Fimela.com, Jakarta 10 Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Dilansir dari salah satu media nasional, pembebasan dilakukan dengan negosiasi melalui dialog antara Yayasan Sukma dengan para tokoh masyarakat dan LSM di derah Sulu, yang punya akses langsung kepada pihak Abu Sayyaf.
Baca Juga
Pembebasan tersebut dilakukan pada 12.15 di Pantai Parang, Sulu, Mindano Selatan, Flipina. Liputan6 menulis, para korban penyanderaan tiba di Lanud Halim Perdanakusuma kemarin (1/5). Salah satu negosiator, Eddy Mulya, mengaku pembebasan ini dilakukan sepenuhnya dengan cara negosiasi. Dia yang juga termasuk dalam tim dari Kedutaan Besar RI di Filipina, menyebutkan ada sahabatnya yang ikut membantu dalam pembebasan ini.
"Iya ini full negosiasi. Kebetulan saya masuknya cuma di tengah. Jadi, itu ada sahabat saya Pak Baedowi sama teman-teman. Mereka yang atur. Jadi kami cuma tindak lanjut," katanya seperti dilansir dari Liputan6.
Sosok Baedowi muncul dan menimbulkan pertanyaan banyak orang. Eddy mengatakan, Baedowi merupakan pimpinan sebuah tim gabungan yang terdiri dari KBRI, TNI, Intertional Labour Organization (ILO), tim di perbatasan, dan IMTI. Nah, tim gabungan ini dipimpin oleh Baedowi.
Eddy mengaku dirinya ternyata merupakan kawan sejak lama yang pernah melakukan riset bersama tentang terorisme di tahun 2012. "Dipelajari. Pak Baedowi pelajari, ngasih proposal. Kita riset dari 2012. Kita nggak bisa ceritain semua. Dari dulu udah lama. Jadi tahu-tahu ada ini matching," terang dia kepada media yang sama.
Selain ketua pembebasan 10 WNI, Baedowi juga merupakan sahabat Eddy dan seorang peneliti. Namun, dia tidak bisa menceritakan banyak hal mengenai Baedowi. "Dia sahabat saya. Saya enggak bisa cerita banyak, itu saja. Nggak ada afiliasi apa-apa. Kita tuh peneliti kok," tutup Eddy.