Kisah Haru dari 'Paus Paling Kesepian di Dunia'

Asnida Riani diperbarui 21 Mar 2016, 11:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Kisah ini bermula kala Angkatan Laut Amerika Serikat hendak mencari keberadaan kapal selam Rusia di utara Samudra Pasifik pada akhir 1980. Seperti dilaporkan Discovery News, bising suara yang ternyata merupakan nyanyian paus itu tak sengaja terekam.

Daily Mail memuat, pada 1989 saat Dr William Watkins dari Woods Hole Oceanographic Institution memilah rekaman tersebut, barulah terkuak fakta bahwa lantunan suara paus itu terdengar lebih tinggi dari yang lain.

Ketika kebanyakan paus biru jantan menyanyi di sekitar 17 hingga 18 hertz, di mana rentang itu terlalu dalam untuk didengar manusia, namun sang 'paus kesepian' berkomunikasi di 52 hertz.

Saat rekaman itu dirilis di tahun 90-an, Dr William telah mempelajari 'paus 52' dengan lebih teliti. Hingga pada 2004 ketika sebuah koran mempublikasi temuannya, Dr William dan tim sudah berhasil menemukan area perpindahan sang paus selama musim kawin berlangsung.

Kini, lebih dari 20 tahun sudah sang paus bernyanyi tanpa mendapat satu pun balasan dari temannya. Ilmuwan berhipotesis, seperti diwartakan Daily Mail, fenomena itu terjadi karena 52, sebutan bagi 'paus paling kesepian', bernyanyi dalam lantunan yang begitu berbeda.

Meski demikian, hal tersebut tak membuat 52 berhenti menyenandungkan nyanyiannya. Daily Mail mewartakan, hingga kini setelah Dr William meninggal karena kanker, asistennya, Marry-Ann Daher yang mengemban penelitian ini. Ketika ditanya apakah paus ini benar kesepian dalam kacamata sains, ia mengaku tak tahu. Namun Marry-Ann memastikan, paus ini dalam keadaan sehat karena bisa hidup setidaknya dalam 20 tahun terakhir.