya, saya sudah konsumsi keripik ini di tahun 2007. Tapi baru tahun 2010 saya terpikir untuk menjualnya, tanpa nama, tanpa brand.
Awalnya saya menjual dari teman-teman terdekat. Nah, karena enak, mereka pada nanya. Ini keripik apa? Saya saat itu langsung menjawab spontan; Keripik Maicih.
Kenapa menamakannya Maicih?
Jadi, pada waktu itu, yang menggoreng keripik ini ibu-ibu. Penampilannya seperti emak-emak. Jadi saya spontan saja bilangnya. Nama Maicih sebenarnya juga saya terinpirasi dari ibu saya. Dulu, Jadi ibu saya dulu sering menyebut dompet kecil yang sering didapat saat membeli took emas. Ibu saya menyebutnya dompet Maicih.
Sebelum punya brand, bagaimana awalnya strategi penjualan Maicih?
Awalnya, waktu tahun 2010 itu saya belum punya brand. Saya juga masih berjualan dengan cara tradisional. Yaitu menawarkan dari teman ke teman. Itu saja. Tapi sebenarnya, walaupun bungkus keripik itu masih polos, saya sudah koar-koar duluan kalau ini keripiki Maicih. Baru setelah beberapa bulan, saya dan partner serta mantan pacar yang sekarang menjadi istri saya, akhirnya membuat brand dan desain.
Siapa yang mendesain logo Maicih?
Ini, yang ngedesain ini (istri). Jadi dulu, waktu masih pacaran, dia juga ikut membantu. Dia kan jago gambar. Jadi saya bilang ke dia, bikin sesuatu yang benar-benar menggambarkan Maicih. Akhirnya terbentuklah, logo Maicih, yaitu siluet seorang ibu-ibu yang menghadap ke samping.
Bagaimana perjuangannya memperkenalkan keripik Maicih ke masyarakat Indonesia?
Ya, sebenarnya sepak terjang ‘perkeripikan’ ini kan sudah ada dari dulu. Keripik itu dulu selalu dipandang sebelah mata. Keripik, makanan Indonesia, tidak pernah dianggap menjadi makanan yang berkelas. Tidak ada value. Paling harganya Rp 500-an. Tidak pernah bisa jadi boom harganya.
Akhirnya, saya ingat sekali, setelah jualan dari teman ke teman, saya jual direct selling. Tetap saya yang jual langsung. Tidak pernah saya titipkan di warung atau toko. Karena kalau saya titip, keripik Maicih bakal sama saja dengan keripik lainnya. Tidak akan booming.
Apakah pada waktu itu hanya menggunakan penjualan lewat mulut ke mulut?
Awalnya, iya. Tapi akhirnya, saya menggunakan media sosial. Awalnya, kami jualan lewat Twitter. Pada saat itu, mungkin juga sampai sekarang, Twitter punya pengaruh yang kuat. Twitter menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan kabar dan tentu saja juga bisa digunakan untuk mengenalkan produk kami ke masyarakat luas.
Dengan menggunakan Twitter, apakah semua masyarakat di Indonesia langsung kenal dengan Maicih?
Awalnya hanya Bandung saja. Daerah lain, bahkan seperti Jakarta belum. Jadi selain di Bandung, rasanya sulit buat masyrakat untuk mendapatkan keripik kami. Karena saya yakin dengan produk saya. Saya yakin kalau Maicih bakal disukai banyak orang, akhirnya saya memutuskan untuk menjadikan Maicih sebagai hot issue.
Tekad dan Perjalanan Demi Kehidupan yang Lebih Baik
Ternyata, kesuksesan AXL sudah dipupuk sejak kecil. Dari dulu, Presiden Maicih ini memang sudah senang berjualan. Ada banyak bisnis yang telah AXL coba sebelum akhirnya menambatkan hati pada Maicih, keripik pedas yang punya level beragam. Demi mewujudkan mimpinya mengubah kehidupan, AXL tak pantang menyerah mengenalkan keripik Maicih kepada masyarakat di seluruh penjuru Indonesia.
Sejak kapan memiliki jiwa pengusaha?
Saya sudah mulai coba-coba berbisnis itu di tahun 2004. Waktu masih sekolah SMA. Tepatnya, waktu kelas 2 akhir. Saya sudah coba berbagai macam bisnis. Saya pernah jualan baju. Makanan. Pokoknya serabutan.
Apa motivasinya untuk menjadi pengusaha sejak masih muda?
Intinya, saya ingin memiliki kehidupan yang lebih baik. Perekonomian keluarga saya saat itu tidak baik. Bahkan dulu bisa dibilang drop. Di saat teman-teman saya sudah bawa mobil sendiri, saya masih ngangkot. Ada rasa ingin memiliki kehidupan yang lebih baik. Setelah mencoba banyak hal, melalui berbagai rintangan dan kesulitan, sepertinya doa dan impian saya dikabulkan Tuhan.
Menjadi pengusaha di usia muda, apakah tidak kehilangan banyak momen bersama teman-teman?
Saya mulai jualan itu dari SMA. Di saat anak-anak lain menikmati kehidupan dan masa mudanya, saya justru berpikir untuk jadi orang sukses. Pada waktu itu, berapa anak muda yang berpikir tentang masa depan? Jarang. AKhirnya, karena omongan saya dan teman-teman kadang tidak nyambung, saya ngomongin masa depan, yang lain ngomongin tongkrongan dan lainnya, saya akhirnya sempat dijauhi. Karena ya tidak nyambung antara saya dan teman-teman.
Apa motivasi Aa untuk jadi orang sukses?
Pertama ya itu, saya ingin mengubah kehidupan saya. Kedua, karena teman dan orang sekeliling. Mereka kan dulu banyak yang mencibir. Bilang saya muluk-muluk. Nah, saya dari waktu masih SMA sudah koar-koar tentang masa depan dan segala usaha yang saya coba jalani. Kalau Maicih tidak sukses juga, pasti sampai sekarang saya tetap dijauhi. Bahkan dibuli. Nah, ini yang namanya dendam pembawa berkah.
Apa saja cobaan berat yang sudah Aa rasakan selama memperkenalkan produk Maicih?
Wah banyak. Pokoknya, ada aja, deh! Mulai dari orang-orang tidak percaya kalau produk ini enak. Banyak juga yang bilang Maicih tidak sehat. Tidak higienis. Juga sulit banget saat meyakinkan masyarakat kalau keripik itu makanan Indonesia. Kita harus bangga dengan keripik yang selama ini harganya sangat murah. Padahal, keripik itu bisa bersanding dengan produk internasional.
Bagaimana akhirnya bisa punya Jenderal Maicih?
Jenderal itu, sebenarnya adalah agen. Sama seperti agen-agen lain. Tapi saya sengaja menyebutnya jenderal. Kenapa? Agar mereka punya pride saat menjual Maicih ini. Saya bilang, mereka harus yakin sepenuhnya dengan apa yang mereka jual. Ada dua hal yang harus mereka pegang teguh. Produk itu sudah pasti, dan momen. Saya yakinkan mereka kalau Maicih bukan hanya sekadar jualan di mobil, dari teman ke teman. Tapi Maicih akan menjadi besar. Ini akan menjadi perusahaan yang sangat besar. Saya yakinkan mereka.
Pernahkah ide menjual keripik ini dicibir orang?
Ih, dulu mah sering. Awalnya, orang bilang, mimpi saya muluk-muluk. Tapi saya yakin sejak awal. Kalau Maicih ini bisa jadi besar. Selain itu, mereka juga melihat, menjual keripik itu tidak mudah. Istilahnya, kami harus ‘jual diri’ untuk meyakinkan orang-orang kalau Maicih itu enak, tidak bahaya, dan sebagainya-lah!
Kenapa ada dua logo Maicih yang berbeda?
Nah, itu. Kalau logo saya, Maicihnya siluet menghadap ke samping. Kalau yang satu lagi, gambar yang wajah full, itu mantan partner saya. Dulu kita partner yang baik. Kita cuma beda visi misi saja. Maicih dengan wajah full itu ingin menjual keripik dengan cara terdahulu. Seperti kios dan lainnya. Sedangkan saya, ingin caranya tetap menggunakan Jenderal dan langsung tanpa kios dan sebagainya. Saya ingin, semua masyarakat tahu Maicih.
Bagaimana keadaan Maicih setelah berpisah dengan partner?
Nah, itu saya kira menjadi salah satu momen yang paling sulit. Saat itu kami berpisah. Sementara, saya yang mau jualan keripik tidak punya keripik. Ya gimana? Mau jual keripik, tapi keripiknya tidak ada. Akhirnya saya putar otak. Ketemulah ide untuk menjual gurilem. Saat menjual gurilem inilah, Maicih jadi sangat booming. Kalau saya dengar beritanya, di Bandung itu sendiri, orang sampai mengantri seharian demi gurilem dan produk kami.
Apa yang menjadi andalan dan nilai lebih dari Maicih?
Kenapa orang senang dengan produk kami? Ya itu, karena logo dan brand kami unik. Nama keripik ini Maicih. Pertama kali orang mendengar, langsung bikin mereka penasaran. Kedua, rasanya yang sangat pedas. Orang Indonesia itu sebagian besar suka pedas. Tapi level kepedasannya berbeda. Makanya, kami buat ada levelnya. Ini juga yang menjadi daya tarik Maicih.
Karakter AXL yang pantang menyerah dan selalu berinovasi patut dicontoh anak-anak muda lainnya. Selain itu, tak banyak anak-anak muda yang tahu apa tujuan dari hidupnya. Namun AXL, sejak duduk di bangku sekolah telah melukiskan impiannya dalam benak. Usaha dan jerih payah serta ketekunan inilah yang akhirnya membawa Maicih tak hanya sekadar makanan ringan biasa. Tapi telah menjelma jadi bagian dari gaya hidup anak-anak muda.