Fimela.com, Jakarta R. A. Kartini, dulu memperjuangkan hak kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Tak hanya itu, peran perempuan di rumah kini tak lagi hanya di dapur. Layaknya para pria yang bekerja, perempuan pun kini boleh mencari nafkah sekaligus mengurus rumah.
Baca Juga
Meski kaum hawa kini bersorak lantaran dapat pendidikan dan diperlakukan sama dengan kaum Adam, tak berarti kamu hidup tanpa perjuangan dan pengorbanan. Kamu yang sudah berkeluarga dan menjadi ibu masih terus berjuang dan mengorbankan banyak hal.
Bukan karena tak ingin ketemu anak. Ada banyak alasan kenapa kamu memilih untuk bekerja sekaligus menjadi ibu di rumah. Bukan karena tak sayang anak. Tapi kamu hanya ingin menjadi contoh yang baik buat anak-anak. Kamu ingin anak-anak bangga memiliki ibu yang berhasil meraih mimpi yang selama ini kamu pupuk sejak kecil. Atau, kamu ingin memberikan pendidikan dan gizi yang terbaik untuk keluarga. Jauh di dalam lubuk hatimu, kamu bekerja supaya bisa memberikan peluang buat anak-anak yang tak pernah kamu dapatkan saat masih kecil dulu.
Kadang kamu merasa bersalah. Bukannya senang dan gembira saat kamu tidak perlu lagi mencuci pakaian anak-anak. Bukannya tak ada hati, saat kamu tega meninggalkan anak-anak bersama Bibi di rumah. Kamu sangat merasa bersalah setiap kali telat datang ke acara anakmu di sekolah. Rasanya hatimu sangat pedih menghitung waktu yang bisa kamu habiskan bersama anak. Tapi kamu punya alasan kuat untuk bekerja.
Sampai di rumah pun tak bisa langsung istirahat. Bekerja di kantor sampai larut malam pasti membuatmu sangat lelah dan kehabisan tenaga. Tapi rasa lelah seakan langsung hilang begitu kamu melihat sang buah hati di rumah. Tak masalah mencucikan botol susu saat kamu baru saja tiba di rumah. Tak masalah kamu harus menemani anak-anak bermain. Usai mereka terlelap, kamu masih harus menyiapkan baju dan buku-buku yang harus mereka bawa. Belum lagi memilihkan kemeja mana yang mau dipakai suami. Tapi semua tak mengapa. Karena kamu tahu, perempuan terlahir sebagai manusia yang tangguh.
Berpikir dan membuat keputusan dengan cepat. Bukan cuma urusan kantor dan rumah. Kamu juga harus memikirkan kapan anak-anak ujian, kapan suami ada tugas luar kota, apa yang dibutuhkan Bibi di rumah untuk masak makan malam dan sarapan pagi. Kamu harus tahu semua hal. Urusan rumah tangga nampaknya sudah berubah seperti perusahaan dan kamu bosnya. Kamu harus mengatur semua divisi dan mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.
Waktu 24 jam sehari rasanya tak pernah cukup. Kalau kamu harus hitung berapa banyak urusanmu, baik di rumah maupun di kantor, rasanya tak akan cukup kamu kerjakan semua dalam satu hari. Tapi ajaibnya, kamu selalu bisa ngakalin segala hal agar setiap hari tak ada yang waktu yang bentrok. Meskipun harus berebutan waktu dengan suami, kamu tetap meluangkan waktu buat karier dan keluarga.
Prioritas tak pernah cuma satu. Kalau anak muda prioritas hidupnya cuma satu lantas pindah lagi ke prioritas selanjutnya, kamu tak bisa lagi seperti itu. Urusan anak, pasti ada prioritasnya. Urusan dapur, juga ada prioritasnya. Begitu juga dengan kebutuhan suami dan kantor. Semuanya harus kamu prioritaskan. Tak bisa pilih salah satu.
Bukan hanya peran sebagai ibu dan wanita karier. Selain menjadi istri, kamu juga kadang harus berperan sebagai tukang ledeng. Tukang listrik. Tukang gas. Tukang kompor. Tukang jahit. Tukang roti. Tukang bangunan. Guru semua mata pelajaran. Mentor buat si Bibi. Tukang sapu halaman. Tukang cuci. Chef. Supir. Kurir. Dan masih banyak lagi peran yang kamu mainkan di panggung kehidupan.
Bukan hanya menyapu, kamu juga harus jadi bendahara. Nah, bendahara. Uang boleh saja datang dari dua sumber, profesimu dan suami. Tapi kamu yang harus mengatur semuanya. Seperti mengatur keuangan sebuah perusahaan, kamu harus membagi semua pemasukan ke berbagai 'dompet' sesuai dengan kebutuhan. Tak jarang kamu harus memaksakan semua penghasilan harus cukup. Dan kalau ada sisa meskipun sedikit, kamu pasti sudah melompat kegirangan.
Waktu untuk diri sendiri? Semua urusan membuatmu sangat sibuk. Sampai kadang kamu lupa kalau kamu juga punya hobi. Kamu juga harus merawat diri. Kamu juga harus memerhatikan kesehatan dirimu sendiri. Kadang, bukannya ingin menang sendiri. Di sela kesibukan kamu menyempatkan diri untuk memikirkan penampilan dan kesehatan. Tapi itu semua juga buat anak dan suami, kan?
Mungkin memang tak punya banyak waktu buat keluarga, tapi... Yang dipentingkan bagimu bukan kuantitas. Tapi kualitas. Meskipun hanya video call 2 menit dengan anak, meskipun hanya bisa cium pipi suami, meskipun hanya bisa memeluk dan mengecup kening buah hati, waktu bersama keluarga yang bisa dihitung dengan jari tak selalu kamu hargai. Ibu yang bekerja di zaman modern ini pun berjuang dengan keras, bak Kartini di masanya.