Fimela.com, Jakarta Seperti manusia, film Ada Apa dengan Cinta tumbuh dan berkembang dengan lahirnya sekuel AADC 2. Bukan cuma cerita dan pemainnya, penonton film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo ini juga tumbuh dengan kenangan menonton film AADC. Euforia penyambutan film ini memberi harapan besar pada pemecahan rekor penonton film Indonesia yang dipegang Laskar Pelangi dengan 4.631.841 penonton.
Setelah 14 tahun, Rangga dan Cinta ‘dihidupkan’ kembali. Cinta, luka, bahagia, dn gelak tawa hadir silih berganti di film yang berdurasi 125 menit. Menyaksikan film AADC 2 akan membawa banyak perasaan. Karena nonton AADC 2 itu seperti nonton diri sendiri. Ada banyak hal yang bisa kita temukan dalam film ini. Ada harapan yang dihidupkan dengan berdamai dengan cinta yang belum selesai di masa lalu.
Baca Juga
Anda bisa menjadi, Rangga. Sosok yang pandai merangkai kata tapi tidak pandai berkomunikasi. Persoalan hidup diselesaikan dengan caranya sendiri meskipun kesakitan. Butuh waktu lama bagi Rangga untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya.
Cinta, pribadi yang terbuka. Menerima kesalahan dan berusaha memperbaikinya secepat mungkin. Namun hati sulit dilupakan. Realistis dengan kenyataan. Setia kawan tentunya.
Milly tak begitu pandai, namun juga tak pernah kelihatan pintar. Menerima diri sendiri seutuhnya. Karenanya dia menjadi karakter spontan yang selalu berhasil menghadirkan tawa apapun kondisinya.
Maura, wanita elegan yang sangat rapi. Tapi demi sahabatnya, dia rela melakukan yang paling dibencinya. Pergi ke tempat-tempat kotor dan becek dilakoninya. Maura juga selalu bisa menjadi penengah saat masalah bagi Geng Cinta.
Carmen, si tomboi masih tetap tomboi. Terluka karena kegagalan pernikahan membuatnya sempat terjerumus di lubang narkoba. Namun, ketomboiannya membangkitkan semangat untuk menjadi lebih baik.
Lantas, Mamet, lelaki lugu yang mencintai dengan sederhana. Tidak muluk-muluk soal impiah hidup, namun sangat menikmati hidup. Karakter karakter itulah yang membuat kita merindukan AADC. 14 tahun berlalu, semua karakter tumbuh jadi lebih dewasa namun tak kehilangan karakter mereka. Seperti kita sendiri bukan?
Inilah yang membuat kita rindu pada AADC 2, karena selang waktu 14 tahun, kita mungkin mengalami hal yang sama pada tiap karakter di AADC 2. Reuni bukan cuma pada filmnya, menonton film ini seperti mengajak kita reuni dengan diri sendiri. Adakah yang terlewat selama 14 tahun ini?
What's On Fimela
powered by
Kekuatan Promosi
Promosi AADC 2 membawa cakrawala baru bagi perfilman Indonesia. Film ini melakukan promosi secara masive. Mata, telinga, dan hati kita dijejali AADC 2 sejak dua tahun sebelum film ini dirilis. Kekuatan media sosial membuat film AADC 2 berbeda dengan film yang pertama.
14 tahun lalu, AADC tidak pernah mengenal twitter, facebook, line, dan berbagai media sosial lainnya. Ketika Dian Sastrowardoyo memposting pajama party dengan geng cinta, reaksi netizen riuh rendah. Ini terjadi dua tahun sebelum film dirilis. Ditambah dengan mini seri AADC yang membuat netizen semakin rindu dengan Rangga dan Cinta.
Bagaimana mungkin generasi 90-an tak ‘termakan’ oleh promosi yang sangat gencar? Ketika Mira Lesmana memposting tanda tanya berwarna khas AADC dengan bentuk angka 2, dari sanalah penantian penggemar AADC berawal. Jelas sudah setahun lalu, Mira memberi sinyal akan memproduksi AADC 2.
Bagi generasi muda yang dulu tidak melihat AADC 2, situs streaming online, membantu mereka memahami apa itu AADC yang sudah menjadi pembicaraan publik. Karena itu AADC 2 ‘berhutang’ besar pada sosial media dalam mendapatkan penonton baru. Bukan sekedar penonton AADC 14 tahun lalu. Jika AADC meraup 2,7 juta penonton maka membuat jumlah penonton menjadi dua kali lipat dari jumlah itu bukanlah sesuatu yang sulit.
Sebagai produser, Mira Lesmana mengungkapkan ide awal penggarapan sekuel AADC2 sangat menarik. Awalnya, ketika reuni 10 tahun AADC Mira Lesmana sudah sekilas memikirkan akan membuat lanjutan kisah asmara Cinta dan Rangga. Namun, ia masih harus mencari ide cerita untuk menyeimbangkan cerita pasca 14 tahun berlalu.
"Sebagai penulis cerita AADC2, saya sangat menikmati untuk menciptakan alur karakter mereka masing-masing. Kira-kira apa yang terjadi dalam 14 tahun, saya cari perkembangannya terlebih dahulu masing-masing karakter," ucap Mira Lesmana ditemui di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2016).
Menurut Mira, bisa saja film AADC dibuat sekuelnya tidak sampai memakan waktu 14 tahun. Namun, lanjut Mira, ia memilih untuk tidak membuat sekuel cerita dalam waktu yang singkat karena AADC begitu sudah melekat dengan masyarakat.
"Kalau cepat mungkin tidak akan seperti sekarang ceritanya. Sebagai film maker, membuat sekuel dalam 14 tahun seperti bukan membuat sekuel tapi seakan membuat film baru," jelas Mira.
Ketika menonton film AADC 2 pertama kali (saya merasa satu kali tidak cukup, jadi pasti akan ada kedua kalinya, red), Saya duduk satu barisan dengan Rudy Soedjarwo, Mira Lesmana, Riri Reza. Ketika lampu studio dinyalakan, mata mereka bertiga nampak merah. Mereka berpelukan, Mira berhasil ‘mengawinkan’ dua sutradara dengan karya yang fenomenal, AADC dan AADC 2.
Sebagai sutradara AADC, Rudy jelas berharap-harap cemas bagaimana ‘anaknya’ dididik oleh sutradara baru, Riri Reza dalam sekuel AADC 2. “Ini pertama kali saya nonton. Saya bangga, terharu, nggak tahu mesti ngomong apa. Gila! Indonesia punya film drama cinta yang luar biasa seperti AADC 2. Kapan terakhir kita punya yang seperti ini?” katanya.
Lebih dari lima menit mereka tak beranjak dari tempat duduk itu. Bertiga, bergenggaman erat, berpelukan silih berganti. Saat menyaksikan ‘adegan’ ini saya mendapat aliran energi kreatif yang luar biasa. Begitulah AADC masuk ke dalam hati sineas yang melahirkannya. Jadi wajar jika kemudian AADC dan AADC 2 menjadi karya yang fenomenal. Karena orang-orang di belakang layar mencurahkan semua energinya, hingga butuh waktu lama untuk meletupkan perasaan bahagia mereka usai nonton bersama AADC 2.
Menularkan Semangat dan Optimisme Film Indonesia
Antusiasme penonton ini memberi harapan baru bukan cuma bagi AADC 2, tapi juga pada perfilman Indonesia. Diakui atau tidak, sineas selama ini tak punya kekuatan dalam menentukan layar bioskop. Karena hukum tidak pernah menjamin hal tersebut, tidak ada proteksi. Dan jaringan bioskop yang terbatas, membuat sineas harus terima keputusan berapa layar yang akan memutar film mereka.
Tapi, AADC 2 memberi angin segar. Antusiasme masyarakat yang tinggi membuat jaringan Cinema XXI memberikan 120 layar. Ditambah layar jaringan bioskop lain, hari pertama tayang film AADC 2 mendapat 186 layar. Tidak ada film Indonesia yang mendapat jatah layar sebanyak ini sebelumnya.
Ketika hari pertama terjadi antrian panjang dimana-mana, layar ditambah menjadi 448. Jika 186 layar mampu mengumpulkan 200.000 penonton dalam sehari, maka penonton akan bertambah banyak secara signifikan dari hari ke hari. Apa yang bisa kita pelajari dari sini?
Bahwa penonton perlu diyakinkan film Indonesia yang berkualitas itu ada. Bahwa film Indonesia tak melulu tentang seks horor yang mengecewakan. Film AADC 2, menyembuhkan ‘luka trauma’ dan apatisme penonton pada film Indonesia.
Karena itulah sebagai Sutradara dan Produser, Hanung Bramantyo sangat semangat mendukung film AADC 2. “Film Nasional saat ini dituntut tak sekedar jadi Film Bagus doang. tapi juga promosi yg efektif.
Kepercayaan penonton harus dijemput lagi. Kepercayaan penonton kpd Film Nas itu penting. stigma Film Nas hanya berisi horor sex murahan harus di ganti. bukan genre honornya yg salah. tapi pembuatnya yg terkesan menggampangkan, yg ngebuat genre horor jd rusak image nya. semoga tahun ini jadi awal Film Nasional kembali meraih kepercayaan penontonnya. yuk ke bioskop!! AADC2 nembus 448 layar. sip! sepertinya masuk quota 60% layar bioskop sesuai UU. film Nas bagus layak di suport,” demikian ringkasan kicauan Hanung melalui twitternya.
Sejak awal, saya menyebut film AADC 2 berpotensi melampaui rekor film Indonesia terlaris terlaris sepanjang masa, Laskar Pelangi. Mengapa? Waktu perilisan film AADC 2 sangat tepat. Setelah tanggal 28 April ada libur panjang 4 hari berturu-turut, 5-8 Mei 2016. Ini adalah libur yang luar biasa untuk film. Bisa seperti panen saat lebaran.
Melihat reaksi hari pertama dan penambahan layar yang signifikan, apakah rekor baru hingga 5 juta masih diragukan? Jangan lupa ada juga pemutaran film AADC 2 di Malayia dan Brunei Darussalam yang tentu akan menambah jumlah penontonnya.
Penulis skenario film Ayat-ayat Cinta, Salman Aristo mengaku gembira mendengar kabar film AADC 2 akan tayang di Malaysia dan Brunei. “Ini sebuah prestasi besar bagi film tanah air, harusnya tahun ini jadi tahunnya film Indonesia. AADC 2 semua pengen nonton, belum pernah ada yang se-epic ini. Khusus berkaitan dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), ini jawaban kenapa AADC 2 dan My Stupid Boss ditayangkan di 4 negara tetangga. Berarti My Stupid Boss dan AADC 2 dan secara bisnis sudah diperhitungkan mereka. Mereka melihat My Stupid Boss dan AADC 2 bisa menguntungkan mereka,” ungkapnya saat dihubungi Bintang.com.
Soal alur cerita? Rasanya tak perlu saya babarkan banyak. Karena film ini akan nikmat jika Anda nikmati tampa membawa banyak cerita dari orang lain yang sudah menonton film ini. Tapi saya pastikan akan banyak kejutan yang membuat Anda berfikir seperti Rudy Soedjarwo. Bagaimana bisa terifkir untuk membeuat cerita seperti ini? Cerita yang merasuk bukan cuma dalam mata, telinga, dan otak, tapi juga dalam hati. Karena di AADC 2, niscaya Anda akan menemukan kisah Anda sendiri. Kisah yang tak sempurna, kisah yang belum selesai.... Butuh AADC 3 untuk menyelesaikannya.
Sambil menunggu sekuel AADC 3, semoga saja benar-benar ada, banyak film Indonesia ke depan yang akan menggoda seperti AADC 2. Jangan bosen nonton film Indonesia. Pamit dulu..........
Puput Puji Lestari, Redaktur Kanal Film Bintang.com