Eksklusif Ardina Rasti, Cinta Film dan Reza Rahadian

Henry Hens diperbarui 12 Apr 2016, 07:56 WIB

Fimela.com, Jakarta Sejumlah artis Indonesia punya bakat di bidang akting dan musik. Ardina Rasti termasuk salah satunya. Selain berkiprah di dunia akting dengan membintangi sinetron, FTV dan film, Rasti juga dikenal sebagai penyanyi.

Namun dunia film yang paling membuat nama Ardina Rasti dikenal luas. Lahir di Jakarta, 6 Januari 1986, Rasti seperti sudah digariskan untuk bermain film. Wajar saja karena ibunya, Erna Santoso, adalah seorang pemain film sekaligus model di era 70-an dan 80-an. Bungsu dari dua bersaudara ini juga beberapa kali menjadi model video klip.

********

Rasti mengawali debut di dunia film lewat Sebuah Pertanyaan untuk Cinta di tahun 2000. Setelah itu ia bermain dalam sinetron Disini Ada Setan, yang kemudian dibuatkan versi layar lebarnya di tahun 2004. Namanya mulai mengemuka setelah bermain film Virgin di tahun 2004.

Film yang disutradarai oleh Hanny Saputra ini mengeksplorasi tema pergaulan bebas yang merajalela di antara para remaja metropolitan Jakarta yang lebih mementingkan kesenangan di atas segalanya, dilihat dari mata tiga gadis muda. Selain Rasti, film itu juga dibintangi oleh Laudya Cynthia Bella dan Angie.

Meski mengangkat tema yang termasuk kontroversial, Virgin mendapat sambutan bagus dan laris di pasaran. Saat itu perfilman Indonesia memang mulai bangkit lagi setelah cukup lama mati suri. Akting para pemainnya, termasuk Rasti, juga mendapat banyak pujian.

"Film Virgin bisa dibilang jadi bagian dari sejarah film Indonesia. Karena waktu film itu tayang di tahun 2004, FFI (Festival Film Indonesia) baru diadakan lagi. Lalu di tahun berikutnya, Virgin masuk nominasi di FFI," tutur Rasti saat berkunjung ke redaksi Bintang.com di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Virgin juga meraih piala dan nominasi di sejumlah festival, termasuk di Festival Film Indonesia (FFI) di tahun 2005. Salah satu sebagai film Indonesia terlaris di tahun 2004 dan mendapatkan Piala Antemas. Keberhasilan Virgin membuat Rasti semakin mantap melangkahkan kaki di bidang akting, terutama di film layar lebar.

Berbagai jenis peran dan karakter pun sudah pernah dijalaninya. Mulai dari peran anak sekolah sampai penari eksotis alias striper. Tak hanya di film, sejumlah tawaran bermain sinetron juga berdatangan namun ditepis oleh Rasti. Ia memang lebih sering tampil di FTV atau film layar lebar.

Apa yang membuat Rasti lebih memilih fokus berakting di film layar lebar? Peran dan film seperti apa yang ingin dimainkannya? Lalu film apa yang paling berkesan buatnya? Simak hasil perbincangan dan wawancara Ardina Rasti dengan Henry, Galih W Satria dan Febio Hernanto saat bertandang ke redaksi Bintang.com.

2 dari 3 halaman

1

Ardina Rasti. Fotografer: Galih W Satria, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri,Bintang.com)

Di tahun ini, Ardina Rasti baru saja bermain di film Dreams yang juga dibintangi Fatin Shidqia. Selain itu, Rasti juga tampil di web series yang tayang di Vidio.com dan punya sebuah acara di televisi.

Apa saja kesibukan saat ini?

Masih tetap main film dan nyanyi juga. Terakhir aku main di film Dreams yang sudah rilis di bulan Maret kemarin. Terus aku juga baru syuting web series School of the Dead dan lagi bawain sebuah acara reality show.

Peran apa yang dimainkan di film Dreams?

Di film Dreams, aku jadi penyanyi namanya Karina Putri, dia ceritanya rivalnya Fatin (Fatin Shidqia-pemeran utama di film Dreams). Karina itu orangnya diva banget, punya talenta, suaranya bagus dan ambisius banget. Tapi aku sempat kurang pede di film ini, karena Fatin kan suaranya bagus banget, kalau aku biasa-biasa aja, hehehe. Meski begitu film ini berkesan banget buat aku.

Apa yang berkesan dari film Dreams?

Ini film ke-14 aku dan jadi terasa berkesan karena ini pertama kalinya main film drama musikal. Ini jadi pengalaman menarik buat aku. Sebelum syuting aku mesti belajar vokal lagi biat dapat karakter suara Karina Putri, bukan karakter vokal Ardina Rasti. Selain itu, aku juga dipercaya membawakan beberapa lagu soundtrack di film Dreams ini.

Ada lagi yang berbeda dari peran di film Dreams?

Ini juga film pertama aku jadi karakter antagonis. Ceritanya aku mesti nge-bully Fatin, mesti bersikap jahat sama dia. Makanya aku minta maaf terus waktu syuting, karena Fatin kan orangnya lucu banget. Oiya di film ini rambut aku juga dicat jadi 7 warna demi mendalami peran sebagai si diva Karina hehehe.

Apa film terbaru kamu yang akan rilis?

Aku main di film drama judulnya Merariq. Film ini termasuk unik karena mengangkat budaya suku Sasak di Lombok, tema seperti ini kan jarang banget diangkat. Di sini aku main bareng Ben Hart dan pemain senior seperti Ida Leman, Piet Pagau dan Sys NS. Sutradaranya om Guntur Novaris, yang ternyata ayahnya mbak Upi. Syutingnya sebenarnya sudah lama tapi kemungkinan baru bakal rilis di akhir tahun ini.

Seperti apa jalan ceritanya dan apa arti Merariq?

Jadi Merariq itu dari bahasa daerah Lombok yang artinya kawin lari. Bukan berarti menikah diam-diam tanpa persetujuan keluarga tapi hanya istilah saja. Jadi si calon pengantin pria membawa calon istrinya ke rumah keluarganya. Di sana ada adat turun-temurun. Seorang gadis Sasak harus menikah dengan pria Sasak juga. Lalu karakter aku ceritanya mau dinikahi sama pria Sasak, tapi aku jatuh cinta sama pria dari Jakarta yang diperankan sama Ben. Di situ muncul konflik. Sebenarnya nggak masalah sih gadis Sasak menikah dengan pria dari daerah lain, asal teta mengikuti adat di sana terutama tradisi Merariq.

Proses syutingnya berarti di daerah Lombok?

Iya, syutingnya full di Lombok, tepatnya di kaki gunung Rinjani. Disana cuacanya dingin banget tapi lokasinya bagus dan suasananya enak banget. Tempatnya juga jarang dikunjungi turis jadi masih alami banget.

Belajar bahasa dan dialek Lombok juga?

Pasti dong. Kita mesti belajar logat Lombok, dialeknya seperti campuran bahasa Jawa dan Bali. Selama syuting kita diawasi sama budayawan-budayawan Lombok dan Sasak. Untungnya ada yang senior kayak om Piet Pagau yang ikut membantu jadi kita bisa belajar juga dari mereka.

Apa yang menarik dari film Merariq?

Ini film buat keluarga juga dan ada nilai edukatifnya. Misalnya, pria dan wanita nggak boleh bersentuhan sebelum mereka nikah, itu kan budaya yang baik banget. Jadi film ini bisa ditonton sama siapa saja.

Bagaimana dengan peran di web series School of the Dead?

Kebetulan namanya sama, Rasti. Di serial horor ini karakter dia yang paling pemalu, feminin dan paling penakut. Jadi sedikit agak merepotkan teman satu gang-nya sih, hehehe. Tapi ceritanya menarik dan beda sama film-film horor aku sebelumnya. Ini jadi pengalaman baru buat aku main di serial, dan rasanya seru karena pemain lainnya menyenangkan dan cepat dapat chemistry.

Lalu bagaimana dengan sinetron atau FTV?

Sintron belum ada, paling sekali-kali main FTV. Aku memang lebih fokus di musik sama film. Itu yang paling memberi makan batin aku. Pas dikerjain bahagia banget rasanya. Kayak sesuatu yang disebut kerja, tapi senang aja rasanya.

3 dari 3 halaman

2

Ardina Rasti. Fotografer: Galih W Satria, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri,Bintang.com)

Bagi seorang Ardina Rasti, akting di film adalah sesuatu yang spesial. Itu yang membuatnya sangat mencintai dunia film. Kekasih Gandhi Fernando ini juga mengaku 'jatuh cinta' dengan seorang aktor berbakat Indonesia dan berharap nantinya bisa bermain bersama.

Apa yang paling terasa berbeda saat syuting film dan sinetron?

Kalau main sinetron aku memang jarang, dulu permah yang weekly bukan striping. Karena kalo mesti kejar tayang rasanya nggak sanggup. Tawaran sih pernah ada tapi nggak diambil karena sulit buat eksplor karakter. Kalau masih mingguan seperti dulu mungkin masih bisa eksplor, tapi kalau kayak sekarang ini rasanya sulit. Kalau FTV masih bisa eksplor meski belakangan ini temanya banyak yang sama juga, tapi nggak masalah karena nggak kejar tayang.

Peran apa lagi yang ingin dimainkan atau ingin bermain di film seperti apa?

Peran di film yang aku pengen banget main film eksyen. Karena aku memang suka film eksyen dan biar bisa lebih eksplor lagi kemampuan akting aku. Pada dasarnya aku cukup aktif jadi suka sama adegan-adegan di film eksyen. Aku senang banget pas liat Comic 8: Casino Kings yang part 2, karena ada adegan fighting yang keren banget. Apalagi Prisia (Nasution) jalanin adegan fightingnya bagus banget.

Bagaimana melihat perkembangan perfilman Indonesia saat ini?

Film Indonesia sekarang ini sudah makin beragam, terutama dari segi tema. Penonton juga makin cerdas. Mereka butuh tontonan yang menantang kepuasan mereka. Jadi mereka bosan menerima tema yang itu-tu aja. Makanya jangan terpatok bermain film sama satu aliran atau genre aja. Aku senang bisa jadi bagian dari sejarah Festival Film Indonesia (FFI). Waktu aku main di film Virgin di tahun 2005, waktu itu FFI mulai diadakan lagi dan Virgin masuk nominasi di beberapa kategori.

Pilih salah satu, film kamu laris atau mendapat piala?

Pilih film laris atau piala? Jujur pilih yang laris sih. Menurut aku dapat piala itu sama kayak bonus. Soalnya kalau hanya ngejar piala mainnya kayak nggak jujur, nggak tulus. Tiap film kan berharap banyak ditonton, bukan gak peduli ditonton atau nggak yang penting dapet piala, kan nggak gitu juga. Tapi kita sebagai pemain harus tetap eksplor peran yang kita mainkan dan menampilkan akting kita semaksimal mungkin. Jadi nggak cuma ngejar supaya filmnya laku aja. Kita harus bekerja sebaik mungkin supaya terasa lebih optimal.

Apa pertimbangan utama menerima tawaran bermain dalam sebuah film?

Terkadang kita bermain film sama sutradara yang bagus dan sudah banyak dikenal, atau punya skrip yang bagus. Tapi itu bukan pertimbangan utama aku. Padahal kalau kita bermain sama sutradara muda atau penulis yang masih baru, tapi kita bisa membuat filmnya bagus dan lebih kaya, aku rasa sebagai pemain jadi jauh lebih bangga.

Apa kamu termasuk selektif dalam memilih peran?

Selektif iya harus dong, tapi lebih pada peran yang aku mainkan. Aku nggak mau peran yang itu-itu aja. Kalau bisa beda dari peran-peran aku sebelumnya. Kalau aku nolak, itu karena aku merasa nggak mampu memainkannya.

Apa film paling berkesan yang sudah kamu bintangi selama ini?

Yang paling berkesan itu film Batas, sutradaranya mas Rudi Soedjarwo. Aku perannya jadi TKI ilegal dan tanpa dialog karena ceritanya mengalami trauma. Syutingnya di Kalimantan, dan selama dua bulan dengan listrik terbatas, berat banget pastinya. Lalu nggak ada sinyal ponsel. Bisa telpon-telponan tapi harus pakai ponsel yang jadul. Semua pemain dan kru selama syuting ganti ponsel jadul supaya bisa komunikasi. Di sana juga banyak aturan adatnya, lalu kemana-mana harus naik sampan. Kita mandi di kali dan hiburannya melihat babi-babi yang lewat, hahaha. Tapi kita semua merasa senang dan puas dengan hasilnya. Film Batas menang penghargaan internasional.

Penghargaan apa saja yang didapat?

Menang di festival film di Melbourne dan Korea. Itu jadi pengalaman baru dan menarik buat aku, apalagi sempat ikut datang ke festival yang di Melbourne. Mereka sampai tepuk tangan pas filmnya selesai diputar, padahal di Indonesia tayangnya nggak sampai seminggu di bioskop.

Siapa aktor favorit kamu?

Kalau aktor, aku jatuh cinta sama Reza Rahadian. Mudah-mudahan suatu saat bisa main film bareng. Aku juga suka sama Om Hengky Solaiman dan tante Jajang C Noer. Padahal pernah maih sama mereka, tapi tetap kagum sama mereka. Kalo Reza aku suka sejak film Habibie & Ainun. Dari situ aku ikutin terus film-filmnya dia. Kalau aktor luar, aku suka Natalie Portman sama Joseph Gordon-Levitt. Natalie mainnya selalu bagus dan matang. Kesannya berwibawa dan pinter. Dia pernah main jadi penari atau striper gitu dengan bagus. Dari situ aku jadi terinspirasi dan berani nerima tawaran sebagai striper juga.

Kalau film favorit?

Film favorit, aku suka film biografi kayak Habibie & Ainun. Karena bisa melihat bagaimana budayanya, gimana suasana di jaman itu dan pakaiannya gimana. Jadi lewat film kita bisa merasakan suasana di masa lalu dan di berbagai tempat. Aku bersyukur pernah mengalami berbagai era. Dari jaman belum ada ponsel, lalu ada pager dan ada ponsel yang canggih dan pintar sampai sekarang ini.

Dunia musik dan akting memang menjadi pilihan Ardina Rasti dalam merajut karir di dunia hiburan. Namun bidang akting, terutama film, jadi prioritas utamanya. Meski sempat terpukul karena masalah pribadi yang dialaminya beberapa tahun lalu, Rasti terbukti bisa bangkit dan bahkan semakin memantapkan langkahnya di dunia film. Tentu kita menunggu film dan karya terbaru Rasti yang selalu menampilkan peran dan karakter berbeda di tiap film yang dibintanginya.