Fimela.com, Jakarta Bagi masyarakat Indonesia, jamu merupakan salah satu minuman tradisional yang baik untuk kesehatan. Bagi masyarakat era saat ini, mungkin jamu adalah minuman asing yang rasanya aneh karena aroma rempah-rempah yang menyengat. Maka dari itu, tak heran jika kini jarang ditemui pedagang jamu.
Baca Juga
Meski penjaja jamu sudah jarang ditemui, bukan berarti kini jamu sudah hilang dari peradaban. Setidaknya masih ada beberapa orang yang masih melestarikan minuman tradisional yang satu ini. Diwartakan oleh salah satu media lokal, KR Jogja, Hari Wahyudi dan Nugroho 'Nugi' adalah dua di antaranya. Dua lelaki tersebut merupakan penjual jamu di kawasan selatan Pasar Kranggan Kota Yogyakarta. Lantas, apa yang istimewa?
Mematahkan pandangan jika penjual jamu identik dengan perempuan yang sudah berumur, Hari dan Nugi muncul sebagai pedagang jamu dengan racikan yang mereka bawa dari keluarganya. Tak hanya itu, sebagai pedagang jamu, mereka kerap menjadi sasaran cemburu dari para pria yang istrinya minum jamu di kedai mereka. Tak jarang, suami yang cemburu pun menunjukkan wajah tak enak dipandang di depan mereka.
"Ya cemberut muka suaminya, kaget mungkin dipikir langganan jamu istrinya ya perempuan, mbok-mbok jamu eh ternyata laki-laki dan ganteng pula," guyon Nugi, pria 34 tahun ini pada KR Jogja. Bak selebriti, Nugi juga kerap diminta foto bersama para pembeli. Parahnya, Nugi dan Hari pernah dicurigai kalau mereka meracik jamu secara asal.
"Kami berdua dikira tak bisa meracik jamu dan hanya asal saja. Tapi setelah mereka mencoba dan merasakan ya kembali lagi malah jadi langganan. Saya bilang kalau mau foto minimal order Rp 20 ribu, mereka tertawa semua," tambah Nugi. Minum jamu di kedai dua bersaudara ini jangan heran apabila melihat Nugi mencicipi jamu yang ia racik terlebih dahulu sebelum disajikan. Hal ini dilakukan agar takaran rasanya pas sebelum diminum oleh pembeli. Tertarik untuk mencobanya? Cus ke Kota Pelajar!