Cerita Cinta, Ingrid Kansil – Syarief Hasan

Komarudin diperbarui 23 Apr 2016, 12:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Ingrid Kansil agak terkejut dengan pernyataan sahabatnya, Ita. Perempuan itu tiba-tiba mengajak untuk berkenalan seorang cowok. Ingrid yang baru saja putus dari pacarnya menyetujui permintaan kawannya itu. Selain kenal dengan Ingrid, Ita juga teman Syarief Hasan.

“Namanya Pak Syarief. Ia pengusaha, umurnya 47 tahun. Meski sudah tua, tapi dia berjiwa muda,” jelas Ita, seperti ditirukan Ingrid kepada Bintang.com, Kamis (21/4/2016).

Mendengar alasan Ita, Ingrid pun menyetujui perkenalan dengan lelaki kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan, 17 Juni 1949 tersebut. Bagi Ingrid saat itu, siapa pun yang merapat dengannya ia siap untuk menikah. Apalagi, usia Ingrid pun sudah matang.

 

Lalu, mereka sepakat untuk bertemu di restoran terkenal di kawasan SCBD, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, pada suatu malam pada 1998. Sebelum pertemuan tersebut, Syarief sempat mengutarakan isi hatinya jika ia sedang mencari seorang istri.

“Saat itu Pak Syarief telah menduda selama 13 tahun. Jadi, dia memang serius untuk mencari seorang istri,” jelas wanita kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 9 November 1976.

Sambil menyantap hidangan, Ingrid dan Syarief bicara ngalor-ngidul. Mereka saling nyambung, meski usia mereka sangat jauh. Pertemuan itu membawa kesan yang menyenangkan, baik bagi Ingrid maupun Syarief.

“Ternyata, nggak bapak-bapak banget,” nilai Ingrid.

Sebelum pertemuan selesai, Ingrid pamit salat kepada teman barunya itu. Dengan senang hati, Syarief mempersilakan Ingrid. Sebagai perempuan yang baru setahun menjadi mualaf, Ingrid memang tekun beribadah. Itu juga yang menjadi salah satu penilaian Syarief.

2 dari 3 halaman

Akad Nikah di Masjid

Pertemuan demi pertemuan pun terus berlanjut. Tak hanya berdua, Syarief pun tak segan-segan memperkenalkan Ingrid kepada teman-temannya. Mereka pun memberi restu atas hubungan Syarief dan Ingrid. Di mata Ingrid, Syarief merupakan sosok lelaki yang memiliki kematangan pola pikir. 

"Pak Syarief memberikan masukan kepada saya dan tak terkesan mengajari saya.  Ia juga sosok yang hangat dan mudah bergaul," nilai pemain sinetron Intan.

Setelah menjalin hubungan selama tujuh bulan, Syarief dan Ingrid sepakat untuk menikah. Pernikahan mereka berlangsung di Masjid Agung Cianjur, Jawa Barat, 26 Juni 1999. Saat akad nikah Syarief memberikan Ingrid seperangkat alat salat sebagai emas kawin. Hari-hari dilalui mereka dengan indah,  terlebih beberapa bulan menikah Ingrid hamil.

Namun, bayi yang mereka idam-idamkan itu meninggal dunia setelah dua jam persalinan. Ingrid masih ingat betul peristiwa tersebut terjadi pada 8 Juli 2000. Padahal, mereka sudah menyiapkan perlengkapan untuk bayinya, termasuk nama buah hatinya, Zenobia. Bagi Ingrid, kematian anaknya itu menjadi beban terberat dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Sebagai suami, Syarief berusaha menenangkan istrinya itu. Ia kemudian mengajak Ingrid berlibur. Upaya Syarief pun membuahkan hasil.

"Saya sangat terpukul. Ini ujian berat sekali bagi saya. Saya sampai tiga bulan menangis terus. Saya kemudian diajak liburan dengan Pak Syarief," kata Ingrid.

3 dari 3 halaman

Anak dan Suami

Tuhan ternyata mengganti Zenobia dengan yang lain. Selang beberapa bulan, Ingrid kembali hamil. Mereka menyambut dengan penuh suka cita. Setelah sembilan bulan menanti, Ingrid pun melahirkan. Mereka menyematkan nama yang indah untuk bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu, Ziankha Amorrette Fatimah Syarief.  Kini, berumur 14 tahun dan sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Ia berusaha untuk memahami Ziankha. Di tengah kesibukannya ia berupaya meluangkan waktu untuk anaknya. Ia berusaha untuk berkomunikasi dengan anak. Mulai dari menelepon hingga ngobrol saat sarapan pagi. Baginya, seorang anak membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sebagai orang tua, Ingrid pun berusaha menjadi seorang teman.

Memiliki suami yang aktif dengan jarak perbedaan usia yang sangat jauh, Ingrid harus beradaptasi dan melakukan penyesuaian. Ia juga terus meningkatkan berbagai hal, termasuk dari segi ilmu pengetahuan.

"Jadi istri, bukan semata-mata wajib melayani suami, tapi juga harus bisa berdiskusi dengan baik. Hal itu agar suami tak mencari teman diskusi di luar," kata Ingrid.

Berbeda dengan yang lain, Ingrid punya cara tersendiri untuk meredam pasang surut dalam rumah tangganya.  Salah satunya dengan cara menyimpan dengan rapi semua perlengkapan saat akad nikah di rumahnya yang asri di Sentul, Bogor.

"Semuanya masih saya simpan di sebuah ruangan, kayak museum. Mulai dari mukena, selop, kartu undangan pernikahan,  dan yang lainnya.  Jika terjadi pasang surut dalam hubungan kami, ya, kami tinggal melihat benda-benda itu agar bisa mengingat kembali saat menikah," ungkap Ingrid.

Kini, hampir 17 tahun Ingrid Kansil dan Syarief Hasan mengarungi bahtera rumah tangga.  Tentu, berbagai persoalan telah mereka hadapi. Namun, mereka mampu melewatinya. Seperti yang pernah ia tuangkan dalam akun Instagramnya:

"...25 juni 1999 tepatnya 16 tahun yg lalu, menjd momentum bersejarah bg kami,Tidak dapat dipungkiri, perjalanan hidup bukanlah sesuatu yang mudah di lewati. Ada senyum dan tangis yang datang silih berganti, bahkan seorang 'wonder women' (tokoh serial komik) pun saya yakin tak akan sanggup melewatinya sendiri.  Dan 16 tahun perjalanan terakhir merupakan pengalaman yang indah, Allah memberikan saya bahu untuk bersandar, sepasang telinga yang dengan setia mendengar keluh kesah saya, sepasang mata yang memandang saya apa adanya dan sepasang lengan yang selalu merangkul saya ketika saya jatuh dan merasa lelah... Terima kasih pasangan jiwaku atas waktu dan pengorbanan yang engkau berikan, semoga Allah membalas segala kebaikanmu dengan rahmat dan berkah hidup yang berlimpah.... Terima kasih untuk 16 tahun yang menakjubkan dan insyaAllah kita akan memiliki tahun-tahun yang lebih baik lagi. Hingga waktu memisahkan kita dan berkumpul di tempatNya yang indah dan tidak berbatas..."