Editor Says: Dewa 19, Haruskah Dikenang Saja?

Nizar Zulmi diperbarui 09 Mei 2016, 13:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Siapa band terbesar di Indonesia era 90 hingga 2000an? Jawabannya mungkin saja beragam. Tapi tidak menyebut nama Dewa 19 sebagai band 'raksasa' rasanya seperti mengkhianati diri sendiri.

Pada masanya, Dewa 19 begitu perkasa. Hampir semua lagu-lagu mereka dilahap oleh Baladewa, sebutan bagi penikmat musik mereka. Dari era Ari Lasso hingga Once, band kawakan ini selalu menyuguhkan karya yang 'tak biasa'.

Kejeniusan Ahmad Dhani sebagai 'bapaknya' Dewa 19 tertuang dalam album pertama 'Dewa 19' (1992) hingga 'Republik Cinta' (2006). Bagi para musisi, Dhani sangat disegani sebagai mastermind, konseptor dan sosok perfeksionis yang banyak terpengaruh band legend seperti Queen dan The Beatles.

Salah satu puncak karier Dewa 19 tercapai pada tahun 2000, kala album bertajuk Bintang Lima meledak dan jadi yang terlaris di pasaran. Di pasar musik yang masih bersahabat waktu itu, album kelima Dhani dkk sukses terjual hingga 2 juta keping. Memasuki 2005, mereka juga dinobatkan oleh Hai Magazine sebagai band dengan penghasilan tertinggi di tanah air, yakni menyentuh angka 14 miliar rupiah per tahun. Gila!

Sebagai generasi yang tumbuh dengan musik Dewa 19, tentu akan sangat menyenangkan jika bisa menyambut karya-karya baru hasil racikan Dhani dan Andra, dua motor penggerak band. Namun pada 2011 seiring dengan keluarnya Once, Dewa pun 'mengakhiri nyawa' kala mengumumkan bubar, yang tentunya sangat disayangkan banyak pihak.

Bagaimana tidak sayang, band yang terbentuk sejak 1986 ini sudah terlanjur melekat dengan pemuda-pemudi di generasi itu. Bisa dibilang, menikmati lagu Dewa bukan sekedar hobi, tapi gaya hidup dan kebutuhan. Itu dulu.

"Saya memutuskan band Dewa itu adalah band nostalgia. Jadi kalau main itu dalam konteks reuni. Kalau pun membuat album lagi adalah dalam bentuk Dewa 19 band nostalgia,"kata Ahmad Dhani kepada awak media 5 tahun lalu.

"Saya belum tahu ya, karena membangun Dewa 19 itu pekerjaan yang berat, rekaman Dewa berat buat saya. Nggak mau, kecuali kalo ada hal-hal di luar dugaan,"

Bagi sebagian orang, Ahmad Dhani adalah sosok menyebalkan. Dan dengan keputusannya membuyarkan Dewa 19, ia semakin dibenci. Meski kontroversial, sepertinya langkah itu merupakan jalan terbaik yang bisa dilakukannya sebagai 'presiden' Dewa.

Nyatanya Dewa 19 masih manggung sana-sini dengan konsep reuni yang sangat mengena. Strategi Ahmad Dhani ini cukup jitu menyedot ribuan penonton untuk datang dan bernostalgia dengan Kangen, Cukup Siti Nurbaya, Kirana, hingga Roman Picisan. Bahkan Ari Lasso yang sempat berseteru dengan Dhani menyebutnya sebagai the one and only.

Saat menulis artikel ini, saya kembali teringat betapa dahsyatnya kekuatan Dewa 19 saat menghibur penonton Soundrenaline 2015 di Garuda Wishnu Kencana, Bali. Berbaur dengan para penonton yang antusias, reuni Ahmad Dhani, Andra, Ari Lasso, Yuke, dan Tyo Nugros begitu emosional . Tak hanya bagi saya dan fans yang memuja dari sekitar panggung, tapi juga para personelnya sendiri. 

Haruskah Dewa 19 bangkit lagi, memberi nafas baru di industri musik tanah air?

2 dari 2 halaman

Dewa 19 reuni, solusi terbaik?

Dewa 19 adalah bentukan Ahmad Dhani. Tapi di sisi lain Ahmad Dhani juga dibentuk oleh Dewa 19. Bermodal kenekatan menjual musiknya, Dhani sempat hampir gagal menikah dengan Maia Estianty. Band tersebut telah turut andil dalam menulis takdir hidup Ahmad Dhani.

Karenanya Dhani lah yang paling tahu Dewa 19, dan ia tahu yang terbaik untuknya. Jadi sebenarnya sah-sah saja jika Dhani membubarkan Dewa tanpa persetujuan siapapun. Dhani mengakui beratnya membangun Dewa 19 sampai jadi band legendaris, tapi ia juga cukup jeli melihat peluang ke depan. Ingat, Dhani adalah seorang pemikir.

Sementara itu Andra, satu personel yang paling dipercaya dan dihormati Dhani juga tampaknya cukup legowo akan hal ini. Lagipula ia juga butuh ruang untuk menunjukkan kreasi-kreasi yang tak bisa diaplikasikan ke Dewa 19. Alasan itu juga yang mendasari lahirnya Andra and The Backbone.

Ada baiknya juga Dewa 19 tak usah bangkit dengan karya baru lagi. Entah apakah saya saja, tapi lagu-lagu bikinan Ahmad Dhani di luar Dewa sudah makin hambar, tak lagi segagah dulu. Ia tak salah karena mengikuti perkembangan musik masa kini yang identik dengan loop dan sequencer, tapi fans rasanya tak memiliki keinginan yang sama.

Dewa era Ari Lasso dan Once memang beda, dan keduanya punya kekuatan masing-masing. Di masa Ari, Dewa sangat terasa rocknya, karena masa itu memang zamannya musik rock sedang booming. Sementara Dhani, Andra, Once dan Yuke lebih bermain orksetra dan mulai memasukkan efek-efek digital.

Kembali lagi ke konser reuni di Soundrenaline, Ari Lasso tampil sebagai vokalis utama. Lagu-lagu lawas Dewa kembali terlantun dengan megahnya, menyatukan para musisi yang sempat berjuang mati-matian bersama. Baladewa benar-benar menikmati nostalgia yang bikin terharu, bahkan Ari Lasso pun mengaku merinding di tengah penampilannya.

Namun berhasilkah Dewa jika mereka kembali berkarya? Harus diakui suara Ari Lasso masih perkasa dan mampu menembus lini masa perkembangan zaman. Permainan Andra selalu di luar dugaan dan kelewat rapih seperti biasanya. Sementara Dhani, paling tidak dia bisa main piano dan menjadi arranger.

Tapi masalah tak hanya di situ saja. Dhani dan artis-artis RCM nya saja seperti timbul tenggelam karyanya. Hal itu memicu keraguan dan ketakutan, jika Dewa akan bernasib sama. Mereka bukan Sheila On 7 yang musiknya lebih mudah dicerna dan punya banyak penggemar di social media.

Ide Dewa 19 Reunion adalah pilihan paling pas untuk saat ini. Secara finansial sudah jelas, penjualan tiket konser mereka bakal laris manis. Sementara bagi fans, konser tersebut jadi ajang sempurna untuk melepas kerinduan dengan lagu-lagu hits Dewa 19 yang menyimpan banyak kenangan. Seperti halnya kenangan, Dewa 19 cukup dikenang sekali-sekali saja.

 
Nizar Zulmi,
Redaktur Kanal Musik Bintang.com