Fimela.com, Jakarta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi masih terus melakukan verifikasi mengenai kondisi terakhir warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban ledakan bom di Brussels, Belgia. "Kita masih terus melakukan verifikasi mengenai 3 korban yang sejauh ini terkait dengan Indonesia. Ibu dan 2 anak itu, kita sudah mendapatkan informasi bahwa ibu dan 1 anaknya adalah WN Indonesia," kata Menlu Retno Marsudi kepada wartawan di Gedung Pancasila, Kamis (24/3).
Baca Juga
Tersebar kabar kondisi terakhir WNI dalam keadaan kritis. Tapi Menlu tidak bisa tergesa-gesa menegaskan kondisi korban. "Tapi sekali lagi kita sedang koordinasi dan veriifkasi masih terus kita lakukan. Oleh karena itu kami saat ini belum dapat menyampaikan informasi detil mengenai korban WNI," imbuh Retno. Ketiga WNI yang menjadi korban dalam ledakan itu adalah Meilissa Aster Ilona beserta dua anaknya, Lucie Vansilliette, dan Philippe Vansilliette.
Saat ini ibu dan satu anak perempuannya dalam perawatan intensif di ICU Rumah Sakit University Hospital Lauven (UHL). Sementara satu anak lainnya dirawat di rumah sakit yang sama dan dalam kondisi lebih stabil. Serangan dan ledakan bom terjadi di Ibu kota Belgia pada Selasa 22 Maret sore waktu setempat. Serangan terjadi di dua lokasi yakni bandara dan stasiun kereta bawah tanah. ISIS mengaku sebagai dalang dari peristiwa tersebut. Hingga saat ini jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 35 orang. Sementara korban luka menurut pihak berwenang setempat mencapai lebih dari 100 jiwa.
Sementara Kepolisian Belgia berhasil menangkap seorang tersangka pelaku serangan bom tersebut. Pelaku diketahui bernama Najim Laachraoui, yang juga terkait dengan aksi teror di Paris pada akhir November. Laachraoui berhasil ditangkap di daerah Anderlecht. Tim investigator melancarkan operasi perburuan besar-besaran terhadap Laachraoui setelah serangkaian ledakan melanda Brussels pada Selasa. Laachraoui terlihat melarikan diri dari lokasi ledakan ganda di bandara Zaventem. Laachraoui sudah diburu polisi karena dirinya terkait teror di Paris. Dia diyakini sebagai satu dari tiga orang yang tertangkap kamera CCTV di bandara Zaventem, beberapa menit sebelum ledakan terjadi.