Fimela.com, Jakarta Mulai dari masa sekolah, kuliah, hingga sudah bekerja, kamu tak pernah menempati posisi pertama. Namamu memang sering disebut dan masuk ke dalam daftar anak-anak yang berprestasi saat masih kuliah. Kamu juga kerap mendapat ucungan jempol dari atasan. Klien pun kerap mengatakan usaha dan kerja kerasmu sangat baik. Tapi, kenapa kamu selalu merasa tak pernah menjadi yang terbaik?
Baca Juga
Kamu tak sadar kalau dunia ini soal kompetisi. Mungkin kamu dan mereka adalah teman. Kamu menyayangi mereka seperti saudara sendiri. Berbagi kisah sedih dan bahagia setiap hari tak membuatmu jadi pengecualian dalam dunia bisnis dan kerja. Pada akhirnya, kamu pasti akan berkompetisi dengan sahabat-sahabatmu.
Selalu membandingkan dirimu dengan orang lain. Membandingkan dirimu dengan orang lain hanya buang-buang waktu. Saking tak ingin ketinggalan update keberhasilan orang lain, kamu sampai lupa untuk berjuang dan bekerja keras. Pantas saja kalau kamu selalu tertinggal.
Mempertanyakan posisimu dalam kompetisi. Setiap langkah ketika menaiki anak tangga, kamu kerap menengok ke belakang. Memastikan para 'rivalmu' masih ada di belakang. Tapi, kalau setiap langkah kamu terus menoleh, waktumu akan cepat habis. Tenaga pun berkurang. Dan ketika kamu sadar, 'rivalmu' sudah jauh berada di depan.
Kurang kerja keras. Jangan pernah menyeka tiap butir keringatmu. Setiap kali kamu menyeka keringat, semakin lama kamu beristirahat dan membuang waktu. Biarkan saja keringat itu jatuh sebagai bukti kerja keras. Di akhir kompetisi, orang bakal tahu keringatmu sudah membanjir dan jadi bukti kesuksesan.
Kurang persiapan. Mau lomba lari, tapi tak pernah berlatih setiap hari. Kamu hanya bermimpi jadi pemenang tanpa mau berusaha dan belajar. Jangan habiskan waktumu dengan berbagai hal yang tak penting. Pertajam kecerdasan dan kemampuan.
Berpikir 'emas' adalah segalanya. Karena tujuanmu adalah harta dan kekayaan. Orang-orang yang sukses tak pernah menjadikan uang sebagai target dan goal dalam hidup mereka. Tapi memberikan pelayanan dan membantu masyarakat dunialah misi mereka.
Ketakutan 'menghantuimu.' Kamu takut dengan kesuksesan. Bukan takut dengan harta dan perubahan gaya hidup. Tapi kamu takut jatuh, gagal, takut menerima kritikan, dan bahkan takut untuk belajar lebih banyak.
Bergaya seperti pemenang. Ada bedanya, pemenang dengan orang yang bergaya seperti pemenang. Penampilan memang penting untuk membangun kesan pertama. Tapi apalah artinya baju mahal kalau kamu toh tak pernah mau belajar dan terus berbicara omong kosong?