Fimela.com, Jakarta Berusia 23 tahun, penampilan Hamzah Izzulhaq memang tidak jauh berbeda dengan pemuda seumurannya. Tapi, siapa yang menyangka jika pria kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini adalah seorang direktur utama di CV Hamasa Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan sofa bed dan juga pemilik usaha franchise program bimbingan belajar yang sudah mempunyai tiga lisensi cabang dengan jumlah peserta rata-rata 200 orang tiap semesternya.
Baca Juga
Ya, kamu yang baru pertama kali mendengar nama Hamzah Izzulhaq pasti akan langsung terkagum-kagum dengan pria yang memiliki senyum manis ini. Di usianya yang terbilang masih sangat muda itu Hamzah bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 360 juta per semester dari usaha franchise program bimbingan belajar, belum lagi ditambah dengan bisnis sofa bed, dan bisnis properti yang baru ia mulai pada 2016 ini.
Segudang pertanyaan pun muncul, darimana Hamzah mendapatkan itu semua, apakah ia berasal dari keluarga yang kaya raya sehingga di usianya yang sekarang ini ia sudah menjadi pebisnis yang sukses? "Ibu saya cuma seorang guru SMP, ayah saya seorang dosen. Latar belakang keluarga memang kebanyakan guru dan militer. Jadi, nggak ada satupun keluarga saya yang terjun ke dunia bisnis sebelumnya," jelas Hamzah saat berkunjung ke kantor Bintang.com di Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Lalu bagaimana Hamzah bisa menjadi pengusaha? Pertanyaan ini pastinya juga akan ditanyakan oleh semua orang yang penasaran dengan kesuksesan yang telah diraih oleh Hamzah saat ini. Dengan nada santai Hamzah pun menjawab,"Waktu SD saya sudah mulai jualan. Tujuannya waktu itu cuma buat tambahan uang jajan aja. Saya masih ingat betul waktu kelas 3 SD saya sempat jualan petasan, kelereng, gambaran, ojek payung, dan sempat ngamen juga."
Kesuksesan yang ia dapat saat ini memang tidak turun dari langit begitu saja, butuh proses dan perjalanan yang panjang. Bahkan di usia yang masih belasan tahun Hamzah sudah merasakan segala macam kegagalan dari bisnis yang ia bangun. Tapi, itulah Hamzah, pria yang satu ini memang tidak pernah mau mengalah dengan kegagalan. Baginya kegagalan adalah sebuah proses yang harus di lewati dan kegagalan adalah sahabat dari sebuah kesuksesan yang belum terlihat. Penasaran dengan kisah sukses Hamzah? Berikut ini perbincangan Bintang.com dengan Hamzah Izzulhaq.
Melawan Rasa Malu
Sama seperti anak-anak lainnya, Hamzah Izzulhaq kecil juga sangat bandel. Bahkan ia sempat bolos sekolah selama satu minggu hanya untuk main game online di warung internet (warnet). Namun, bukan sembarang main game, dari bermain game online tersebut ia juga mendapatkan uang ratusan ribu lho.
Sejak kecil memang sudah suka dagang?
Jadi, niatan awal cuma gara-gara pengen uang jajannya itu nambah. Akhirnya kepikiran jualan petasan, terus jadi ojek payung. Ngamen juga di pinggir jalan, jualan koran. Bukannya saya nggak dikasih uang jajan, tapi nggak tau kenapa saya memang suka banget jajan. Kalau dikasih uang tuh kayaknya kurang terus. Makanya karena nggak mau minta lagi, akhirnya cari cara bagaimana bisa punya uang jajan tambahan.
Lalu bagaimana ceritanya ketika SMP Anda mencoba untuk mendapatkan uang dari game online?
SMP saya memang tergila-gila sama game online, makanya kelas 2 SMP Alhamdulillah ranking saya itu selalu 10 terbawah. Karena yang ada dipikiran itu pengen buru-buru pulang ke sekolah terus ke warnet main game. Pernah seminggu bolos sekolah karena saya nginep di warnet. Jadi kalau di game online itu akunnya kan bisa di jual, semakin tinggi level semakin mahal harganya. Nah, makanya itu saya tertarik main game. Kalau levelnya sudah tinggi saya jual, COD-an, laku Rp 900 ribu, dan ada juga yang laku sampai Rp 1,2 juta per-akun.
Sampai kapan kecanduan game online?
Kelas 3 SMP saya mulai tobat, sudah nggak main lagi, berhenti 180 derajat, berhenti total karena harus mempersiapkan ujian nasional. Nah, selain karena itu saya juga mimpi mau masuk SMA terfavorit makanya saya berhenti main game online. Saya belajar dengan sungguh-sungguh, dan mulai lebih suka membaca buku motivasi, ataupun buku-buku biografi orang-orang sukses. Dari yang kelas 1 dan 2 rankingnya anjlok, kemudian kelas 3 SMP itu langsung rangking 3. Masuklah saya di SMA Negeri 21 Jakarta.
Masuk SMA masih ingin mencari tambahan uang?
Masuk SMA keinginan untuk buka usaha malah semakin besar. Mulai dari jualan pulsa, jualan buku pelajaran sekolah, jualan makanan, buka kedai fried chicken, buka rumah makan, sampai dengan sekarang. Berbagai kegagalan sudah dirasakan sejak SMA.
Memang mendapatkan modal usaha dari orang tua atau bagaimana?
Jadi duitnya saya puterin, saya ambil roti dari pabriknya. Lalu sudah selesai jualan, saya setorin. Saya ambil keuntungan dari per roti misalkan Rp 500. Lalu kalau ada acara bulan Ramadhan saya nawarin cateringnya, saya ngambil untung cuma Rp 1000 rupiah per-kotak. Uangnya dikumpulin, ditabung. Jadi ya modalnya, modal nekad aja. Ambil dagangannya, ambil untung dari dagangan itu, setorin, lalu keuntungannya di putar lagi buat usaha yang lain.
Kalau sibuk dagang, lalu waktu belajar dan mainnya kapan?
Pembagian waktunya pulang sekolah saya itu nggak langsung pulang, jadi ngerjain PR dulu di kelas, setelah selesai bisa mikirin usaha yang lain. Kalau main, dulu saya memang nggak kepikiran main, tapi nggak kuper juga. SMA saya sering ikut lomba. Saya pernah wakilin Jakarta dalam olimpiade sains. Saya baca buku soal manajemen waktu. SMP mainnya kelewatan, SMA ya jarang banget.
Nggak malu ngamen atau jadi tukang ojek payung?
Dulu itu saya orangnya cuek, dulu belum tahu cewek cantik, fokusnya duit. Saya sudah mulai ada rasa malu ketika SMA, karena ada cewek yang saya suka. Tapi, yang saya pelajari, saya punya filosofi bahwa jangan gedein gengsi kalau kita mau hidup bergengsi. Tapi kalau kita gengsi, maka kehidupan kita nggak akan bergengsi. Kalau saya pikir anak zaman sekarang juga nggak gengsi kok, karena sekarang kewirausahaan bukan masalah butuh uang atau nggak, tapi juga sudah menjadi gaya hidup. Anak orang kaya sekarang banyak juga yang jualan online.
Fokus Jadi Pengusaha
Berani membuka usaha, maka sudah seharusnya juga berani mengambil resiko hadirnya sebuah kegagalan. Hamzah Izzulhaq menyadari bahwa kesuksesan tidak datang dengan begitu saja, harus ada usaha serta niat yang kuat supaya bisa melewati semua halangan yang ada di depan nantinya.
Bagaimana ceritanya bisa membuka bisnis bimbingan belajar?
Kelas 2 SMA saya datang ke seminar bisnis yang diikuti para pelajar se-Jabodetabek, dan saat itu saya ketemu kakak kelas saya yang jadi panitianya. Dan dia punya usaha bimbingan belajar yang sudah ada tiga cabang, itu baru berjalan satu tahun. Dia nawarin, katanya ada cabang yang mau di take over. Lagi butuh dana untuk ekspansi lagi, dan dia jual ke saya salah satu cabangnya yang ada di Jakarta Pusat, Johar Baru. Harganya Rp 150 juta. Saya bilang, saya nggak punya duit, saat itu tabungan saya cuma ada Rp 5 juta. Karena saya sudah sangat tertarik jadi saya minta waktu sama kakak kelas saya.
Lalu cara mendapatkan modal?
Akhirnya saya pinjam ke orang tua teman, saya presentasi ke mereka tapi hasilnya nihil, lalu pinjam ke tante dan om hasilnya juga nihil. Kebetulan keluarga punya tanah yang memang mau dijual untuk beli mobil. Akhirnya saya rayu bapak saya, uang hasil jual tanah Rp 70 juta saya pinjam. Lalu uang tabungan saya dan uang pinjaman ke bapak itu saya kasih ke kakak kelas, saya janji ke dia akan saya lunasi kekurangannya. Dia pun mau, dan usaha bimbingan belajar pun jalan hingga sekarang. 2011 saya lulus SMA, bimbingan belajarnya nambah satu cabang. Lalau 2012 nambah satu cabang lagi. Hingga sekarang sudah ada lima cabang.
Setelah bisnis bimbingan belajar kok bisa tertarik dengan bisnis sofa bed?
Setahun saya lulus SMA, tepatnya 2012 saya ketemu sama rekan saya, dia punya usaha produksi bantal, sofa bed, tapi kurang bisa mengembangkannya. Dia nggak punya marketing, branding. Lalu dia ngajakin kerjasama, dia tahu teknisnya, saya suntikin modal, beli mesin jahit dan semuanya. Awalnya nggak ada merek dagang, terus kita kasih nama Picanto SofaBed. Dari yang distribusi hanya di daerah Tanggerang, lalu kemudian kita kembangin, ada distributor di Sumatera, Jawa, Kalimantan. Cuma Indonesia bagian timur, seperti Maluku itu belum. Dan mudah-mudahan nantinya kita juga bisa memasarkan di luar negeri.
Kenapa sekarang jadi tertarik ke bisnis properti?
Akhir 2015 saya baru mulai bisnis properti. Jadi sebenarnya itu sudah mimpi dari tahun 2013, cuma waktu itu dananya keputer untuk yang lain. Barulah sekarang kesampaian. Di daerah Tasik Malaya, namanya Tasik Asri Village, itu ada 10 rumah dan dua ruko. Jadi kan kalau bisnis itu ada yang cash flow-nya harian seperti makanan, setiap hari dapat duit, terus ada juga yang bulanan, per-semester atau per-tahun. Kalau bimbel kan bulanan, kalau yang properti ini saya pengen yang cash flow-nya itu agak panjang. Jadi, yang harian ada, bulanan ada, enam bulanan ada.
Pernah mengalami kegagalan yang membuat Anda ingin menyerah?
Sekitar 2011 abis lulus SMA, banyak kegagalan, bikin counter pulsa, minta teman SMP yang jaga, tapi ternyata pulsanya malah dipakai sama dia sendiri, akhirnya tutup. Buka kedai fried chicken juga sama, baru jalan dua cabang juga tutup. Tahun 2011 sampai 2012 buka rumah makan konsepnya warteg restoran di depan UIN Ciputat, awalnya rame, tapi karena harga bahan pokok naik itu yang berat. Padahal kita harus bayar karyawan, lalu bayar sewa juga, jadi usaha itu pun tutup. Sempat down dan mikir mungkin saya nggak ada bakat bisnis.
Lalu caranya bangkit dari kegagalan?
Pergi ke Gramedia, cari bukut motivasi, dari Gramedia buka sampai tutup saya baca buku di situ. Saya pelajari bagaimana orang sukses itu bisa bangkit. Saya lihat ternyata orang-orang sukses pun juga pasti gagal dulu awalnya. Jadi itu yang membuat kita nggak merasa sendirian. Bahkan dia lebih sadis lagi, lebih di bawah lagi. Dulu saya lebih banyak memotivasi diri saya sendiri, saya baca buku detail, sampai tahun berapa Walt Disney bangkrut, lalu tahun berapa bangkitnya saya hafalin betul-betul. Kalau orang sukses itu saat gagal dia bangkit lagi, dan terus bangkit sampai mimpinya tercapai, tapi kalau orang yang nggak sukses biasanya ketika gagal, dia jadi galau, dan nggak mau nyoba lagi.
Menurut Hamzah kegagalan sudahlah menjadi hal yang biasa, bagi Hamzah kegagalan sudah menjadi bagian dari sebuah kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. "Kalau kita pengen sukses pasti ada resiko," pungkas penulis buku Buka-bukaan Rahasia Cepat Jadi CEO Usia 19 Tahun ini.