9 Hal yang Tak Pernah Terlupakan Saat Jadi Mahasiswa Kedokteran

Karla Farhana diperbarui 19 Mei 2016, 09:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi mahasiswa kedokteran tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dilalui selama menjadi mahasiswa. Belum lagi masa-masa koas yang banyak yang bilang sebagai masa terberat sebelum benar-benar menjadi dokter. 

Buat sebagian orang yang tak pernah mengalami rasanya menjadi mahasiswa kedokteran, mungkin berpikir kehidupannya sangat mewah. Secara, biaya kuliah kedokteran itu sangat mahal. Belum lagi banyak praktik dan kebutuhan lainnya. Tapi, benarkan prasangka mengenai mahasiswa kedokteran tersebut? Simak 9 hal di bawah ini yang hanya dimengerti para calon dokter. 

Harus baca buku yang begitu tebal. Sampai-sampai buku kuliah bisa banget buat jadi bantal kalau harus begadang menjelang musim ujian. 

Hidup selalu dipenuhi dengan praktikum. Wajar, dokter merupakan profesi yang tak hanya mengandalkan pengetahuan dan hafalan saja. Semua teori harus sesuai pada praktik. 

Jangankan masuk ke kamar mayat. Mahasiswa kedokteran tak lagi bergidik ngeri saat harus bersentuhan dan mengodok-odok organ tubuh manusia yang tak lagi bernyawa. 

Buat sebagian orang, melihat darah yang berceceran akan membuat mereka pusing dan pingsan. Tapi buatmu, darah segalon pun tak lagi membuatmu mual. 

Kadang, mahasiswa kedokteran dianggap kaya dan keren oleh sebagian orang. Padahal, enggak juga. Ada banyak mahasiswa kedokteran yang berasal dari keluarga sederhana. Mereka berjuang untuk menjadi dokter berkemampuan tinggi demi membantu orang lain. 

Kadang, kamu juga punya banyak peran dalam hidup. Sebagai mahasiswa, sebagai dokter muda, dan juga satpam rumah sakit atau klinik. Saat jaga malam, kamu kadang harus piket 32 jam. 

Sudah pasti lelah mendera tiap kali bekerja di rumah sakit saat masa koas. Sudah lelah, tak jarang ada pasien yang marah-marah dan mengeluhkan banyak hal. Tapi demi pasien, dokter muda harus tetap semangat dan tidak mengeluh. 

Kuliah 4 tahun. Ditambah koas 1,5 tahun. Tunggu, kamu belum bisa dipanggil dokter. Masih ada dua tahap lagi yang harus dilalui. Para calon dokter harus lulus proses yudisium dan Ujian Kompetisi Dasar Dokter Indonesia (UKDI). Untuk menjadi dokter memang penuh perjuangan.