Fimela.com, Jakarta Meski masih belia Michelle Ziudith sudah memikirkan kehidupan rumah tangga. Ia sudah mulai mencari calon suami impian yang dapat menjadi pendampingnya kelak jika sudah tiba waktunya. Ternyata syarat atau kriterianya tidak harus mapan lho. Ayo, siapa yang berminat?
***
Walaupun sudah menetapkan kriteria untuk calon suami kelak, namun Michelle Ziudith tidak mau terburu-buru. Perempuan kelahiran Medan, 20 Januari 1995 ini punya target menikah tiga atau empat tahun ke depan. Karena itu ia tak mau tergesa-gesa. Takut asal pilih. Soalnya dia tak ingin pernikahannya hanya berlangsung seumur jagung. Kalau bisa sekali menikah untuk seumur hidup.
Lalu apa kriteria suami impian bintang film Magic Hour ini? Michelle menganggap persoalan akan selalu muncul dalam perjalanan setiap rumah tangga. Karena itu kriteria pertama yang ia ajukan untuk menjadi calon pendampinya adalah bisa menyelesaikan masalah. “Aku tak mau muluk-muluk dalam mencari calon suami. Yang penting orangnya harus bisa menyelesaikan masalah,” kata nominee untuk katagori Aktris Utama Paling Ngetop SCTV Awards 2013 dan 2015 ini.
Baca Juga
Saking pentingnya persoalan mengatasi problem ini, ia malah bisa berdamai jika ada yang berminat namun masih suka bermanja atau masih ke kanak-kanakan kelakuannya. Tapi ini sesuatu yang kontradiksi dan sulit ditemukan. Biasanya orang dewasa dan mampu menghadapi persoalan tak lagi kekanak-kanakan prilakunya.
Banyak perempuan yang menginginkan calon suami yang mapan secara materi. Namun Michlelle malah tidak mengutamakan hal itu. Bagi dirinya materi bisa dikumpulkan sembari rumah tangga berjalan. “Urusan materi buat aku bisa didapat setelah menikah. Kalau kita mau berusaha, rumah, mobil dan materi lainnya bisa dicari bersama kok,” jelas perempuan yang tengah gencar mempromosikan film terbarunya ILY From 38.000ft.
Persoalannya apakah ia sudah menemukan sosok yang seperti itu dalam kehidupan sehari-hari? Ternyata jawabnya belum. Artinya peluang masih terbuka buat siapa saja yang berminat. Soalnya putri pasangan Muhammad Ruchiman dan Missi Wasely ini belum menutup pintu. Sekarang sembari menunggu ia fokus pada kariernya di dunia entertainmen.
Beruntung orangtuanya tak ikut campur dalam dalam urusan calon suami. “Bunda tidak ikut campur untuk urusan calon suami. Ia menyerahkan kepada aku untuk memilih yang sesuai dengan kriteria. Kan yang akan menjalankan aku bukan bunda. Dia men-support dan memberikan restu saja,” jelas Michelle.
Michelle Ziudith bersyukur kariernya di dunia entertainmen berjalan lancar. Ia berharap setiap kemunculannya di sinetron, FTV atau film dan juga sebagai penyanyi bisa meninggalkan bekas di hati publik. Untuk mencapai hal itu ia tak sungkan melakukan apa saja agar bisa memerankan karakter yang ia mainkan dengan baik. “Adalah tugas seorang aktor atau aktris memerankan karakter dengan maksimal. Ya kalau baper (terbawa perasaan) saat main dalam sebuah film atau sinetron sih sering, tapi kalau cinlok belum,” akunya kepada Edy Suherli, Hasan Mukti Iskandar dan fotografer Deki Prayoga saat bertandanng ke kantor Bintang.com di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (3/5/2016). Inilah petikan selengkapnya.
Calon Suami Aku Tak Harus Mapan
Ternyata bukan seorang pria mapan yang menjadi prioritas bagi Michelle Ziudith untuk menjadi mendampingnya. Baginya yang lebih utama adalah komitmen untuk menyelesaikan masalah dan semangat untuk bekerja. Soalnya menurut perempuan asal Medan ini materi bisa dicari dan dikumpulkan bersama-sama sembari jalan setelah pernikahan digelar.
Apa yang berubah dari Anda setelah terkenal terkenal seperti sekarang?
Salah satu yang berubah adalah pola pikir. Setelah main sinetron dan film aku sudah punya penghasilan sendiri. Pelan-pelan aku sudah mulai mandiri. Kalau dulu selalu disediakan bunda sekarang sudah mulai dikurangi. Kalau mau sesuatu sekarang sudah enggak minta bunda lagi. Kalau sebelum main sinetron dan film semua minta ke bunda. Nah sekarang juga sudah mulai nabung. Justru aku semakin semangat kerja saat ada sesuatu yang ingin dicapai. Soalnya kalau enggak syuting mana mungkin bisa beli barang. Mau minta sama bunda, udah enggak enak. Akhirnya saat ada tawaran datang hayo aja. Tak ada istilah malas atau entar dulu.
Apa saja obsesi Anda ke depan?
Aku ingin ciptakan istana sendiri, mobil sendiri dan segalanya sendiri. Aku tidak mau tergantung pada orang lain.
Dari jerih payah main sinetron dan film selama ini apa saja yang sudah bisa dibeli?
Beli apa ya, belum ada. Paling beli kebutuhan pokok saja. Ya itu tadi aku ingin beli rumah dan mobil sendiri dan ingin bikin bunda naik haji.
Mau menaikkan mama naik haji, apa sudah daftar?
Belum sih, baru mengumpilin uangnya dulu. Doain semoga segera terwujud ya.
Lalu rencana menikahnya kapan dong?
Kalau menikah enggak sekarang, ya sekitar tiga atau empat tahun lagi deh. Sekarang masih fokus di karier dulu dan mewujudkan keinginan untuk punya rumah, mobil dan membuat bunda naik haji. Terus aku mau belajar masak dulu sebelum menikah. Malu dong sudah menikah tapi belum bisa masak. Aku punya obsesi kalau sudah menikah bisa memasak sendiri walaupun punya pembantu di rumah. Aku juga harus dewasa dalam meghadap setiap problem kehidupan. Aku harus bisa menghadapi masalah, bukan kabur dari masalah.
Apa kriteria pasangan ideal yang Anda idamkan?
Aku sih enggak muluk-muluk ya mencari pasangan atau calon suami. Yang penting dia siap menghadapi dan menyelesaikan semua problem hidup yang muncul. Kalau soal orangnya manja atau kekanak-kanakan enggak apa kok. Yang penting itu tadi dia bisa atasi setiap problem yang ada. Jadi kalau ada masalah enggak boleh kabur. Harus bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Harus punya kepribadian juga enggak?
Oh iya itu penting juga ya, seperti punya mobil pribadi, rumah pribadi dan lain-lain, hahaha. Kok jadi matre banget ya. Enggak-enggak, itu bercanda kok. Buat aku materi itu bisa dicari. Asal punya komitmen dan kemauan keras, rumah, mobil, dan apa pun itu bisa dikumpulkan dan dicari bersama-sama kok.
Sosok itu sudah ada belum ya?
(Michelle buru-buru menjawab). Belum ada. Terus terang aku belum nemu sosok yang seperti itu sekarang.
Kalau begitu, sekalian aja bikin sayembara cari suami ideal?
Iya juga ya. Pengumuman, ayo siapa yang siap menjadi suami aku dengan kriteria tadi. Bagi yang memenuhi syarat dan mau ayo. Enggak harus mapan ya, yang penting mau kerja keras dan mau menyelesaikan masalah.
Kalau mama apakah memberikan arahan untuk urusan calon suami, misalnya harus profesi ini atau itu?
Bunda membebaskan pada anaknya untuk mencari calon suami yang cocok. Soalnya yang akan menjalani kehidupan berumahtangga itu kan kami anak-anaknya. Bunda hanya merestui kalau calon suami itu sudah sesuai dengan kriteria.
Pintu Terbuka Setelah Miss Celebrity
Ajang pencarian bakat Miss Celebrity di SCTV menjadi titik awal kesuksesan Michelle Ziudith di dunia entertainmen tanah air. Setelah mengikuti ajang itu ia seperti membuka kota pandora. Satu demi satu talentanya terkual dan mendapat sambutan publik. Mulai dari sinetron lalu FTV dan juga menyanyi lalu kini film layar lebar.
Setelah sekian tahun berkarier seperti apa evaluasi karier Anda?
Aku enggak nyangka banget kalau karier di dunia entertain akan seperti sekarang ini. Setelah ikut Miss Celebrity aku mulai terjun di dunia sinetron dan FTV. Pelan-pelan tawaran untuk main ikut maian di film layar lebar. Ternyata peran aku di film juga diapresiasi begitu besar dari penonton film Indonesia. Film Magic Hour dan London Love Story mengumpulkan penonton yang cukup banyak. Ini yang bikin aku dan para pemain, kru dan juga produser happy. Aku berharap film terbaru yang sebentar lagi akan hadir ILY From 38.000ft juga akan mendapat sambutan hangat seperti film-film aku sebelumnya. Aku bersyukur dengan perjalanan karier aku di dunia entertainmen sekarang ini yang lumayan bagus.
Enjoy dong lakoni karier di dunia entertain?
Enjoy banget, soalnya ini adalah passion aku sejak remaja. Aku dulu ingin banget mengembangkan karier di dunia seni peran. Memang awalnya aku enggak langsung ke seni peran. Aku harus melewati ajang pencarian bakat seperti Miss Celebrity dulu. Dan itu ternyata itu menjadi pembuka jalan bagi aku untuk masuk ke dunia entertainmen yang lebih luas.
Makin terkenal, ruang gerak makin sempit, seperti apa Anda menyikapi perubahan ini?
Aku pikir itu adalah konsekwensi logis dari sebuah popularitas, ya mau gimana lagi. Setelah sinetron dan film aku tersebar orang jadi makin familiar dengan wajah aku. Dan hal seperti ini juga dialami oleh teman-teman yang menekuni dunia entertain. Ruang gerik makin sempit itu sudah risikonya jadi pemain sinetron dan film yang dikenal publik. Mau ke mana saja berjalan orang mengenali aku. Ya memang begitulah. Aku menikmati saja perubahan keadaan ini.
Anda tidak takut jalan-jalan ke pasar atau makan di pinggir jalan seperti dulu sebelum terkenal?
Meski sekarang aku makin bayak dikenal orang kebiasaan dulu enggak banyak berubah. Aku masih temani bunda ke pasar kalau memang keadaannya memungkinkan dan lagi enggak ada kerjaan. Makan di pinggir jalan masih oke saja kok. Enggak ada yang menghalangi aku nemanin bunda belanja sayur-sayuran setiap Minggu pagi di pasar. Aku juga cuek aja saat makan mi goreng tek-tek yang suka lewat di depan rumah atau makan di pinggir jalan.
Kalau ada yang minta foto gimana?
Ya kalau ada yang menegur atau minta foto ya dilanenin aja. Menyenangkan orang lain apa salahnya sih. Buat aku itu bukan sesuatu yang berat. Aku akan meladeni penggemar yang minta foto saat jalan-jalan atau sedang belanja di pasar. Saat itu sekalian promoin film deh.
Anda sendiri sering enggak cinlok alias cinta lokasi saat proses pembuat film atau sinetron selama ini?
Untuk urusan itu paling ya baper (bawa perasaan) aja sih. Buat aku itu perlu untuk menciptakan kemistri dan ketika syuting lancar dan filmnya bagus. Menurut aku itu adalah tugas seorang aktris atau aktor. Jadi tujuannya agar film atau sinetronnya bagus dan pesan yang diinginkan oleh penulis skenario bisa sampai ke penonton. Dan kalau penontonnya juga baper, artinya kita sebagai pemain berhasil memainkan peran itu.
Tak terasa 60 berlalu untuk sesi pemotretan dan wawancara dengan Michelle Ziudith. Ia sudah ditunggu untuk agenda acara selanjutnya. Setelah selesai ia pamit dan bergegas menuju lokasi acara selanjutnya