Smaragama: Menaklukkan Suami

Gadis Abdul diperbarui 26 Mar 2016, 19:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Syahdan wejangan Kitab Smaragama,

terus mengalir serupa air sungai menuju muara,

dan menjadi ombak yang berkelana,

menjelajahi keluasan samudera,

menerabas garis batas cakrawala.

Walau malam semakin larut dan sunyi,

Salindri dan Sangaji belum sempat mandi,

lantaran akal pikiran mereka seakan terkunci,

hanya tertuju pada upaya untuk memahami,

wejangan Kitab Smaragama yang gaib dan sakti, tentang rahasia menaklukkan lelaki:

"Cinta itu ibarat seguci anggur,

yang dapat membuat mabuk tersungkur;

namun cinta juga ibarat obat paling manjur;

untuk menyembuhkan hati yang hancur.

Kedalaman cinta tak pemah bisa diukur;

maka barangsiapa yang bersikap takabur;

akan ditenggelamkan ke dalam lumpur.

Ketajaman cinta melebihi runcing sangkur;

maka barangsiapa yang gegabah dan ngawur,

akan tertikam hingga darah lukanya mengucur.

Cinta sejati takkan pemah layu dan gugur;

hanya dapat bersemi dan tumbuh subur;

di dalam jiwa yang ikhlas, tulus dan jujur.

Akan halnya cinta mumi yang luhur;

adalah kasih sayang penuh rasa syukur;

yang keindahannya tak pemah luntur."

Sangaji dan Salindri saling memandang,

seakan saling menguji dan menimbang

seberapa besar kadar rasa kasih sayang.

Dan Kitab Smaragama terus bertutur:

"Meski perkawinan bukan medan tempur;

banyak pasangan suami istri saling gempur;

bagaikan anak sekolah yang rajin tawur;

dalam hal apa saja tak pemah bisa akur;

dari soal anak sampai dengan masalah dapur;

masing-masing selalu hanya ingin mengatur;

maka rasa cinta pun lambat laun terkubur,

maka rasa kasih sayang lambat laun tergusur;

oleh kebencian yang tak henti membentur;

sampai akhimya perl

Salindri dan Sangaji menahan keluh,

lantaran keduanya mulai disergap rasa jenuh,

juga karena mereka belum terlalu tangguh,

menahan gairah birahi yang menggemuruh,

maka tatkala jemari Sangaji menyentuh,

sudut paling rawan yang ada pada tubuh,

Salindri menggelinjang sambil lirih mengaduh.

"Tidak semua orang bemasib mujur,

setelah kawin hidupnya nyaman dan makmur,

atau mendapatkan pasangan hidup yang akur.

Dan perempuan dara yang mudah tergiur,

terpikat rayuan lelaki yang pandai menarik ulur,

dan ketika segalanya sudah jauh terlanjur,

ia terpaksa kawin dengan penganggur,

dan apabila temyata si lelaki kabur,

hidupnya bisa jadi akan hancur lebur,

akal budinya bagai terbenam lumpur,

dan ibarat nasi sudah menjadi bubur,

akhimya menjalani hidup sebagai pelacur. "

Sangaji dan Salindri sungguh terkejut,

tak menyangka Kitab Smaragama bisa menyebut,

kata pelacur yang selama ini dianggap tak patut,

dan bila diucapkan hanya akan mengotori mulut.

"Nasib pelacur hanya akan lebih malang,

lantaran dirinya disebut perempuan jalang,

atau manusia tak punya susila alias binatang.

Dan apabila dipahami secara lebih kritis,

maka akan terlihat suatu realitas yang ironis,

berupa saran, nasihat atau anjuran tak tertulis,

bahwa setiap kali bercumbu dengan suami,

si istri mesti semakin terampil melayani,

bahkan supaya lebih dicintai suami,

dan agar bisa menaklukkan suami,

istri harus bersedia menempatkan diri,

sebagai perempuan penghibur sejati."

Mendengar itu Salindri cemberut,

sedangkan Sangaji justru senyum kecut,

sambil jemari tangannya kalangkabut.

menyelinap licin bagaikan belut.

"Anjuran itu memang ada benamya,

tapi bukan berarti benar sepenuhnya,

apalagi jika soal keterampilan bercinta,

dipahami sebagai yang paling utama,

atau bahkan dianggap satu-satunya cara,

dan kaum istri tak dapat tidak mesti bersedia,

mempelajari seluk-beluknya sampai bisa,

dan kemudian juga biasa melakukannya.

Pemahaman seperti itu tentu saja keliru,

karena yang terkandung di dalam anjuran itu,

bukan semata-mata tentang cara mencumbu,

atau bagaimana membuat suami lebih bernafsu.

Untuk bisa memahami rahasia bercinta,

seperti yang dibukakan oleh para pujangga,

di dalam khasanah sastra budaya Jawa,

seperti Kitab Centhini dan Kitab Smaragama,

dan hati yang sabar lagi seksama.

Jika anjuran dan ajaran para pujangga,

dipahami dengan seksama dan tanpa prasangka,

tentu akan kalian temukan hal yang lebih bermakna,

selain itu juga akan kalian dapatkan sejumlah cara,

yang akan membuat suami merasa bahagia,

hanya jika ia bisa membahagiakan istrinya.

Dan hal itu hanya dapat terwujud,

apabila si istri melakukan hal-hal sebagai berikut:

Bersikap ramah dan menunjukkan rasa cinta,

pada keluarga dan mereka yang menyayanginya.

Menunjukkan rasa senang dan sukacita,

kepada segala sesuatu yang disukainya.

Menunjukkan rasa cemas dan duka,

apabila suatu hal memberati pikirannya.

Membenci mereka yang memusuhinya.

Tak pemah mengucapkan pujian,

pada lelaki lain yang melakukan kebaikan,

dan juga tak pemah mencaci atau mencela,

orang lain yang punya kesalahan sama

dengan yang pemah dilakukan suaminya."

Salindri dan Sangaji ternganga,

dan gairah birahi yang semula memadati dada,

telah sirna tersapu wejangan sarat makna,

yang dengan suara sejernih air telaga,

mengalir dari relung kalbu Kitab Smaragama.

"Bagi para istri di penjuru dunia,

lantaran gengsi, tabu atau karena sebab lainnya, lazimnya sulit atau tak bersedia melakukannya,

dan ketika suaminya menemukan itu semua,

pada diri perempuan penghibur yang dinista,

yang tinggal hanyalah duka nestapa"

What's On Fimela