Fimela.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memang figur yang bikin banyak orang benci tapi rindu. Meski kata-katanya keras, namun kerja nyatanya ada. Itu yang bikin banyak orang kagum meski sebagian yang lain mengaku tak suka. Kemarin kamu sudah baca surat terbuka dari seorang warga Medan, Sumatera Utara yang meminta agar Pak Ahok menjadi gubernur di sana. Kali ini Bintang.com menemukan sebuah tulisan yang dibuat oleh seorang warga Papua. Tulisan ini sudah dibikin dari tahun lalu di sebuah forum. Seperti apa suara hati warga Papua ini yang menginginkan sosok Ahok memimpin daerahnya? Simak nih, guys.
Baca Juga
Saya tertarik pada sosok Ahok. Ia begitu jujur dan polos. Kalau dirinya marah, pasti langsung diungkapkannya dengan sikap marahnya. Kalau saat dirinya senang, juga diungkapkannya dengan senyum di wajahnya. Ahok seakan hendak menyingkapkan kembali lirik lagu, : “Jangan ada dusta di antara kita,” ciptaan Broery Marantika. Jujur itu penting. Hanya orang jujur yang berlaku bijaksana.
Menyimak situasi di Papua saat ini, saya pikir Papua sangat membutuhkan sosok pemimpin seperti Ahok. Papua membutuhkan pemimpin yang berani membela rakyat. Papua membutuhkan pemimpin yang jujur, bijaksana dan rendah hati untuk membawa Papua ke arah yang lebih baik.
Sejauh pengalaman saya, masih sulit menemukan sosok seperti Ahok di Papua. Pemimpin Papua saat ini, lebih gemar tinggal di kantor atau bepergian ke luar Papua ketimbang mengunjungi masyarakat di kampung-kampung. Belum lagi gaya hidup mewah ditunjukkan oleh para pejabat di Papua. Padahal, rakyat sangat menderita.
Pejabat di Papua menempati rumah dinas mewah. Mereka juga memiliki mobil dinas mewah. Mereka memiliki asisten dan pengawal pribadi. Ketika mereka bepergian, selalu dikawal polisi. Ketika mereka melintasi jalan, sirene mobil pengawal mengaum. Rakyat harus menepi. Mereka bergaya elit dan mewah di atas penderitaan rakyat.
Saya belum menemukan pejabat yang sederhana dan rendah hati untuk melayani orang Papua. Saat ini, Papua dipimpin oleh anak-anak Papua, tetapi pembangunan di Papua tidak berjalan sebagaimana mestinya. Proses pembangunan Papua, khususnya orang asli Papua masih jauh tertinggal. Ribuan anak Papua tidak bisa bersekolah dengan baik. Ribuan orang Papua tidak bisa berobat. Jutaan hektar hutan dibabat dan dikonversi dengan perkembunan kelapa sawit, dan lainnya. Pada saat bersamaan, pejabat Papua, yang sebagian besar dipegang oleh anak-anak Papua diam membisu.
Mengapa para pejabat (di) Papua belum berani bersuara seperti Ahok? Saya tidak tahu jawabannya. Saya hanya tahu, kalau seorang pejabat atau pemimpin itu bersih dan memiliki integritas, maka ia akan berani menyuarakan ketidakadilan secara bebas, tanpa ada tekanan. Pejabat yang bersih dan berintegritas berani melawan kebijakan-kebijakan diskriminatif dan merugikan rakyat. Ahok sudah membuktikan bahwa hanya pemimpin bersih dan berintegritas yang bisa melakukan ‘bersih-bersih’ di birokrasi pemerintahan. Tepatlah, istilah tua: “tidak mungkin kita menyapu dengan menggunakan sapu yang kotor.”
Sampai saat ini, rakyat Papua masih merindukan sosok pejabat dan pemimpin seperti Ahok. Ia melayani rakyat, tanpa pamrih. Ia mengalami penghinaan dan cacian, tetapi demi perubahan Jakarta ke arah yang lebih baik, ia berani mempertaruhkan dirinya sendiri. Ahok siap mati untuk rakyat. Ia tidak mengumpulkan harta kekayaan bagi dirinya sendiri. Ia berbagi dengan sesama yang menderita. Kaum termarginal, kini bisa menempati rumuh susun mewah. Di tangan Ahok, Jakarta berbenah.
Ahok membuktikan bahwa untuk memimpin suatu daerah, tidak perlu orang asli atau pendatang. Tidak perlu orang Betawi dan Islam. Tidak perlu orang beragama dan berbudaya ini dan itu. Ia menunjukkan bahwa jiwa kepemimpinan yang dilandasi oleh semangat pelayanan yang tinggi, itu yang bikin perubahan dalam masyarakat, bukan oleh asal-usul seseorang. Semangat pelayanan Ahok yang luar biasa bikin banyak orang suka padanya, meskipun tidak sedikit yang mencercanya.
Gaya kepemimpin Ahok memang bikin gerah pihak-pihak yang selama ini bersembunyi di balik manisnya mulut dan senyum palsu. Ahok suka bicara keras dan kasar. Ahok tidak bicara di belakang, ia bicara di depan supaya semua menjadi terang-benderang. Ahok tidak suka ada dusta.
Gaya kepemimpinan model Ahok ini yang dirindukan orang Papua. Pemimpin perlu hadir di tengah masyarakat: hadir, berbicara dengan masyarakat, mendengarkan keluh-kesah masyarakat dan bikin kebijakan yang pro masyarakat.
Sosok Ahok dirindukan di Papua. Orang Papua merindukan dan menanti tipe pemimpin seperti Ahok, yang berani membuka borok-borok birokrasi pemerintahan yang korup dan berbelit. Pemimpin yang selalu hadir di tengah masyarakat. Bukan tipe pemimpin yang suka tinggalkan rakyatnya. Apa lagi di Papua, para pemimpin lebih suka pergi ke luar Papua. Mereka lebih tertarik pergi ke Jakarta, bahkan luar negeri, ketimbang mengunjungi masyarakat di kampung-kampung.