Fimela.com, Jakarta Menjadi produser film, Ully Sigar Rusady memastikan film yang tercipta membawa pesan tersendiri. Selain media hiburan, ia yakin film juga media edukasi. Hal itu diterapkan Uly dalam film terbarunya berjudul My Journey.
Film My Journey bercerita tentang lingkungan hidup. “Film harus dapat merefleksikan kehidupan nyata masyarakat. Jadi selain menikmati hiburan melalui film, masyarakat juga selayaknya mendapat pelajaran serta pendidikan moral,” papar Ully usai menayangkan trailer film My Journey dalam diskusi Ngalor-Ngidul Menyoal Industri Musik dan Film Indonesia, yang berlangsung di Gedung Film, Jakarta beberapa waktu lalu. Film ini dibintangi Paramitha Rusady.
Peserta diskusi umumnya mempersoalkan film Indonesia yang tak lagi membumi. Film Indonesia, dinilai hanya menyuguhkan segudang mimpi bukan kenyataan. Kurang menghargai apa yang menjadi hak penonton.
“Film kehilangan nilai esensialnya. Film selain rekreatif, mestinya ada nilai deduktif, estetis, moralitas, religius, serta mengandung kebenaran. Sineas kita seringkali cepat puas dalam pencapaian secara teknik, tapi tak punya ruh. Apalagi bicara dalam konteks ke-Indonesiaan,” ungkap seniman tradisi Eny Sulistyowati SPd, SE, salah satu peserta diskusi.
Para insan musik dan film, mengharapkan agar diskusi serupa dapat digelar secara periodik. Banyak gagasan, dan pemikiran mendalam, serta tindakan komprehensif yang perlu dilakukan secara berkesinambungan, guna menata industri musik dan film Indonesia.
“Wartawan harusnya sadar untuk membela. Yang harus dikoreksi itu adalah aparat. KCI (Karya Cipta Indonesia) harusnya naik kelas menjadi semacam badan penanggulangan pelanggaran hak cipta. FORWAN (Forum Wartawan Hiburan) Indonesia, bikin rekomendasi yang tegas untuk memperjuangkan hak cipta,” ujar Dewan Pertimbangan Forwan, Ir. Setiabudi A.C. Nurdin.
Dialog yang digagas FORWAN (Forum Wartawan Hiburan) Indonesia dan SENAKKI (Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia) tersebut, diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Musik Indonesia (9 Maret 2013 - 2016), dan Hari Film Nasional (30 Maret 1950 - 2016).
Selain Ully Sigar, hadir di acara tersebut sejumlah para seniman, budayawan, insan musik dan film, pemerhati musik dan film. Diantaranya H. Enteng Tanamal, Ully Sigar Rusady, seniman tradisi Eny Sulistyowati SPd, SE, penyanyi Alfian Kadang, personil Band Radja.