Fimela.com, Jakarta 'To live is to experience things, not sit around pondering the meaning of life', sekiranya jadi pemikiran genius dari seorang Paulo Coelho yang sanggup menggerakkan nurani untuk 'angkat ransel' (lagi). Soal traveling, hampir setiap orang tentu punya pemaknaan berbeda.
Di antara deras arus tren akan perjalanan, sangat mungkin kalau pemahamannya pun bergeser. Entah itu hanya demi melarikan diri dari penatnya 'kotak-kotak' kota atau hendak lepas dari jerat rutinitas, sebenarnya tak masalah. Tapi apa kamu rela kalau perjalanan yang dilakoni tak memberi asupan jiwa?
Baca Juga
Agar jauh dari definisi pergi-senang-pulang, traveling tentu semestinya memberi tak sekedar kesan bebas. Bertandang ke kantor Bintang.com di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (14/4), seorang travel blogger, Arif Rahman, berbagi tips agar soul travel bisa direngkuh.
"Coba jajal pengalaman baru yang hampir nggak mungkin ada di sini," kata Arif. Ya, satu-dua aktivitas yang sama sekali baru sangat mungkin menimbulkan persepsi berbeda. "Kaya kemarin ke Belanda, saya coba jelajah Red District dan mengunjungi museum seks," sambungnya.
Di samping membuat daftar agenda tentang berbagai hal 'alien', mengamati ritme kehidupan di satu destinasi pun bisa memberi warna lain akan perjalanan. "Lebih memerhatikan habit di sana seperti apa sih," tambah Arif. Dengan demikian, kemungkinan untuk memahami banyak aspek sosial tentu terbuka lebar. Jadi, tempat mana yang ingin dikunjungi selanjutnya?