Fimela.com, Jakarta Banyak hal yang dapat dipelajari dari sistem kerja orang-orang Jepang, terutama tentang kedisiplinan. Berkesempatan membintangi sebuah FTV produksi Jepang-Indonesia berjudul When You Wish Upon A Sakura, Chelsea Islan mengaku lebih menghargai waktu ketika syuting di Negeri Sakura tersebut.
"Saya belajar bagaimana jadi profesional. Tidak bisa telat 1 menit pun kalau di Jepang. Saya belajar disiplin di Jepang. Belajar jadi orang yang menghargai waktu," kata Chelsea Islan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (23/3).
Baca Juga
Proyek kolaborasi Fuji Television Network (Jepang) dan DNA Production (Indonesia) ini berhasil mempertemukan Chelsea dengan pemeran Kamen Rider, Shu Watanabe. Bekerjasama dengan aktor Jepang tentu memberikan kesan tersendiri bagi bintang film Guru Bangsa: Tjokroaminoto ini.
Namun tetap saja, ia tak bisa membandingkan kelebihan atau kekurangan dengan lawan main di film-film sebelumnya. Yang pasti, Chelsea banyak menemukan hal-hal baru. "Tiap projek bertemu orang beda-beda. Jadi tidak bisa dibandingkan. Saya temuin hal-hal baru dari pemain, sutradara, produser," paparnya.
Ini merupakan kali pertama bagi Chelsea terlibat di proyek internasional. Wanita kelahiran Washington, 2 Juni 1995 itu pun mengaku bangga karena dapat menjadi perwakilan dari Indonesia. Menurutnya, industri perfilman Jepang memiliki kelebihan yaitu sangat peduli pada para aktor.
"Project ini saya sangat senang karena ini adalah pengalaman pertama kali saya kerjasama dengan produksi internasional. Sebuah anugerah juga pertama kali kerja di dunia internasional dan itu di Jepang yang care sama aktor-aktornya," pungkas Chelsea Islan.