Eksklusif, Sheila Marcia dan Harapan Baru di Pulau Bali

Riswinanti diperbarui 24 Mar 2016, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kehidupan berjalan layaknya roda yang berputar. Di satu waktu, kita mungkin berada di puncak dan menikmati segala kesenangan. Namun dalam waktu singkat, semua yang kita miliki bisa berganti jadi penderitaan. Semua orang pasti mengalami siklus itu, tak terkecuali Sheila Marcia Joseph.

***

Beberapa tahun lalu, sosok Sheila Marcia Joseph begitu fenomenal dengan kemampuan aktingnya. Sayangnya, saat berada di puncak karier, dia justru tumbang karena kasus narkoba yang menjeratnya. Namun karena dukungan penuh dari orang-orang terdekat, wanita kelahiran 3 September 1989 ini berhasil melalui masa kelam.

Cobaan berat itu datang lagi ketika Sheila diketahui mengandung anak Anji, mantan vokalis band  Drive. Namun nyatanya bukan Anji pria yang menikahi bintang film Ekskul ini, melainkan Kiki Mirano. Tak lama setelah menikah, pasangan ini pindah ke Yogyakarta. Sheila Marcia pun perlahan seakan menghilang dari dunia hiburan, dan memilih menjalani harinya sebagai wanita biasa.

Untuk waktu yang lama, publik mengira Sheila telah lepas dari belenggu hidup. Rumah tangganya dengan Kiki terdengar adem ayem, terlebih mereka akhirnya dikaruniai dua orang anak. Hingga akhirnya, sejak akhir Desember 2015 lalu, terkuak berbagai sisi gelap yang ternyata masih membayangi kehidupan Sheila.

Kehidupan rumah tangganya ternyata tidak harmonis. Namun hal paling menyedihkan yang dilihat publik adalah perubahan fisik sang bintang yang cukup mencengangkan. Gadis cantik yang dulu dikagumi publik kini telah berubah jadi sosok yang sangat kurus, dengan tubuh penuh tato dan tindik. Terlihat jelas bahwa banyak penderitaan yang dialaminya selama lima tahun terakhir.

Sheila Marcia kini telah meninggalkan kota Yogyakarta dan mengubur segala hal menyakitkan yang dialaminya di sana. Kini dia pulang ke Pulau Bali dan berharap mendapat ketenangan dan kehidupan baru.

Kepada Daniel Ruben Silitonga, Riswinanti Permatasari, Galih W Satria, dan Hasan Mukti Iskandar, yang menemuinya di Denpasar, Bali, wanita yang kini menekuni bisnis sulam alis, bibir, dan eyeliner ini pun mengungkapkan segala liku-liku perjalanannya selama lima tahun terakhir. Dia juga menjelaskan mimpi-mimpi dan harapannya di tempat baru. Bagaimana penuturannya? Simak hasil wawancara dengan Sheila berikut ini!

2 dari 3 halaman

Proses Hijrah

Setelah menikah Marcia meninggalkan dunia etertainment yang melambungkan namanya. (Fotografer: Galih W. Satria, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Bintang.com)

Siapa sangka bahwa di balik tubuh kurus Sheila Marcia tersimpan cerita dan perjuangan yang sangat hebat. Dia pun melalui banyak fase hijrah dalam hidupnya.

Apa kesibukan sekarang?

Masih sulam alis, sekarang masih meritis. Sekarang pindah ke Bali. Kan tadinya di Yogyakarta. Mulai banyak yang tahu juga (soal sulam alis). Terus urus anak pastinya. Bedanya sama yang dulu, dulu ada suami mungkin jadi ada satu kerja sama yang lumayan.

Perbedaan macam apa tepatnya?

Dulu aku enggak usah ninggalin anak lama-lama. Kalau sekarang kan aku harus benar-benar aku keluar, ketemu orang, mencari channel. Istilahnya aku bukan orang kaya yang bisa bayar studio langsung. Harus ketemu orang, siapa tahu bisa kerja sama. Di saat seperti itu anak-anak harus sama omanya dulu. Tapi sekalinya ada luang waktu pasti diluangin ke anak.

Membagi waktu?

Saat pulang kerja sangat melelahkan tapi harus ketemu anak karena mereka butuh aku, enggak mugkin enggak. Kalau kasih sayang oma, opa, om, itu hanya kasih sayang tambahan. Yang terpenting adalah ibunya. Jadi aku berusaha selalu seutuhnya untuk mereka.

Kenapa dulu Sheila meninggalkan Jakarta?

Pertama di Jakarta, everything goes fine. Aku sukses, karier naik, namun kemudian terjadi sesuatu. Dari sekian banyak, yang sangat mengganggu adalah Leticia. Ketika Leticia sudah semakin besar dan aku syuting stripping, dia sampai enggak mau digendong sama aku, dia lebih memilih sama babysitter daripada aku. Itu yang membuat aku sangat sakit. Dan ketika pada akhirnya aku menikah, aku mikir ‘Okay, this is the time for me to move out’. Ini saatnya aku untuk berubah.

Apa yang Sheila lakukan kemudian?

Akhirnya aku minta sama mantan suami aku, untuk pergi ke Yogyakarta, karena dulu dia kuliah di sana, dia lebih tahu medan di sana. Akhirnya kita pindah ke sana, akhirnya  aku melahirkan dua anak lagi.

Kenapa kemudian Sheila pindah ke Bali?

Awalnya kita baik-baik saja. Sampai akhirnya ada beberapa hal yang terjadi, yang sulit aku maafkan, lalu ada akhirnya aku pindah lagi ke Bali. Sebenarnya aku udah minta sama mantan suami untuk kembali ke Bali karena mama papa udah tua pengen aja ada buat mereka.

Apa yang Sheila harapkan di Bali?

Setelah semua ini, yang jelas I don’t believe in married anymore. Aku mau kerja sekeras mungkin untuk anak-anak aku. Of course, sebagai single mother sekali-sekali ya having fun juga lah sama temen-temen, itu normal. Yang penting aku kerja keras untuk mereka. Mereka gendut-gendut, sehat, mereka saya cintai sepenuh hati. Aku pengen bisa nabung punya rumah di sini, biar masa tua juga enak, gitu aja sih.

Bagaimana hari-hari di Bali?

Sekarang biar lebih irit aku ke mana-mana naik motor. Ke mana-mana juga enak naik motor kalau di Bali. Ya yang paling berat bukan masalah yang terjadi saat ini, tapi kebiasaan kebersamaan aku dengan anak-anak yang sedikit berbeda gitu. Semakin jarang. Itu yang membuat aku sedih.

 

3 dari 3 halaman

Sulam Alis dan Mimpi Baru Sheila Marcia

Sheila Marcia kini mengangtungkan harapan pada Bali. Di sinilah ia bermukim, mencari nafkah dan membesarkan buah hatiya. (Fotografer: Galih W. Satria, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Bintang.com)

Lewat hijrah yang dilakukannya, Sheila tentu saja berharap menjalani kehidupan baru. Kini, dia menekuni bisnis sulam alis sebagai mata pencaharian utamanya.

Kenapa Sheila memilih sulam alis?

Aku itu awalnya enggak boleh syuting (waktu di Yogyakarta). Terus aku rasa ‘Masa sih aku cuma bisa syuting doang’. Aku percaya aku bisa melakukan hal lain, dan ternyata aku suka sekali belajar. Aku pengen tahu, pengen belajar. Aku masih 26 tahun, apa yang bisa kulakukan akan kulakukanuntuk anakku selama itu.

Awal masuk dunia sulam?

Enggak ada yang mengajak, seperti Londo Ayu, Body Butter, Body Lotion itu pun juga aku enggak punya base, aku enggak punya dasar. Saat itu enggak bisa tidur karena memang enggak ada pemasukan, aku lihat-lihat di Instagram. Ada orang
Australia yang bisa bikin lipbalm, akhirnya aku terinspirasi dan coba-coba. Terus sulam alis juga awalnya dari Instagram. Aku bilang ‘Kayaknya seru juga nih’. Soalnya aku pengen banget bisa tato, tapi masalahnya aku enggak bisa gambar. Jadi aku pikir, wah kalau untuk alis sih gue bisa. Jadi ya udahlah coba.

Konsep usaha seperti apa?

Ini kita berdua. Aku Blast Studio (sulam) dan Killing (tato dan piercing). Berdua jadi satu.

Proses awalnya bagaimana?

Kayak orang gila, kita sempat kerja sama satu orang. Terus udah oke semuanya, pada akhirnya keluarga besarnya takut karena dia bersangkutan dengan aku yang mantan napi. Oke enggak apapa kita ditolak, cari lagi. Cari lagi ternyata kita digantung, enggak ada kejelasan dan sebagainya, ya udah enggak papa. Ya udah akhirnya kita nabung sendiri, sewa sendiri, dan akhirnya kita punya tempat sendiri. Jadi ya memang Tuhan selalu kasih petolongan tepat waktu aja.

Optimis dengan sulam alis?

Aku hanya menjalani hidup, yang sekarang aku jalanin adalah itu dan aku mau fokus. Aku rasa yang namanya hidup, mau up and down, mau artis kek, Indonesia atau Hollywod, mau tukang becak, tukang bakso, pasti ada up and down. Jadi it’s normal, it’s life, ini kehidupan.

Bagaimana dengan pendapat negatif haters?

Tanpa saya seperti ini, pasti banyak yang memandang sebelah mata. Jadi memang orang itu ga bisa dikontrol, jadi saya ingin menjadi diri saya sendiri saja. Maksudnya apa yang saya lakukan, saya yang tahu, ibu saya yang tahu, anak-anak saya yang tahu. Buat mereka yang tidak tahu ya udah. Mereka bisa judge sesuka mereka. Saya percaya ada karma kok. Satu hari mereka juga akan punya anak.

Mimpi apa bersama anak?

Aku yang jelas punya harapan besar. Mereka harus jadi sukses, kuat, takut Tuhan. Aku enggak muluk-muluk. Apapun yang mereka pilih, selama itu positif pasti aku bahagia. Kalau emang ada sesuatu yang tidak aku setujui pasti aku tetap ada di samping mereka.

Setelah semua ini, bagaimana Sheila memaknai hidup?

Bahwa hidup ini tidak akan pernah berhenti dari masalah, jadi ya walaupun kurus, stres, dan segala macem, tapi saya percaya bahwa nanti akan ada jalan keluarnya. Support kalian (orang tua, teman, fans) sangat membangkitkan saya sebagai seseorang yang saat ini sedang sedih, sedang merasa ‘What should I do’. Karena selama ini sempat punya keluarga bahagia, punya keluarga kecil yang bahagia, tapi kan ternyata nasib berkata beda. Dan ya sudah. Have fun aja.