Fimela.com, Jakarta Tragedi Trisakti yang terjadi 18 tahun lalu masih lekat dalam bayangan bangsa Indonesia. Ini salah satu peristiwa yang jadi tonggak sejarah lengsernya kekuasaan rezim Orde Baru yang dipimpin oleh mantan Presiden HM Soeharto. Menuntut Soeharto mundur serta mendesak pemerintah agar mampu memperbaiki krisis ekonomi, aspirasi para mahasiswa justru dihadang ratusan polisi dan TNI beratribut lengkap. Para mahasiswa yang hendak menuju Gedung MPR/DPR, Senayan dihadang. Aparat memuntahkan peluru yang berujung tewasnya 4 mahasiswa Trisakti. Mereka gugur demi reformasi. Siapa saja? Simak uraian Bintang.com berikut ini.
Baca Juga
1. Elang Mulia Lesmana. Pemuda ganteng kelahiran Jakarta, 5 Juli 1978 ini masih berusia 19 tahun saat peluru tajam aparat menembus dadanya. Jantungnya pecah, bahkan botol parfum yang ada di dalam tas milik Elang ikut pecah terkena peluru tajam itu. Elang tak berhasil menyelamatkan diri saat TNI dan Polri menembaki massa mahasiswa yang hendak menuju Senayan. Mahasiswa jurusan Arsitektur ini dikenal sebagai lelaki cerdas. Sebelum tewas, malamnya dia bahkan mengerjakan tugas kelompok dulu sebelum keesokan harinya bergabung dengan teman-temannya untuk aksi demonstrasi.
2. Heri Hertanto. Sebenarnya dia bukanlah pegiat yang aktif dalam suatu gerakan di kampus Trisakti. Bahkan sang ibu, Lasmiyati, tak pernah sekalipun mendapati Heri bicara soal situasi politik Indonesia masa itu. Sehari-hari Heri tekun belajar di jurusan Teknik Mesin demi mengejar cita-citanya wirausaha buka bengkel. Namun takdir sudah menggariskan, Heri pun tewas di ujung senapan aparat meski sebelum peristiwa itu terjadi, dia sudah diajak pulang oleh temannya.
3. Hafidin Royan. Pemuda murah senyum itu lahir di Bandung, 28 September 1976. Dia tewas sebab peluru tajam aparat menembus kepalanya. Heri turut dikubur bersama mengubur cita-citanya yang ingin menjadi seorang sarjana Teknik Sipil. Hingga kini kamar peninggalan Hafidin masih terisi barang-barang miliknya dan tak tersentuh oleh siapa pun.
4. Hendriawan Sie. Dia menjadi korban Tragedi Trisakti yang terakhir. Hendriawan kelahiran Balikpapan, 3 Maret 1978 ini tertembak di bagian leher saat berdiri di balik pagar, masih dalam lingkungan kampusnya. Dia anak tunggal pasangan Karsiah dan Hendrik Sie. Berbeda dengan 3 temannya yang lain, mahasiswa jurusan ekonomi ini masih tersadar saat peluru menembus lehernya. Dia mencari sang mama. Namun ternyata Tuhan lebih sayang pada Hendriawan. Pemuda itu harus meninggal di usia masih muda, 20 tahun.