Menguak Fakta Perdagangan Daging Anjing di Indonesia

Dadan Eka Permana diperbarui 16 Mei 2016, 22:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Davina Veronica Hariadi bersama organisasi Garda Satwa Indonesia beberapa tahun ini gencar kampanye menghentikan perdagangan daging anjing di Indonesia. Sebab menurutnya binatang berkaki empat itu bukanlah binatang yang layak untuk dikonsumsi manusia. 

Dari hasil penelitian yang diperolehnya, wanita berdarah Jawa-Manado itu melihat ada beberapa kota di Indonesia yang menjadi daerah paling rawan terjadinya perdagangan daging anjing. Setidaknya ada 4 kota di Indonesia berada diurutan teratas pengkonsumsi daging anjing, yaitu Papua, Manado, Solo dan Jakarta. Jakarta adalah kota terbesar terjadinya perdagangan anjing.

“Aku akan berbagi cerita sedikit di sini dr hasil investigasi kami bersama. Solo, sebagai contoh. Ini adalah kota dengan konsumsi daging anjing terbesar kedua di indonesia setelah Jakarta, data tahun 2014 tercatat ada 136 rumah makan khusus daging anjing atau warung sengsu/rw/sate gukguk,” kata Davina dalam akun instagram miliknya, @ davinaveronica_gsi.

Masih dalam tulisan Davina di instagramnya, hampir semua masyarakat Solo sangat akrab dengan menu daging anjing yang dibuat sengsu (tongseng asu), warisan kuliner yang sudah sejak dahulu kala ada di Solo.

Dari penelusurannya, penjualan daging anjing terbesar dipasok dari Jawa Barat, Pacitan dan Jawa Timur. “Ada transkrip pembicaraan oleh team kita dengan salah satu distribution center terbesar di Solo yang menyatakan bahwa pasokan terbesar adalah dari Jawa Barat, dengan urutan kota sbb: Tasik, Bandung, Cirebon dan Pangandaran. Sangat mengerikan memang, dari 136 warung daging anjing ini, warung paling besar bisa mengkonsumsi 40 ekor daging anjing dalam 1 hari buka! Mungkin ini temuan terbesar, dimana 40 ekor anjing dibantai tiap hari untuk di konsumsi,” tulis Davina. 

What's On Fimela