Fimela.com, Jakarta Dari Melaka Sentral, bus nomor 17 membawa penumpang hingga ke Dutch Square. Beralas 'lantai' merah, langkah perdana pun dijejak di salah satu kota pesisir negeri jiran. Bergaya khas kolonial dengan kanal yang 'membelah', kawasan ini tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata sejarah.
Bak kepingan surga yang jatuh ke Bumi, Jonker Street membentang di Melaka sebagai sudut favorit foodies. Mulai dari masakan khas Tiongkok, Melayu, hingga barat, semua berjejal sesak. Bukan hanya makanan utama, beragam camilan dan minuman pelepas dahaga juga bisa dijumpai di berbagai sudut kota warisan dunia UNESCO tersebut.
Baca Juga
Meski kian menggoda, bukan berarti Melaka luput dalam daftar penjadwalan biaya traveling. Sebut saja alokasi dana untuk makan di sini hanya Rp 100 ribu. Kalau pertukaran uang berlangsung di Melaka Sentral di mana RM 1 setara dengan Rp. 3.200, maka uang yang kamu terima sekitar RM 31,25. Dengan jumlah sekian, bisa mencicip apa saja?
Kalau sedang malas mengantre karena Kedai Kopi Chung Wah penuh atau malah terkadang sudah habis, kamu bisa berjalan sedikit lebih dalam ke Jonker Street untuk mencicip hidangan di Melting Pot. Biaya makan olahan mie, segelas orange juice menyegarkan, dan satu porsi chicken wings bisa dinikmati hanya dengan RM 22,25.
Kalau masih ingin makan makanan ringan, satay celup dengan berbagai bahan baku bisa dicicip dengan biaya RM 1,5 - 3. Soal tempat, makanan tersebut banyak dijual di sepanjang Jonker Street. Puas membeli camilan khas Malaysia dan masih memiliki sisa uang, jangan lewatkan kesempatan mencoba semangka utuh yang daging buahnya langsung dihaluskan seharga RM 6.
Setelah puas berwisata kuliner, kamu bisa naik ke bukit St. Paul untuk menikmati matahari tenggelam sepenuhnya di batas cakrawala Melaka. Anak tangganya cukup banyak, buah semangka yang sedari tadi dipegang bisa jadi cukup berat. Namun, perjalanan menuju ketinggian sepadan untuk dilakoni demi melihat batas daratan Melaka 'bermandi' senja.